Si Menantu Buta - Bab 179 Master di pertarungan

Andreas menundukkan kepalanya sambil tersenyum. Dia berasal dari keluarga bela diri. Dia sering menonton pertandingan tinju dan pertarungan bebas, dan mengerti beberapa ilmu dasar dari tinju.

Dia merasa bahwa Farraz agak sombong, mungkin Farraz sombong karena uangnya.

Sekarang ia baru tahu, sebenarnya Farraz bahkan tidak tahu ilmu dasar tinju.

Ia ingin menggunakan Jurus pukulan Maut untuk melawan Jeremy.

Sejak empat tahun lalu, teknik Tinjuan maut sudah dilarang dari kompetisi pertarungan bebas dan Kompetisi Tinju karena gerakannya yang berlebihan dan perlu keberuntungan yang besar.

Terus terang, kekuatan Tinjuan maut bisa dibilang lumayan, tetapi kegunaanya dalam pertarungan tidak terlalu besar. Bagus jika bisa mengenai lawan, namun jika tidak mengenai lawan, lawan akan dengan mudah menghajar balik, teknik ini terlalu murahan, bahkan orang luar pun meremehkan teknik ini.

"Aku baru saja ingin berbicara tentang ini. Tinjuan maut ini sejak lama telah dilarang. Apakah dia benar-benar akan bertarung denganku menggunakan Tinjuan maut?

“Tidak mungkin, apakah Pukulan Maut sudah menjadi sebuah pelanggaran sekarang?” Wajah Farraz tertegun.

"Sudah lama dilarang," Denny mengangguk dengan lembut.

"Aku sudah berlatih Tinjuan maut dengan keras selama lima tahun ini!" Farraz berkata dengan keras.

Hera tertawa keras.

Wajahnya putihnya menunukkan ekspresi yang senang.

“sudah kubilang teknik tinjuan Maut itu merupakan sebuah pelanggaran, jika tidak percaya, cari saja sendiri di ponsel mu.” Kata Dome dengan tidak sabar.

"Berarti latihanku sia-sia?" Kata Farraz.

"Ya, sia-sia," kata Denny.

"Dengan kemampuan seperti ini, masih berani ingin bersaing lagi dengan Presiden Denny," kata Fidel dengan jijik.

Fidel merupakan direktur dari Club Boxing. Farraz tidak berani membalasnya. Dia mengerutkan kening dan tidak berkata apa-apa.

Jeremy menoleh ke belakang melihat siaran langsung yang ada di ponselnya dan melihat banyak komentar bagus di siaran langsung nya. Pengunjungnya hari ini cukup banyak. Biasa orang yang menonton siaran langsungnya hanya sekitar 2.000 an. Tapi, hari ini telah meningkat mencapai lebih dari 5.000.

Ini adalah kesempatan, ia bisa memanfaatkan pertarungan ini.

Dengan cepat ia berkata kepada Farraz, "Jangan banyak bicara lagi, mari kita mulai pertarungannya, aku akan melawanmu hanya menggunakan satu tangan. Jika kamu merasa Tinjuan maut mu hebat, kamu juga boleh menggunakan Tinjuan maut."

"Kamu meremehkanku? Lagipula aku tidak perlu mengeluarkan tinjuan Maut untuk mengalahkanmu." Wajah Farraz tidak cantik.

Kedua pria itu segera berjalan memasuki arena mengenakan sarung tinju, Farraz menatap mata Jeremy, dan Jeremy juga memperhatiikan matanya.

Keduanya berjalan beberapa langkah satu sama lain, dan Jeremy tiba-tiba bergegas maju, meninju wajah Farraz.

Farraz melawan balik dengan cepat, dan Jeremy pun segera mundur, menghindari pukulan dari Farraz.

Jeremy telah memegang tangan kirinya dan meletakkan tangan kanannya di bawah pinggangnya.

Mereka benar-benar terdiam, ia benar-benar melawan Farraz dengan hanya menggunakan satu tangan.

"Sial!"

Farraz sedang dirugikan, melihat Jeremy yang masih bermain dengannya hanya dengan satu tangan, membuatnya emosi. Dia bergegas menuju Jeremy dengan cepat, sepasang tinju menghantam wajah Jeremy bagaikan meriam.

Jeremy melangkah mundur perlahan, ia menjaga jarak aman dengan Farraz agar Farraz tidak bisa memukulnya.

Saat Farraz menyudutkan Jeremy ke ujung tali, dan punggungnya telah menyentuh tali, dengan cepat ia mengelakkan tubuhnya, dan berpindah muncul di sisi Farraz.

Farraz mengayunkan pukulannya ke arah Jeremy, dan Jeremy dengan cepat membungkukkan pinggangnya ke belakang.

Ketika pukulan Farraz yang lain hendak mengenainya, Jeremy dengan cepat bangkit kembali seperti pegas, dan langsung mengayunkan pukulan ke arah wajah Farraz.

Jeremy memukul hidung Farraz, semua petinju harus banyak latihan untuk menghalau pukulan itu. Tinju di hidung nya itu tidak berarti apa-apa bagi Farraz, hanya saja ia menjadi sedikit repot, sedikit mati rasa dan menyakitkan, namun ini tidak seperti ketika dagunya dipukul dan membuat kepalanya teratih-atih . Diapun segera mengayunkan tangannya ke Jeremy dengan tinju kanan. Jeremy segera memeluk Farraz, membuat Farraz tidak bisa memukulnya.

“Pisahkan!” Dome berteriak keras dari bawah arena.

Ketika Jeremy dan Farraz saling berpelukan, Jeremy masih diam-diam meninju tulang rusuk Farraz. Ini membuat Farraz sangat marah. Pertarungannya dengan Jeremy sebentar lagi akan berubah menjadi perkelahian. Dome terus mencela, dan Farraz berusaha untuk mengendalikan amarahnya.

Setelah satu ronde, hidung Farraz dipenuhi darah, dan beberapa memar di tulang rusuknya karena dipukul oleh Jeremy. Salah satu matanya juga sedikit bengkak, dia pun terengah-engah di pojokan.

Denny dan para petinjunya dengan cepat memijit bahunya. Denny menuangkan air mineral ke kepalanya dan berkata kepadanya, "Ini adalah pertarungan bebas, pertarungan antara tangan, kaki dan gulat, bukan hanya pertarungan tinju. Kamu harus mencoba untuk menyerangnya dengan kakimu. Jeremy sengaja menurunkan tangan kanannya untuk melawanmu, dan kamu dapat mudah menendang tulang rusuk kanannya dengan kaki. Selama dia memaksakan diru untuk tidak menggunakan tangan kanannya, kamu akan memenangkan pertandingan ini. "

"Tak perlu mengajariku!?" Farraz melempar air mineralnya.

Air mineral itu pun membahasi Denny.

"Mengapa kamu tidak mengerti hal ini? Tuan Denny sedang mengajarimu teknik yang baik." kata Fidel dengan marah.

“Aku tidak perlu perhatian kalian.” Kata Farraz kepada Fidel.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Saat Farraz dan Jeremy melanjutkan pertarungan, Andreas berjalan ke arah Denny dan bertanya.

“Tidak apa-apa.” Kata Denny tanpa menoleh.

Farraz merupakan petinju di bawah naungannya, setelah dihajar, ia mengerti kemarahan Farraz. Dunia tinju juga tidak ada yang benar dan salah, ia memahami kemarahan Farraz terhadapnya.

Sepertinya Farraz tidak tahu bahwa ia adalah pemimpin dari Club boxing ini, ia menganggapnya sebagai petinju yang kompetitif.

“Satu pukulan, dua pukulan, tiga pukulan!” Saat pertarungan dimulai kembali, Farraz dihajar habis-habisan oleh Jeremy.

Hidung Farraz mengeluarkan banyak darah, dan memar di wajahnya semakin parah. Jeremy masih hanya memukulnya dengan tangan kiri, ia memukul wajahnya dengan tangan kiri, sambil berteriak keras menghitung jumlah pukulannya.

“Empat pukulan, lima pukulan, enam pukulan!” Jeremy menjadi semakin bersemangat, bukan hanya farraz yang menghitung pukulannya, tetapi orang-orang yang ia bawa bersamanya juga ikut menghitung dengan keras.

Pada platform siaran langsung Jeremy, telah banyak hadiah yang diberikan padanya, satu per satu, dan jumlah penonton di siaran langsungnya telah meningkat mencapai lebih dari 30.000 penonton.

“Aku ingin tahu informasi tentang Jeremy,” Denny berkata kepada Fidel.

“Aku akan mencarinya.” Fidel cepat-cepat mengambil tablet dan mencari informasi Jeremy di komputer.

"Saya menemukannya. Dia berpartisipasi dalam Kompetisi W-1 kita, kompetisi kita memiliki rekor nya. Ia pernah menang di Kompetisi W-1 kita. Itu adalah TKO. Bobotnya 80 kg, berusia 28 tahun dan orang local dari Kota Harayu. Dulu ia berlatih di tempat tinju yang tidak diketahui namanya. "Fidel dengan cepat membaca informasi Jeremy.

“Bagaimana dengan informasi Farraz?” Denny bertanya.

"Saya akan mencarinya. Farraz telah berpartisipasi dalam tiga kompetisi W-1 dan menang tiga kali berturut-turut. Dia berusia 24 tahun dengan berat 70 kg. Dia berasal dari Kota Jincheng." Kata Fidel.

"Berat nya tidak sebanding, dan pengalaman berkelahi yang juga berbeda. Farraz pasti akan kalah." Denny menghela nafas pelan.

"Aku bisa bertaruh denganmu. Aku bertaruh Farraz bisa menang." Rakka menatap Denny dengan dingin.

“Oh?” Denny menatapnya dengan heran.

"Tidak peduli seberapa kuat Jeremy, ia hanyalah petarung jalanan, sedangkan Farraz merupakan atlet murni. Dia pernah berlatih di tim provinsi sebelumnya dan bermain di kompetisi. Dia merupakan atlet profesional, dan Jeremy bukanlah lawannya," kata Rakka.

"Atlet profesional, namun tidak tahu tentang pelanggaran Tinjuan maut?" kata Dome dengan dingin.

"............" Rakka seketika menghela nafas dan melihat Dome.

"Apanya berlatih di tim Provinsi? Mengapa seperti tidak dilatih oleh Tim provinsi. Palingan ia berlatih selama dua bulan dengan membayar uang 10 juta" kata Dome.

“Tuan, mengapa kamu bicara tanpa menghargai oranglain?” Rakka berkata dengan tidak puas.

“Sampah, untuk apa menghargai kalian?” Dome berkata.

“Pokoknya, Farraz pasti menang!” Rakka menurunkan wajahnya dan mendukung Farraz dengan suara keras.

Begitu suaranya keluar, Farraz melompat ke atas ring, dan ia melayangkan Tinjuan maut itu kearah Jeremy.

Jeremy terseyum dingin dan hanya mengangkat sikunya, dada Farraz terhantam oleh siku Jeremy dengan keras. Dia jatuh seketika ke tanah dan tidak sanggup berdiri.

“Apa aku melakukan pelanggaran?” Jeremy pura-pura terkejut, dan kemudian menggelengkan kepalanya dengan angkuh di atas arena.

Novel Terkait

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu