Si Menantu Buta - Bab 26 Jalan-jalan Bersama Friska Ye

Denny Wang tidak menyangka, dia merasa bosan dan membagikan momennya di Wechat, tidak disangka hal itu mengundang kedatangan Friska. Friska datang ke kelas pelatihannya dan dia merasakan perasaannya yang tidak dapat dijelaskan secara tiba-tiba di dalam hatinya, dia merasa sedikit tersentuh. Ternyata meskipun matanya tidak bisa melihat masih ada seorang istri sepertinya yang akan merawatnya sepanjang waktu.

Sekarang masih ada kelas, jelas tidak pantas jika mereka berdua mengobrol di kelas, dia juga tidak mempedulikan tatapan kaget Fidel, mereka berdua keluar dari ruang kelas.

“Apakah kamu begitu santai? Kamu berebut kuota dengan orang-orang biasa untuk pelatihan pengusaha ini. Jika kamu merasa bosan di rumah kamu bisa katakan kepadaku, kenapa kamu keluar sembarangan? Bagaimana jika terjadi sesuatu?” Friska Ye memakai gaun panjang bercorak bunga biru tua dan sepatu hak tinggi, samar-samar terlihat talinya yang berwarna putih, berdiri berhadapan bersama Denny di koridor.

“Memang sedikit santai.” ucap Denny tersenyum.

“Suasana hatimu akhir-akhir ini sudah berubah, tidak seperti dulu yang suka marah dan membosankan, mungkin pikiranmu sudah terbuka, aku merasa sangat baik, dan kamu sudah mulai menerima kenyataan hidup.” Friska melihat Denny dengan dingin.

“Aku memang telah banyak berubah.” Denny mengakuinya.

“Siapa yang membantu mendaftarkan Wechatmu? Siapa yang membantumu mengirimkan foto di laman Wechat? Apakah Fidel? Dia bukan orang baik, jangan terlalu sering berhubungan dengannya.” ucap Friska.

“Aku sendiri yang mengirimnya.” ujar Denny.

“Kamu pintar sekali berbohong.” sudut bibir Friska sedikit tertarik.

“Aku tidak berbohong dengan orang sendiri.” kata Denny.

“Ayo, pergi.” Friska Ye menarik lengan Denny.

“Apa yang kamu lakukan?” ucap Denny terkejut.

Melakukan kontak fisik lagi, dia akhir-akhir ini menjadi semakin menyukai Friska, mungkin karena dia terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini, dia hanya sekilas melihat tangan Friska yang seputih giok dan hatinya langsung menjadi tegang.

“Bukankah kamu merasa bosan? Aku bawa kamu jalan-jalan ke kota.” ucap Friska.

“Apakah kamu akan menarik lenganku seperti ini?” Denny merasa sedikit malu.

“Matamu tidak bisa melihat, maka aku harus memapahmu. Lagi pula, kita adalah pasangan suami istri, meskipun aku tidak suka terlalu dekat dengan orang, tapi jika aku sengaja melakukannya, aku terlihat sedikit kejam. Lagi pula, ada sesuatu hal yang akan terjadi cepat atau lambat, aku tidak mungkin menghindarimu selamanya.” ucap Friska.

“............ “ Hati Denny langsung menjadi bersemangat.

Dia tahu apa yang dimaksud dengan Friska, apa hubungan mereka berdua, mereka berdua bukan anak-anak lagi, mereka tahu, karena mereka adalah pasangan suami istri, ini berarti bahwa akan terjadi sesuatu pada mereka kelak, Friska menunjukkan sikapnya padanya, dia mencoba menerimanya pelan-pelan.

Friska memiliki kemampuan untuk menghasilkan uang, dia bisa membantu keluarganya sendiri kapan saja, jika dibandingkan dengan Denny, apa arti kelas pelatihan pengusaha ini? Apa arti investasi Sumanto yang sebesar 200 miliar itu? Dia tiba-tiba menemukan bahwa dia benar-benar sudah mulai menyukai Friska, selama dia bisa mendapatkan Friska, meskipun sekarang dia adalah pemimpin Keluarga Wang dan dia harus meninggalkan harta keluarga sebesar triliunan juga tidak masalah baginya!?

Suasana hatinya tiba-tiba membaik, dia meninggalkan Gedung Rakyat bersama Friska dan masuk ke dalam mobil Mustang milik Friska.

“Kebun binatang, jalan-jalan, taman hiburan, apa yang kamu suka?” Friska bertanya sambil menyetir.

“Apa yang kamu suka?” tanya Denny.

“Bukankah kamu tidak suka duduk di rumah? Hari ini aku akan menemanimu dan melakukan hal yang kamu suka.” ujar Friska.

Denny ingin berkata, jika ada kamu, aku tentu saja akan suka tinggal di rumah, tinggal bersamamu di dalam kamar dan melakukan hal itu bersamamu. Tapi hubungannya dengan Friska masih belum sampai tahap itu, dia tidak berani bercanda tentang hal itu, dia takut Friska akan menendangnya keluar dari mobil dan bersikap buruk padanya lagi.

“Jalan-jalan saja, jika sudah capek, aku akan mentraktirmu makan makanan barat.” kata Denny.

“Aku yang traktir.” Friska Ye tersenyum.

Kota Harayu tidak kecil, jaraknya lumayan jauh dari Gedung Rakyat, jam empat sore sudah hampir waktu sibuk dan jalanan sangat macet. Mereka berdua duduk di dalam mobil, telepon Friska terus berbunyi, Friska mengangkat teleponnya dan mengatakannya dengan pelan bahwa dia tidak pergi, tidak lama kemudian, teleponnya berbunyi lagi dan sepertinya sedang memohon kepada Friska.

“Apakah kamu sangat sibuk? Kamu khusus datang ke kelas pelatihan demi diriku. Jika kamu ada urusan, aku bisa pulang ke rumah dulu, aku tidak masalah.” ucap Denny.

“Tidak terlalu sibuk, itu karena aku lupa, hari ini aku sudah janjian akan jalan-jalan bersama teman baikku sehabis pulang kerja, dan akan makan malam bersama dengan beberapa temanku.” Jawab Friska.

“Aku pulang naik taksi saja.” kata Denny.

“Tidak perlu, aku belum pernah menemanimu selama dua tahun kamu tinggal di Keluarga Ye, pada waktu itu aku melihat suasana hatimu buruk, temperamenmu sangat jelek, aku pikir aku akan menemanimu ketika pikiranmu sudah terbuka. Kamu telah banyak berubah akhir-akhir ini, aku tahu kamu sudah tidak peduli tentang masalah matamu lagi. Karena kamu sudah mau menerima kehidupan yang baik, maka aku akan berusaha melakukan tugasku untuk merawatmu. Dan karena suasana hatimu sedang baik hari ini, aku akan tunda janji dengan mereka dulu.” ucap Friska.

“Aku benar-benar tidak apa-apa, aku sudah sendirian selama lebih dari dua tahun, aku sudah terbiasa.” kata Denny.

“Tidak bisa.” Friska Ye bersikeras.

“Bagaimana kalau begini saja, meskipun mataku masih belum sembuh, tapi aku tidak berbeda dari orang normal, aku bisa melakukan hal yang dilakukan oleh orang biasa, aku tidak akan merepotkanmu. Jika kamu merasa aku tidak menganggu, maka kamu bisa mengajak temanmu untuk jalan-jalan bersama, lebih seru jika lebih banyak orang lagi.” kata Denny.

Meskipun Denny Wang tidak ingin menyembunyikan masalah matanya kepada Friska, tapi tidak tahu mengapa, dia masih berbohong, mungkin karena dia ingin lebih memahami Friska Ye.

Dia takut jika dia tahu matanya sudah sembuh, maka dia tidak akan merawatnya lagi.

Hal yang paling dia takutkan akhirnya datang juga, dia perlahan-lahan mulai takut dengan kesepian.

“Temanku itu sangat menyebalkan, bagus jika kamu tidak mengeluh.” ketika ponsel Friska kembali berbunyi, Friska Ye menyetujuinya, lalu menyepakati untuk bertemu setengah jam kemudian di Clarkey Plaza.

Setengah jam kemudian, Denny dan Friska akhirnya sampai di tempat tujuan, mereka menunggu sebentar di depan di lift, tidak lama kemudian seorang gadis cantik dengan penuh semangat melompat keluar.

Gadis ini seumuran dengan Friska, postur badannya tidak tinggi, wajahnya cantik dan imut serta pakaiannya bersih, ketika dia melihat Denny, dia terkejut sambil menarik Friska, dan berkata, ”Bagus ya, Friska yang cantik, pantas saja kamu tidak mau jalan-jalan bersamaku, ternyata kamu diam-diam ditemani seorang pria tampan.”

“Cepat jelaskan, kapan ini terjadi? Jika tidak, aku akan menyiksamu.” gadis itu berkata sambil menggelitik Friska.

“Kami sudah lama bersama.” ucap Friska tertawa sambil menghindari tangannya.

“Kalian sudah lama bersama? Aku sebagai teman baikmu bahkan tidak tahu, kamu tega sekali. Cepat kenalkan padaku, jika tidak aku akan marah.” titah gadis itu.

Dia tidak pernah mengungkit dirinya dengan teman baiknya?

Ketika gadis itu berkata seperti itu, hati Denny merasa sedikit kecewa.

Dia pikir Friska tidak mempermasalahkan masalah matanya, sepertinya dia mempermasalahkannya, karena dia adalah aib bagi Keluarga Ye selama dua tahun ini.

“Halo pria tampan, namaku Selena, aku adalah teman baik Friska, siapa namamu, apakah kamu pacar Friska?” senyum jahat menghiasi wajah Selena.

“Namaku Denny Wang, aku adalah kakak sepupu Friska.” Denny merasa Friska tidak pernah menyebut keberadaan dirinya, maka dia tidak berani mengatakan yang sebenarnya karena takut Friska tidak senang.

“Ternyata kakak sepupu, pantas saja Friska tidak pernah mengungkitmu di depanku.” Selena menyunggingkan mulutnya dan matanya terlihat kecewa.

“Aku hanya kerabat jauh saja, aku tidak terlalu penting maka normal saja jika dia tidak mengungkit masalahku.” Denny Wang tersenyum dengan putus asa.

“Dia bukan.” Friska menggelengkan kepalanya.

“Bukan?” Selena merasa bingung.

Denny mengerutkan keningnya dan menatap Friska dengan kaget.

“Dia adalah suamiku, tapi dia buta, kamu jangan memandang rendah dirinya.” titah Friska.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu