Si Menantu Buta - Bab 21 Dua Hal

Setelah mendengar perkataan Andreas, raut wajah Gissel, Janu, Neysia dan juga Kay mendadak berubah drastis, bahkan Friska sekalipun juga menatap Denny dengan terkejut.

Beberapa orang itu segera melangkah keluar, mereka melihat William ternyata sedang berlutut di taman depan rumah di bawah teriknya matahari siang ini. Pada saat ini, tatapan matanya sangat berapi-api, kedua sisi wajahnya terlihat dengan jelas bekas dipukul oleh orang lain, sangat bengkak. Dalam hatinya penuh dengan kedendaman, bahkan Tuan Besarnya sendiri yang meminta Andreas untuk menghukumnya, di mana sekeluarganya bisa memasuki kamar dagang dan menikmati kekayaan serta kehormatan tinggi, itu semua mengandalkan kekuatan utama yang dimiliki oleh Tuan Besar dari Keluarga Chen.

Dia mendengar semua perkataan Tuan Besarnya, jika tidak ada sosok Tuan Besar, maka dia selamanya tidak akan bisa mengenakan setelan jas rapi seperti saat ini.

“Denny telah mundur, tapi masih ada kekuatan yang begitu besar, bahkan bisa membuat Keluarga Chen datang untuk memohon maaf.” Janu merasa sedikit terkejut, dia berpikir sejenak, lalu bertanya, “Kamar dagang masih belum selesai, kan? Pada saat ini, Tuan Besar kalian sedang makan bersama dengan para petinggi di kota ini, bukan?”

“Kata Tuan Besar kami, jika ingin bertarung harus berdiri dengan baik, dan minta maaf secepat mungkin. Seperti William yang tidak tahu aturan seperti ini, beradu dengan Tuan Muda Perusahaan Shinjaya, sungguh tidak akan bisa mendapatkan pengampunan dari Tuan Muda, dan kami sebagai Keluarga Chen tidak akan bisa merasa tenang. Jadi, dengan perintahnya, maka aku segera ke sini, untuk melihat apakah ada yang tidak sesuai dengan keinginan atau tidak, aku harap Tuan Muda bisa memberikan saran.” ucap Andreas sambil memandang Denny.

Pada saat ini, Denny memandang William dengan ekspresi acuh tak acuh.

Sebenarnya, dia adalah orang yang sangat murah hati, selama dirinya buta dalam tiga tahun ini, banyak orang yang memandangnya remeh, bahkan saat dirinya sangat berjaya dulu, juga ada beberapa orang yang tidak mengetahui identitasnya, dan secara tidak sengaja memprovokasinya.

Terutama bagian utara kota ini, terkadang saat dia menatap sedikit lebih lama orang yang ada di jalanan, itu akan menarik perhatian orang untuk terus memandangnya dan bahkan tak berpaling darinya.

Apakah dia harus menggambungkan jadi satu antara yang terkenal dengan yang tak terkenal?

Dia juga sedikit keterlaluan.

Menghukum William, atau William melakukan hal tanpa berpikir lebih? Dia bahkan membiarkan pria yang mengganggu istrinya duduk di jabatannya. Dia bisa saja tidak mau meladeni William dan Fidel, tapi pada saat dia duduk di atas panggung, dia tidak bisa melihat Fidel yang terus-menerus mengganggu istrinya.

Dan juga untungnya Keluarga Chen ini tahu diri, mereka tahu untuk datang meminta maaf lebih awal, kalau tidak, jika dia terus melihat kesombongan dari William, mungkin dia bisa melakukan sesuatu hal yang akan membuat Keluarga Chen kewalahan.

Andreas juga merupakan orang yang berambisi liar, bagaimana mungkin dia tidak mengerjakan tugas dari Denny, dia tidak memahami sifat dan karakter dari Tuan Muda Besar dari keluarga kaya ini, tidak hanya Denny yang susah untuk diprovokasi, tapi juga seluruh Keluarga Wang yang ada di Kota Kimraden ini.

“Tuan Muda, baru saja aku sudah melayangkan dua puluh kali tamparan ke wajahnya, aku merasa itu masih belum cukup untuk meredakan kemarahanmu, coba kamu pikirkan, ingin menambahkan apa lagi?” tanya Andreas mengenai pendapat Denny.

“Dia adalah anggota Keluarga Chen kalian, meskipun dia tidak mengerti sedikit aturan, tapi aku sebagai orang luar juga tidak mempunyai hak untuk menentukannya, kalian saja yang memutuskan.” ucap Denny sambil tersenyum.

“Baiklah, biarkan dia berlutut hingga matahari terbenam.” kata Andreas.

“Apa? Berlutut hingga matahari terbenam? Bukankah ini sudah cukup?” Gissel menatap Denny dengan mengerutkan keningnya, lalu dia berjalan ke arah Andreas, kemudian membantu William bangkit dari tempatnya, “Jadi orang jangan terlalu kejam, agar esok masih ada keleluasaan. William, menantuku ini sedikit tidak masuk akal, dia sudah terbiasa dengan sifat keangkuhannya dulu, dan sekarang bahkan ketika matanya bermasalah, dia masih memiliki sifat arogannya yang dulu, temperamennya buruk.”

“Meskipun Keluarga Chen dan Keluarga Ye saling menentang, tapi itu hanya hubungan antara kedua Tuan Besar saja, dan sebenarnya hubungan antara anak-anaknya masih baik-baik saja, anak-anak ini memang melakukan sesuatu kurang pertimbangan, bagaimana bisa melakukan ini padamu? Kamu orang yang dermawan, lupakan saja kesalahan orang kecil ini, cepat bangun, cuaca begitu panas, jika kamu sakit kami Keluarga Ye juga harus membawamu ke dokter.”

Saat Gissel membantunya bangkit dari tempatnya, William menatap Denny dengan pandangan penuh kebencian, dia tidak mengetahui bahwa mata Denny sudah membaik, dia sama sekali tidak mungkin melayani orang buta seperti dia.

“Menyuruhnya berlutut hingga matahari terbenam itu pesan dari Tuan Besar. Selama Tuan Muda tidak melepaskannya, tidak ada yang bisa menyuruhnya untuk bangun. Selain itu, dia tak hanya berlutut di sini, setelah pulang nanti dia masih harus berlutut di aula Keluarga Chen.” ucap Andreas dengan nyaring.

“Apa? Apa kata-kata dari aku juga tak berguna?” Gissel terkejut.

“Berlututlah, moral yang kurang harus banyak berlutut hingga moralmu cukup.” ucap Denny setelah melihat William masih tidak jera, dengan posisi mengistirahatkan tangannya di punggung, dia pun berjalan perlahan ke atas.

“Dasar angkuh!” gertak Gissel sambil melihat punggung Denny.

“William, kamu sendiri juga sudah mendengar perkataan Denny, hari ini kamu berlutut di sini, berlutut hingga kamu sadar, barulah pulang ke rumah. Sampai aku tahu kamu pulang lebih awal, atau masih berani kamu melontarkan kata-kata yang tidak senonoh hingga melibatkan Keluarga Chen, perlu kamu tahu, semua yang kamu punya adalah pemberian dari Keluarga Chen, kemas seluruh barangmu, lalu pergi dari Keluarga Chen.” teriak Andreas.

“Kak Andreas, aku tidak berani.” William menggertakkan giginya sambil berlutut dengan tegak.

“Penampilan Keluarga Chen kita di kamar dagang cukup hebat, masih banyak perusahaan yang berada di hotel saat ini untuk memikirkan bagaimana caranya bekerja sama dengan Keluarga Chen. Coba kamu pertimbangkan dengan baik, aku akan pulang dan membantu Tuan Besar.” ucap William.

“Kak Andreas, kamu jangan lupakan aku.” kata William.

Kuliah William dibiayai oleh Keluarga Chen, begitu juga dengan pekerjaannya, keuntungan yang dihasilkan Keluarga Chen juga tidak sedikit, bahkan beberapa bulan terakhir ini, bisnis Keluarga Chen sangat sibuk. Jika bukan Keluarga Chen, keberadaan William pun masih tak tahu di mana, dia sudah hidup enak dari keluarga ini, dan juga sudah terbiasa. Manfaat yang telah diberikan oleh Keluarga Chen kepadanya juga cukup besar, sehingga membuat dia rela menerima hukuman dari Keluarga Chen.

“Anak-anak ini, ini hanya masalah kecil, kenapa harus dibesar-besarkan seperti ini! Jangan dengarkan Kakakmu, masuklah sebentar.” ucap Gissel setelah berpikir sejenak.

“Bibi Gissel, aku tidak akan masuk, ini adalah kesalahanku, aku bersedia menerima hukuman.” ujar William tegas.

“Keluarga Ye dan Keluarga Chen sudah bersitegang selama puluhan tahun, mulut kedua keluarga ini selalu dingin, kadang-kadang juga selalu melakukan kesalahan, dan ini juga kali pertamanya aku melihat Keluarga Chen tunduk dengan sangat bermartabat seperti ini.” ucap Gissel sambil berbalik badan lalu masuk ke dalam rumah, raut wajahnya tak bisa menahan senyumnya.

“Denny masih cukup terhormat.” kata Janu Ye.

“Mungkin tak semua memperhatikan Denny, tetapi takut aku akan berbuat aneh-aneh. Oh iya, apa kamu memperhatikan sikap Sumanto terhadap Friska hari ini?” kata Gissel setelah berpikir sejenak, lalu mengeluarkan ekspresi berseri-seri.

“Mungkinkah Sumanto tertarik dengan Friska, lalu Keluarga Chen melakukan persiapan, karena takut akan masa depan kita dan Keluarga Han berkaitan, jadi ingin memenangkan hati kita terlebih dahulu?” tanya Janu Ye.

“Pasti Sumanto, Denny sudah menjadi seorang yang tak berguna, bagaimana mungkin dia mempunyai kehormatan seperti itu? meskipun Sumanto seorang Tuan Muda gila, aku tidak terlalu menyukainya, tapi jika kita sungguh bisa mempunyai hubungan dengan Keluarga Han, maka, manfaat yang akan kita dapat pasti sangat besar. Hanya saja Friska sudah menikah dengan Denny, jadi tidak bisa melakukan hal itu, bagaimana jika Sumanto tidak tertarik dengan Friska, dan hanya bermain-main saja?” kata Gissel.

“Pada saat itu, orang yang akan dipermalukan oleh Keluaga Ye semakin banyak, dan kita tidak akan bisa lagi untuk tinggal di Kota Harayu.” kata Janu.

“Jika ada kesempatan, kita harus mencoba untuk menguji Sumanto, agar kita tahu apakah dia sungguh mempunyai niat tulus itu.” sebuah kilatan melintas di mata Gissel.

“………” Kay dan Neysia memandang mereka tanpa bersuara.

Pada malam hari, Denny sedang terbaring di kamarnya, Friska membuka pintunya dan masuk ke dalam.

“Bagaimana kakimu?” Denny segera beranjak dari tidurnya, lalu terduduk.

“Tidak apa-apa.” raut wajah Friska masih terlihat pucat.

“Coba duduk, biarkan aku melihatnya.” Denny segera memboyong Friska masuk ke dalam kamar, saat dia memegang lengan Friska yang kurus, sebuah kesedihan muncul di dalam hatinya.

Tapi, perasaan sedih ini segera dihilangkan olehnya, setelah melewati perdebatan dengan Gissel dan Janu tadi siang, api kemarahan dalam hatinya kepada Friska sudah hilang cukup banyak.

“Bengkak sampai seperti bakpao masih bilang tak apa-apa!” gerutu Denny sambil memandang Friska.

“Dulu waktu tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi, aku juga terkilir berkali-kali, tinggal kompres es batu saja, sembuh kok.” kata Friska.

“Aku ambilkan es batunya sekarang.” Denny beranjak dari duduknya dan berjalan keluar.

“Tidak usah, matamu bermasalah, jangan terlalu repot-repot, selain itu aku mencarimu juga ada sedikit urusan.” kata Friska.

“Urusan apa?” tanya Denny.

“Total ada dua hal, pertama, siang tadi Andreas datang ke rumah kita untuk meminta maaf, Ibuku bilang Sumanto tertarik padaku, jadi aku ingin menjelaskannya padamu. Terlepas apa niat Sumanto padaku, seberapa Ibuku menyukai harta dan kekuatan dari Keluarga Han, tapi karena aku sudah menikah denganmu, aku pasti tidak akan mendekati Sumanto.” Kata Friska.

“Dia masih sempatnya memikirkan hal itu.” ucap Denny tersenyum kesal.

“Hal kedua, waktu berada di rumahmu, apa kamu mendengar suara apapun itu di sini? Atau, kamu mendengar siapa yang telah masuk ke kamarku?” tanya Friska.

“Kenapa?” Denny bertanya.

“Pidatoku telah ditukarkan oleh orang lain, aku tahu aku tidak boleh mencurigai siapa pun, tapi pidatoku ini benar-benar ditukar, bahkan penulisan pidato yang ditukar itu sangat buruk, mungkin ada orang yang sengaja ingin menjatuhkan aku di kamar dagang.” kata Friska dengan serius.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu