Si Menantu Buta - Bab 117 Jujur Dan Tulus

“Ngomong-ngomong, sepertinya Keluarga Ye kita harus mempunya seorang wakil direktur yang sesungguhnya, Glen saja. Di saat Denny dan Friska masih dalam masa penyelidikan, maka kamu yang bertanggung jawab atas semua yang ada di perusahaan ini, kita sebagai Keluarga Ye juga lebih waspada, sebagai penerus dari Keluarga Ye.” Ucap Nyonya besar.

“Baik, Nenek.” Mata Glen berbinar-binar.

“Kalau begitu, rapat Keluarga Ye berakhir di sini, aku sedikit lelah, ingin pulang untuk beristirahat, jika tidak ada masalah penting jangan menggangguku.” Ucap Nyonya besar beranjak dari duduknya.

Suara tepukan tangan, lalu pintu ruang rapat kembali terbuka, nyonya besar berjalan keluar diikuti oleh Rita dan sekelompok kerabat dari Keluarga Ye.

Denny masih berdiri di depan pintu.

Nyonya besar menundukkan kepalanya, dan Rita memboyongnya keluar.

Ada seseorang yang menabrak denny dengan ringan.

“Nyonya besar sungguh hebat, dulu Denny dan Friska telah memberikan kontribusi yang begitu besar untuk Keluarga Ye, dan Tuan besar mengandalkan mereka, Denny membantu Friska, dan sebenarnya mereka telah merebut sumber daya dari keluarga bibi kedua, lalu menjadikan Friska sebagai wakil direktur. Dan sekarang, Nyonya besar telah muncul, hanya dengan sepatah dua kata dia telah berhasil membuat Friska kehilangan pekerjaannya.” Seseorang dari Keluarga Ye berkata.

“Sekuat apapun itu, tidak akan pernah bisa mengambil hati Nyonya besar, selama Nyonya besar ingin orang itu menjadi kepala keluarga, maka itu bukanlah sebuah kata.”

“Benar, meskipun Friska telah menjabat menjadi direktur sekalipun, tapi dari dulu hanya Nyonya besar yang menjabat sebagai kepala keluarga, dan dia membiarkan Glen menjadi seorang ketua direktur, menekan Friska seperti dulu kala.”

“Sayangnya, Aku pikir Denny dan bibi ketiga bisa bersatu untuk membuat badai yang besar, guntur sudah cukup besar, tapi hujan yang turun hanya gerimis saja. Aku pikir ini akan menjadi sebuah pukulan yang keras, tapi ternyata hanya seperti kapas yang lemah, tidak bisa melukai musuh, yang ada malah melukai diri sendiri, sakit.” Ada yang melirik Denny dengan senyum mengejek.

“Tidak ada yang perlu disayangkan, mereka memang tidak bisa berbisnis, perhitungan anggaran saja mereka salah, kita sudah sia-sia dalam sebulan ini, manusia tak berguna seperti ini, seharusnya dikeluarkan saja dari Keluarga Ye!” lagi-lagi seseorang bermulut jahat dari Keluarga Ye berkata.

“Kali ini posisi kepala Keluarga Ye telah ditetapkan, dan kita tidak perlu lagi berharap apa-apa.” Sian Ye mencibir, lalu melirik dan berkata pada Kay.

“Sialan.” Kay melayangkan sebuah tinju ke tembok.

Api kemarahan sudah berkobar di dalam hatinya.

“Sungguh manusia tak berguna, sekelompok sampah. Aku bahkan tidak bisa menemukan seseorang yang mempunyai kekuasaan untuk membantuku, jika tidak, mereka sama sekali bukan lawanku, sekelompok sampah!” Gissel berjalan keluar dan melihat Denny, lalu melampiaskan emosinya kepada Denny.

Tangannya juga masih memegang proposal keuangan yang dia periksa tadi malam, dengan keras dia membanting proposal itu ke badan Denny.

Denny tidak mengucapkan sepatah kata pun saat melihat bayangannya menjauh.

Sebagian kerabat dari Keluarga Ye telah meninggalkan tempat ini, dan hanya tersisa Friska duduk melamun di ruang rapat.

Bayangannya begitu suram, membuat orang merasa bersedih saat melihatnya.

Denny tahu, demi bisnis Keluarga Ye, Friska telah bekerja keras dalam satu bulan ini, bahkan dia masih harus lembur saat kembali ke rumah, sering kali dia lembur hingga subuh, seperti tidak terlalu banyak istirahat. Dengan bersusah payah telah menyelesaikan proyek ini, tapi hasil akhir yang diterima malah rugi, semua orang marah, dan dia pasti merasa sangat sedih.

Rapat Keluarga Ye hari ini adalah tentang penyelidikan proposal keuangan, selain ada di tangan Friska dan Gissel, juga terdapat beberapa lembar yang dipegang oleh Nyonya besar, Bibi pertama, serta Glen. Bahkan ada yang tidak mengambilnya lagi saat pergi, dan membiarkan berkas tersebut tergeletak di atas meja rapat.

Denny mulai memeriksa proposal keuangan yang ada di depannya, lalu mencocokkannya dengan milik Friska. Kecepatan memeriksanya sungguh cepat bagaikan mesin, seperti sepuluh barisan diperiksa dalam satu kedipan mata, tangannya juga tanpa henti membolak-balikkan proposal keuangan tersebut.

Perlahan, dalam hatinya muncul sebuah adegan di mana proyek Perusahaan Chevron berlangsung.

Untuk proyek besar Perusahaan Chevron senilai 400 miliar ini, menghilangkan uang sejumlah 40 miliar bukanlah hal yang sulit. Dia ingat dengan proyek Perusahaan Chevron beberapa hari yang lalu, terdapat belasan ekskavator yang beroperasi di saat yang sama.

Dengan secepat kilat, dia mencari perhitungan bagian ekskavator itu, lalu dengan menggunakan kukunya, dia menggosok, dan di sana tertulis 20 unit.

Harga sewa ekskavator dalam sehari itu tidak murah, meskipun dia dan Friska yang bertanggung jawab secara keseluruhan dalam proyek ini, tapi orang yang bertanggung jawab mencari tim teknik dan material ini adalah Glen dan Kay.

Setiap hari Glen memalsukan 5 unit dalam laporan harian proyek ini, dan itu bukan angka yang besar, tapi jika ditotal dalam sebulan, maka hal ini akan menjadi jumlah yang besar. Ditambah dengan semen dan kerikil, dulu waktu dia masih mengerjakan proyek di Keluarga Wang, dia juga pernah melakukan proyek kecil seperti ini, terutama seperti pembukaan real estat dan sebagainya. Sekarang bisnis real estat di China telah jenuh, dan perpajakan tidak akan selonggar saat pertama kali. Demi masalah perumahan untuk masyarakat biasa, China sengaja membatasi harga dari rumah-rumah yang dijual, jika para pemilik real estat ingin menghemat biaya, maka mereka harus belajar perhitungan detil mengenai hal material ini.

Setiap real estat pasti mempunyai perhitungan yang matang mengenai berapa material yang diperlukan untuk membangun sebuah rumah. Jika mereka tidak memahami hal ini, dan membiarkan orang lain sendiri yang mengurus material ini, maka pada akhirnya mereka akan rugi dengan proyek ini.

Perhitungan anggaran yang ada pada semen dan kerikil itu tidak benar, setidaknya ada sekitar 4 miliar rupiah yang dipalsukan dalam laporan.

Setelah itu, dia kembali memperhatikan situasi yang ada di bagian tim teknik, memperhatikan hal detil lainnya, perlahan dia pun tersenyum.

Jika dia tidak salah menebak, orang yang membuat proposal keuangan ini adalah Nadine, istrinya Glen.

Nadine adalah seorang akuntan, proposal keuangan yang dia buat bisa dikatakan sangat cermat, dia melebihkan sedikit setiap rincian yang ada, dan Friska merupakan seorang yang masih awam, dia setiap hari telah menghabiskan seluruh tenaganya di lokasi, dan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan situasi di sana dengan teliti.

Jika orang yang bertanggung jawab di lokasi adalah Janu, dia pasti bisa menemukan kejanggalan yang terdapat pada proposal keuangan ini. Tapi proposal keuangan ini sungguh sempurna dibuat oleh Nadine, meskipun mereka memiliki kecurigaan untuk bertanya kepada Nadine, Nadine juga memiliki segudang jawaban yang bisa menyalahkan mereka, dan membuat orang sama sekali tidak bisa mengelak sedikit pun kesalahan yang ada. Sayangnya, lawan Nadine kali ini adalah dia, dia mempunyai cara untuk menghadapi permainan kecilnya ini.

Setelah mengetahui bagaimana kinerja mereka, maka Denny dengan mudah untuk melawan mereka.

Dia membuang proposal keuangan itu melalui jendela, lalu dia berjalan masuk ke dalam ruang rapat.

“Friska, perlukah aku membantumu untuk membalaskan dendam ini?” ucap Denny kepada Friska.

“Tidak perlu.” Friska masih melamun.

Matanya terpaku pada meja kerja yang ada di sana, lalu air mata tak terbendung mengalir membasahi pipinya.

Untuk pertama kalinya Denny melihat Friska menitikkan air mata, dia sedikit terkejut.

Saat Friska diam-diam menyeka air matanya, Denny merasakan hal yang tidak nyaman di hatinya, dia duduk di samping Friska, lalu menghelakan napas.

Friska telah merasakan penderitaan yang sangat banyak.

Dia adalah seorang gadis yang begitu bermoral dan lembut, temperamennya anggun bagaikan angsa yang berenang di sungai.

Dia adalah istrinya, dan sekarang dia telah menangis karena ditindas oleh Keluarga Ye, bagaimana mungkin dia tidak sakit hati melihat hal ini.

“Jangan menangis lagi.” Setelah menunggu Friska sedikit tenang, dia mengulurkan tangannya dan perlahan mengusap air mata di wajah Friska.

“Apa matamu sudah sembuh?” Friska tiba-tiba menangkap tangannya, lalu menatapnya dengan serius.

“Iya.” Tanpa ragu-ragu Denny mengakuinya.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu