Si Menantu Buta - Bab 454 Organisasi Raja

Mimik wajah Vincent memancarkan ketakutan saat memandang lubang pistol yang berwarna hitam tersebut.

"Ini adalah kekuasaanku, bagaimana menurutmu?" Denny tersenyum tipis sembari berkata.

Vincent tersenyum canggung, "Kamu luar biasa juga."

"Tapi jangan menggunakan cara itu untuk menakutiku, aku tidak akan ketakutan karena hal tersebut, karena sebelumnya aku pernah mengalami ditembak oleh orang lain," Vincent berkata dengan secara terpaksa.

Sebelumnya Vincent mengira dirinya akan mengalahi Denny, namun kini ia tidak menyangka bahwa bawahan Denny menodong pistol ke arahnya. Masalah ini terjadi perubahan, namun Vincent merasa yakin bahwa Denny tidak akan menembaknya.

Bawahan Vincent menghentikan langkahan kaki untuk menghampiri Denny. Dalam lubuk hati, mereka terus gemetaran saking ketakutan.

"Apakah kamu mengira aku tidak berani menembakmu? Atau dirimu tidak takut mati?" Denny berujar dengan pelan.

Vincent memundurkan langkahan kaki ke belakang sebanyak dua kali, kini ia tidak berani dalam bertindak. Vincent khawatir jika ia membuat emosi Denny kian memuncak, Denny akan benar-benar menembaknya karena gegabah.

"Apa yang ingin kamu lakukan?" nada bicara Vincent berubah menjadi lembut.

Bahkan Vincent belum menikmati kehidupan, ia merasa nyaman berada di posisinya sekarang. Vincent benar-benar terobsesi terhadap dunia ini, terobsesi dengan status serta kekuasaan, dan terobsesi dengan kekuatan dalam mengatur kehidupan orang lain. Oleh karena itu, tentunya Vincent takut dengan kematian.

"Seharusnya diriku yang bertanya kepadamu, apa yang ingin kamu lakukan terhadapku?" Denny tersenyum meremehkan.

"Kita mengobrol dengan baik-baik, apakah kamu boleh menyuruh bawahanmu melepaskan pistol terlebih dahulu?" Vincent bertanya sembari terus melangkah mundur ke arah luar pintu.

Vincent benar-benar ketakutan bawahan Denny akan menembaknya, ia juga benci terhadap perasaan dikendalikan oleh Denny. Kini ia terus melangkah mundur, Vincent ingin bawahan Denny melepaskan pistol terlebih dahulu, lalu ia akan segera keluar dari ruangan inap Denny.

"Jangan memikirkan cara apa pun, bawahan kita berada di seluruh gedung ini," Mario berkata saat melihat Vincent mempunyai pikiran yang jahat.

Vincent menggunakan tangan untuk menggaruk kepalanya, ia menghentikan langkahan kaki untuk memundur ke arah belakang lalu tersenyum sinis.

"Bukankah lebih baik sebelumnya mendengar kata-kataku untuk meninggalkan tempat ini, tentunya kamu tidak akan mengalami situasi dilema seperti ini," Dome menatap Vincent dengan datar.

"Situasi dilema, kamu benar-benar memikir secara berlebihan," Vincent berkata dengan terpaksa.

"Menembakku saja jika kalian berani, mungkin saja itu hanyalah pistol palsu."

Vincent merasa sungguh yakin bahwa Denny tidak berani melakukan apa pun terhadapnya, meskipun Denny sungguh berkuasa, namun ia bukanlah tokoh biasa yang mudah dilawan. Vincent akan merasa malu jika ditakuti oleh bawahan Denny dan ia langsung menyerah begitu saja, ia tidak ingin menyerah di hadapan Denny.

Denny tersenyum tipis, "Sebelumnya kamu berkata pernah ditembak oleh orang lain, ini sungguh baik, aku aku akan membuat dirimu merasakan rasanya meninggal."

Denny bisa kapan pun menuntut Vincent karena menyerang dirinya yang sebagai presiden, serta menangkap Vincent. Apa yang telah dilakukan oleh Vincent telah melanggar keselamatan pribadi Denny.

Setelah Denny selesai berujar, Mario pun langsung menggunakan satu tangan menodong pistol ke arah kepala Vincent. Mimik wajahnya terlihat sungguh datar bagaikan pembunuh yang kejam.

"Jangan.... jangan menembakku, kita bisa membahas masalah ini dengan baik," jantung Vincent berdetak sungguh cepat, ia benar-benar merasa panik saat ditodong pistol dengan jarak dekat.

Melihat Mario seperti itu, ia benar-benar merasa yakin bahwa Mario akan menembaknya.

"Aku meminta maaf terhadap kelakukanku sebelumnya, apakah boleh memberiku satu kesempatan untuk meninggalkan tempat ini?" kedua kaki Vincent benar-benar gemetar, ia terus melototkan kedua netranya, peluh terus mengalir di bagian dahinya.

"Baiklah, kamu pergi saja," Denny berujar dengan pelan.

Sejak dulu Denny benar-benar tidak menganggap penting terhadap Vincent, ia juga tidak ingin membunuh Vincent. Lagipula Denny benar-benar tidak ingin membunuh orang di hadapan guru, Nikita, serta temannya.

Vincent membuang napas lega saat mendengar kata-kata Denny, Mario serta bawahan lain melepaskan todongan pistol terhadap Vincent sembari memandangnya dingin. Dengan terburu-buru Vincent pun membawa bawahannya untuk meninggalkan ruangan inap, ia takut Denny akan berubah pikiran.

"Tentunya kekuasaan yang membuat orang merasa ketakutan, meskipun kemampuan seseorang benar-benar luar biasa, namun juga mempunyai batasnya."

Saat berbicara, Denny merasakan perasaan tak berdaya. Kekuasaan Denny lebih besar, oleh karena itu ia bisa menakuti Vincent. Sedangkan di Alock, kemampuan Jacob jauh lebih besar dibanding Denny, oleh karena itu Denny tidak bisa melakukan apa pun terhadap Jacob, bahkan sungguh sulit untuk menghentikan aksi Jacob.

"Vincent benar-benar tidak tahu apa pun, terlalu ringan hukuman yang diberikan untuknya," Mark terkekeh sembari berkata.

"Orang seperti Vincent harus diberikan hukuman yang berat," Fendi berkata.

"Kamu sudah menggunakan obat, istirahat lah yang cukup, kita bubar saja," Dome berkata.

Seluruh orang mendengar kata-kata Dome pun membubarkan diri, menyisakan Nikita yang tengah terduduk di tepi kasur sembari menyuapkan sup ayam untuk Denny.

"Kamu lumayan mahir dalam memasak, aku terpaksa bisa menyantap masakanmu," Denny tersenyum sembari berkata.

"Kamu tetap bisa becanda meskipun terluka berat, bahkan orang lain tidak bisa menyantap masakanku. Tidak butuh makan jika kamu tidak menyukainya," Nikita mengerucutkan bibirnya sembari berkata.

Meskipun Nikita berkata seperti itu, namun ia terus menyuapkan sup ayam untuk Denny.

Denny menggunakan kesempatan tersebut untuk menangkup pergelangan tangan Nikita yang kecil, "Kamu benar-benar lucu."

Saat itu juga terdengar suara ketukan pintu dari luar, ternyata Sumanto menggunakan tongkat lalu memasuki ruangan inap Denny.

Wajah Nikita merona merah, lalu ia berbisik kepada Denny, "Lepaskan."

Sumanto tersenyum jahat saat melihat gerakan tangan Denny serta wajah Nikita yang merona merah.

Nikita melepaskan tangan kekar Denny, lalu meninggalkan Denny serta Sumanto dengan perasaan tersipu malu.

Nikita menyukai Denny, namun mereka hanyalah sepasang kekasih, dan Denny bukan seutuhnya milik Nikita.

Sebelumnya Denny benar-benar merasa sedih saat Nikita meminta mengakhiri hubungan dengannya tanpa sebab, saat itu juga Denny memutuskan ingin mendekati Nikita lagi. Denny merasa lumayan baik mempunyai kekasih yang begitu lucu.

"Denny, kamu benar-benar luar biasa bisa menjalani hubungan kekasih dengan Nikita, nenek moyangnya adalah gubernur Liangjiang," Sumanto berkata setelah Nikita keluar dari ruangan inap Denny.

"Biasa saja," Denny berkata.

"Oh iya, bagaimana dengan keadaan lukamu? Apakah sudah baik-baik saja?" Sumanto bertanya.

"Tidak apa-apa, sebagai seorang petinju memang harus menerima segala hal tersebut. Harus berusaha jika ingin menjadi seseorang yang luar biasa, bukan?" tatapan Denny terlihat meyakinkan.

"Apa yang telah kamu katakan memang benar, harus berusaha supaya mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi kamu harus menjaga dirimu, istirahat yang cukup, aku masih menunggu kabar baikmu di kompetisi raja petinju," Sumanto berujar dengan datar.

"Haha, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan mengalahkan Sonny di kompetisi raja petinju," Denny berkata dengan percaya diri.

"Aku akan menyaksikan momen kemenangan kamu," sudut bibir Sumanto terangkat.

……

Dalam lubuk hati, emosi Vincent kian memuncak saat meninggalkan ruangan inap Denny serta membubarkan bawahannya.

"Denny hanyalah petinju miskin di Alock, bagaimana mungkin ia memiliki kekuasaan sebesar itu? Apakah ia mempunyai hak menyuruhku untuk meminta maaf terhadapnya?"

"Tidak boleh, aku harus membalas dendam. Denny hanyalah atlet sampah, aku harus menyuruh seseorang untuk mengganggunya."

Setelah memikir sejenak, mimik wajah Vincent memancarkan senyuman yang terlihat menyeramkan. Lalu Vincent mengeluarkan ponselnya, dan menghubungi raja organisasi pembunuh Amerika Utara.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu