Si Menantu Buta - Bab 14 Masalah Tempat Duduk

Kini Friska berpikir Denny telah menghilang, hampir saja ia turun ke lantai bawah untuk mencari mereka ketika ia mendengar bahwa Denny dan Neysia turun ke lantai bawah barusan.

“Kami turun ke lantai bawah.” Denny tidak membantah.

“Lantai atas ada toilet jika kau mau pergi, aku bisa menemanimu pergi jika kau tidak leluasa, jangan merepotkan Neysia. Dan lagi kau jangan berlarian, aku dengar hari ini orang-orang besar kamar dagang semua berada di lantai bawah, tuan besar keluarga Chen, pemimpin kota dan kedua kakak beradik keluarga Han semua berada di sana, jangan sampai memprovokasi kedua kakak beradik keluarga Han, jangan sampai memprovokasi mereka tanpa sengaja.” Kata Friska.

“Iya.” Sahut Denny.

“Terima kasih telah menjaga Denny. Ayo kita pergi." Friska tersenyum pada Neysia dan menarik lengan Denny.

Denny tidak salah menebak, jari-jari Friska panjang dan ramping seperti terbuat dari air, benar-benar nyaman ketika tangannya ditarik oleh Friska. Itu adalah pertama kalinya dia melakukan kontak fisik dengan Friska. Saat Friska membantunya berjalan menuju auditorium, ia tidak bisa mengungkapkan betapa nyaman fisik dan pikirannya.

Neysia tercengang menatap punggung kedua orang itu, kakak iparnya pandai menahan amarah, keluarga Ye memandang rendah dia dalam kurun waktu yang terhitung tidak singkat, seiring berjalannya waktu keluarga Ye secara bertahap merasa putus asa padanya, sikap mereka terhadapnya bertambah buruk akhir-akhir ini. Belum lagi matanya, dia bisa berteman dengan Sumanto, turun ke lantai bawah untuk mengobrol dengan orang-orang besar hingga sangat dihargai oleh orang-orang besar, itu benar-benar hal yang sangat membanggakan.

Friska memandang rendah dia dengan berpikir dia baru saja turun ke lantai bawah untuk pergi ke toilet, dan dia sebenarnya mengakuinya dengan enteng.

Dia sangat ingin pamer dirinya yang baru saja masuk ke ruang VIP di lantai bawah.

Pada saat ini, kamar dagang akan dimulai secara resmi, banyak orang telah bertemu dengan teman-teman mereka lalu berjalan ke auditorium kecil dan duduk. Kay dan rekan-rekannya telah duduk di barisan depan. Denny melihat Janu dan Gissel duduk di barisan ketiga dari auditorium kecil. Keluarga Chen menyelenggarakan kamar dagang adalah untuk membangun momentum dan membuktikan pengaruh keluarga Chen terhadap Kota Harayu, mereka mengatur kerabat penting keluarga Chen di barisan pertama dan barisan kedua.

"Cepat atau lambat suatu hari kita akan duduk di depan, menjadi pusat perhatian dan melebihi keluarga Chen." Gissel tidak begitu puas dengan pengaturan tempat duduk, ia berkata kepada Janu.

“Pasti bisa.” Janu juga mulai berambisi.

“Kamu bersembunyi dengan sangat bagus tadi.” Saat Friska menyangga lengan Denny, ia tiba-tiba tersenyum.

“Kenapa?” Denny juga tidak bisa menahan senyum dan mengagumi istrinya yang menawan di depannya.

"Ada beberapa anak di keluarga Chen yang bersikap kekanak-kanakan, mereka ingin mengatai matamu dan sengaja membuatmu marah. Karena kamu pergi ke toilet sehingga mereka tidak menemukanmu, kurasa mereka sangat kecewa." Kata Friska.

“Apakah mereka mengatakan sesuatu padamu? Tanya Denny.

“Apa yang bisa dikatakan, aku juga tidak mempedulikan mereka, mereka asal bicara beberapa kata dan pergi begitu saja ketika merasa bosan.” ucap Friska.

“Mereka mengataimu?” tanya Denny.

“Beberapa kalimat saja.” Sahut Friska.

“Baiklah, aku akan mengingatnya.” Ucap Denny.

“Jangan simpan ke dalam hati, seseorang akan diintimidasi karena kurang beruntung, Identitasmu hari ini tidak seperti dulu, Ini normal jika orang jahat membuat kesulitan. Meskipun matamu tidak bisa melihat, tetapi aku sudah membaca banyak buku inspirasi untuk orang buta, jadi aku mengerti penderitaanmu, tetapi selama kita menenangkan pikiran kita, maka tidak ada lubang yang tak bisa dilewati, bagaimanapun hidup masih sangat panjang." Friska menghibur Denny.

“Kamu adalah istriku, aku tidak akan membiarkan orang lain menindasmu.” Ucap Denny.

Friska menghentikan langkah kakinya lalu tertegun menatap Denny.

Ini apa maksudnya?

“Kita bisa sampai sekarang, benar-benar jodoh, bukan?” Denny tersenyum.

“Benar-benar jodoh.” Friska tertunduk.

Saat ini keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, Denny memikirkan matanya yang sudah sembuh, diperkirakan dia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi, dia merasa sangat senang jika bersama dengan Friska. Lalu yang dipikirkan Friska adalah, ada apa di antara mereka? Apakah dia benar-benar ingin tunduk pada pria yang tidak memiliki perasaan padanya dan mempercayakan seluruh hidupnya? Karena Tuhan telah menjadikan Denny sebagai suaminya, dia bersedia menjaga Denny seumur hidup, hanya saja bagaimana supaya dia bisa jatuh cinta pada pria ini.

Ketika kedua orang mendekati tempat duduk mereka, Denny melihat seorang pria duduk di kursinya, dan kemudian ia melihat tag nama yang ada di belakang kursi, suasana hatinya langsung menjadi buruk.

Setelah pergi selama lebih dari 20 menit, tag nama di bagian belakang kursinya digantikan oleh Fidel.

Pada saat ini, Fidel sedang duduk di kursinya sambil melirik ke kiri dan ke kanan, seolah mencari sosok Friska.

“Ini apa yang terjadi?” Friska lekas meninggalkan Denny untuk mencari penanggung jawab keluarga Chen kamar dagang.

Hari ini William, putra kedua dari keluarga Chen bertanggung jawab atas kamar dagang, kini William sedang melayani para tamu yang berstatus lebih tinggi untuk mempersilakan mereka duduk, Ketika dia melihat Friska tiba-tiba datang dan bertanya, dia mengedipkan mata, "Apa yang terjadi?"

"Kursi Denny, mengapa Fidel duduk di tempat duduknya? Tag nama di kursi Denny juga tidak ada, ditempel jadi nama Fidel." Friska sedikit marah.

“Oh, jadi itu yang terjadi.” William tiba-tiba menyadari lalu memandang Denny sekilas dan berkata dengan senyuman sinis, “Kak Friska, aku benar-benar tidak mengerti mengapa kau mengajak Denny yang matanya buta untuk datang kemari. Matanya tidak bisa melihat lagi. Hari ini adalah hari bagi para pengusaha Harayu mengadakan rapat untuk membahas masalah-masalah besar, tidak ada yang bisa dia lakukan, kupikir itu akan sia-sia jika membiarkannya mengisi satu kursi. Kebetulan Fidel adalah temanku, dia memintaku mencarikan tempat duduk untuknya, jadi aku merobek tag nama Denny dan sementara membuat tag nama untuk Fidel."

“Apa kau memandang rendah keluarga Ye kami?” tanya Friska.

"Kak Friska, aku mana berani memandang rendah keluarga Ye kalian? keluarga Chen dan keluarga Ye kita adalah keluarga yang terkenal di kota Harayu, walaupun keluarga Chen kami telah mencapai kinerja yang baik dalam dua tahun terakhir, tapi kami selalu menghormati keluarga Ye dalam hati kami. Aku tidak memandang rendah keluarga Ye kalian, tapi aku memandang rendah Denny." Kata William sambil menyeringai.

“Kamu sungguh keterlaluan!” gerutu Friska.

“Hehe.” William tidak menghiraukan Friska lagi, lalu ia berbalik dan kembali melayani para tamu lainnya.

Kamar dagang hari ini adalah wilayah keluarga Chen, dan status keluarga Chen lebih baik daripada keluarga Ye, meski dulunya setara dengan keluarga Chen, keluarga Ye hanya dapat diatur oleh keluarga Chen.

Friska mendapati William tidak menghiraukan dirinya, ia menghujamkan tatapan dingin padanya, tatapannya terus mengikuti pergerakan William. Fidel masih belum melihat Denny, dia melihat Friska dan William marah, lalu buru-buru meninggalkan tempat duduknya dan menghampiri Friska, "Friska, kebetulan sekali, tak disangka ternyata kita duduk bersama."

“Benarkan kamu sengaja ingin duduk disampingku?” keluh Friska sambil memandang Fidel.

"Sengaja? Aku tidak bermaksud begitu." Fidel pura-pura tak tahu lalu ia tersenyum seolah-olah menghibur Friska dan hendak mengulurkan tangan untuk menepuk pundak Friska. Friska menghindar dengan mundur selangkah, lalu Fidel tertawa dan berkata, "Daging yang lemah adalah mangsa yang kuat. Kamar Dagang yang diselenggarakan oleh keluarga Chen adalah kegiatan yang penting di kota Harayu, tidak semua orang berhak mengisi tempat duduk. mata suamimu tidak bisa melihat, bukankah itu normal jika dia tidak memiliki tempat duduk. "

“Friska, acara segera dimulai, untuk apa kau berdiri di sana? Cepat balik ke tempat dudukmu.” Janu dan Gissel merasa tidak beres, lalu memandang ke arah Friska.

“Benar, sudah dewasa untuk apa ribut-ribut di tempat umum, memalukan sekali, cepat balik ke tempat dudukmu.”

"Tadi ada sedikit masalah, tetapi bukan masalah besar, hanya salah paham." Friska mengambil napas dalam-dalam dan mendekati Denny, dia merasa sangat sedih karena William dan Fidel bersekongkol menindasnya.

Namun dia memikirkan bahwa mata Denny tidak dapat melihat, dia memutuskan untuk tidak menceritakan masalah tadi kepada Denny, dia tidak ingin membuat Denny sedih, akhirnya dia memendam keluhannya sendiri, dan mencoba untuk menipu Denny agar duduk di tempat duduknya.

“Ternyata tempat duduk kita tidak berdampingan, tempat dudukmu di sini, dan tempat dudukku di tempat lain.” Friska membantu Denny untuk duduk di tempat duduknya sendiri.

“Apakah ini tempat dudukku?” Denny menyaksikan semuanya, batinnya dingin.

“Benar.” Sahut Friska.

“Kurasa bukan, tempat dudukku seharusnya di barisan pertama.” Denny melangkah lebar ke depan.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu