Si Menantu Buta - Bab 226 Rahasia Tyas

Perilaku Mario sangat brutal, di bawah cahaya remang-remang lampu jalan, dia menggunakan segala cara mendorong pria tersebut dan bertanya secara paksa padanya, terlihat Jackson, Thom, bos dari hiburan malam, Marta dan Haston mereka semua terkejut dengan aksi tersebut.

Mario menggunakan kepalan tinjunya menghajar tulang rusuk, perut, dan bagian dada pria tersebut, pukulannya tak henti-hentinya membuat pria itu menyemburkan darah, dan memohon ampun padanya.

“Sudahlah, Mario. Mungkin dia bukan orang sewaan dari Tyas.” Yian berbisik kepada Mario, dirinya tak kuasa lagi menyaksikan adegan ini.

“Untuk terakhir kalinya aku tanya padamu, apa hubunganmu dengan Tyas?” Mario menjepitkan pergelangan tangan pria tersebut di pintu mobil.

“Siapa sebenarnya Tyas itu? aku sungguh tidak mengenalnya!” Pria itu menjerit sambil menangis, dia telah hancur ditindas oleh Mario.

“Masih tidak mau mengatakannya?” Mario berjalan mendekat ke arah bagian sopir, lalu dengan sekuat tenaga membanting pintu mobil tersebut dengan keras, dan pria tersebut diikat ke pintu.

“Kak, baiklah baiklah, aku katakan apa hubunganku dengan Tyas.” Pria itu sudah tak berdaya.

“Hubungan apa?” tanya Mario.

“Hubungan seperti itu.” ucap pria tersebut.

Raut wajah Mario tanpa ekspresi, dia segera menginjak pedal gas, kemudian menyeret pria tersebut.

Saking terkejutnya, Marta menutup matanya, dia tak kuasa melihat adegan ini, begitu juga dengan Haston, dia bahkan mengompol.

Dia sama sekali tidak mempedulikan berapa pasang mata yang sedang memperhatikannya, dia menyeret pria tersebut sejauh seratusan meter, barulah dia perlahan membawanya kembali.

Dan pada saat ini, Pria itu telah sekarat karna penyiksaan yang dia lakukan padanya.

“Dia benar-benar tidak ada hubungan dengan Tyas, kita telah salah paham dengan Tyas.” Ujar Mario saat dia telah turun dari mobil kepada Denny.

Dia sudah memastikan, persoalan malam ini tidak ada sangkut pautnya dengan Tyas, dan Tyas tidak merencanakan sesuatu kepada Denny.

Di sisi Tyas, dia sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi, dia masih mengenakan seragam JK dan tertidur pulas di dalam mobil.

Denny berjalan ke arah pria tersebut, kemudian menyalakan sebatang rokok di hadapan pria tersebut, “Perlu kamu ingat, persoalan hari ini adalah pembelajaran dari kami padamu. Tidak peduli seberapa kaya keluargamu, tapi kamu harus tahu, di atas langit masih ada langit. Meskipun kamu paling kaya, tapi Kota Kimraden bukan tempat di mana kamu bisa bertindak liar seperti ini. Orang baik di dunia ini selalu lebih banyak dibandingkan dengan orang jahat, sekalipun aku tidak menghukummu, pasti akan ada orang yang akan menghukummu.”

Pria itu telah diikat di pintu mobil dengan menggunakan potongan kain dan kondisinya sangat mengenaskan, darah segar tak berhenti mengalir dari mulutnya.

“Thom, antar Direktur Tyas pulang ke rumah.” Denny menghisap rokoknya dengan dalam, lalu berjalan ke sisi lain mobil tersebut.

Untungnya, orang yang diganggu pria ini adalah Tyas, dan mereka semua ada di lokasi, jika mereka tidak ada di sini, tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada diri Tyas.

Pengalaman Denny sangat banyak mengenai kehidupan masyarakat, dia tahu ini bukan kali pertamanya bagi pria tersebut untuk melakukan hal ini, di dalam suasana hiburan malam dan dalam keadaan mabuk, dia pasti akan segera membawa wanita cantik mana saja yang ada di depan mata. Jika wanita yang telah ditidurinya tidak menyelidikinya, maka dia akan bebas. Tapi jika seorang wanita tersebut adalah seorang gadis yang bersih, maka keesokan harinya dirinya pasti akan menyelidikinya atau melapornya ke polisi, dan sebagian pria biasanya akan mengandalkan status keluarga yang miskin, kemudian hanya perlu mengganti rugi dengan sedikit uang saja.

Denny sungguh muak dengan orang yang hanya memiliki sedikit uang tapi melakukan apa pun yang diinginkannya, dan dia juga sangat benci dengan pria yang hampir saja membawa Tyas pergi ini.

“Kak Denny, sepertinya aku tidak bisa mengantar Direktur Tyas.” Ucap Thom dengan raut wajah sungkan.

“Mengapa?” tanya Denny.

“Kepalaku telah pecah dipukul oleh mereka, dan sekarang berdarah, aku merasa kepalaku sedikit pusing, dan aku berencana untuk pergi memeriksanya di rumah sakit.” Thom yang sedari tadi memegang kepalanya, memperlihatkan tangannya yang penuh darah kepada Denny.

“…………” Denny…………

“Aku harus mengatur makan malam dengan beberapa saudara, dan aku tidak bisa mengantar Direktur Tyas pulang.” Mario melirik seratusan anak buah yang telah dipanggilnya.

“Bos Denny, aku juga tidak bisa, istriku selalu menentangku untuk bekerja denganmu, dia memiliki kesan buruk padamu, dan merasa dirimu bukanlah orang yang baik. Jika setelah jam 10 malam aku tidak pulang ke rumah, dia akan mencurigai aku, dan dia pasti akan ribut denganku. Jika aku mengantar Direktur Tyas pulang, aroma parfumnya pasti akan menempel di bajuku, jadi Bos Denny, aku mohon jangan menjebakku.” Yian juga berkata dengan berat hati.

“…………” Denny………

“Aku sedikit mabuk.” “Aku merasa tidak enak badan dan ingin segera pulang.”

“Sepertinya aku tidak akan kuat untuk menopang Direktur Tyas.”

Ucap Marta, Haston, dan Zarky.

Malam ini cukup mengejutkan mereka, dan sekarang mereka ingin kembali ke rumah sewaannya untuk menenangkan diri mereka.

“Sudahlah, biar aku saja yang mengantarnya.” Denny sedikit tak berdaya.

Mereka menyerahkan pria yang sudah babak belur tadi kepada bos pemilik tempat hiburan itu, dan Denny sekelompok membubarkan diri, kemudian memindahkan Tyas ke mobil Mercedes-Benz miliknya.

Dia tahu di mana tempat tinggal Tyas, dulu saat polisi menggeledah rumah Tyas, dia pernah sekali pergi ke sana.

Setelah tiba di parkiran apartemen milik Tyas, dia menepuk wajah Tyas dengan ringan, tapi Tyas terlihat masih mabuk dan tidak sadarkan diri.

Gadis ini bahkan tidak mengenakan kacamata ke tempat hiburan malam, dan dia terlihat sangat menggoda dengan seragam JK saat ini.

Dan yang paling menarik perhatian adalah kakinya yang begitu jenjang dan seputih salju ini, Denny bahkan merasa sedikit tergoda.

Tapi, Denny tidak memiliki perasaan lain padanya, dan hanya menghargainya saja.

Dia memapah Tyas, kemudian berjalan ke apartemennya.

Dia membuka pintu dengan menggunakan kunci yang di bawa Tyas, dia melihat ruangan apartemen milik Tyas begitu bersih dan rapi. Apartemen yang disewa oleh Tyas merupakan kelas atas, terdapat tiga kamar di dalamnya, dan tidak terlalu banyak barang yang menumpuk di ruang tamu yang begitu luas tersebut.

Kamar Tyas dihiasi dengan warna merah muda, ciri khas gadis kecil pada umumnya, tapi sangat berbeda dengan sifat liar yang dimiliki oleh Tyas.

Terdapat sebuah foto terpajang di meja belajar warna merah muda miliknya, terlihat dia sedang berpose dengan sesosok orang tua di sana.

Dulu saat dia dan Julius datang ke rumahnya, dia tidak terlalu memperhatikan kamar Tyas, saat itu dia mengira Tyas telah melakukan sebuah kejahatan membunuh orang, dan dia ke sini hanya untuk menyelidiki bukti kasus tersebut bersama Julius, dan dia ingin tahu apakah Tyas masih menyembunyikan sesuatu yang lain atau tidak.

Foto tersebut sepertinya diambil saat Tyas masih berada di bangku SMA, saat itu dia mengenakan pakaian biasa, dan latar belakang dari foto tersebut tidak terlalu bagus, sebuah rumah yang sangat sederhana.

Denny merupakan seorang yang sangat teliti, dia kembali mengingat adegan di mana Tyas sedang menari di hiburan malam, lalu kembali melirik foto yang terpajang di atas meja tersebut, kemudian menebak kemungkinan latar belakang Tyas.

Tyas sepertinya tidak memiliki teman, dia adalah orang kiriman dari Kenny, para karyawan senior dari Perusahaan Culture Neo semua sangat memojokkannya. Dia sepertinya tidak memiliki orang tua, dan hanya memiliki seorang nenek untuk saling bergantungan hidup. Dan sekarang dia telah makmur, tapi dia tidak membawa neneknya bersamanya, mungkin neneknya sudah tiada.

Dia hanyalah seorang gadis kesepian yang tak berdaya.

Setelah mendalami kehidupan Tyas, Denny merasa sedikit kasihan padanya. Dia menghela napas ringan, lalu beranjak ke kamar mandi membasahi sebuah handuk, kemudian membasuh wajah Tyas dan tangannya, serta dia melepaskan stocking milik Tyas, dan membantunya menyeka kakinya.

Sama persis dengan apa yang dikatakan Yian, setelah dia mengurusi Tyas, aroma parfum Tyas menempel di badannya, dan sekarang dia juga tidak bisa kembali ke rumahnya dalam kondisi seperti ini.

Setelah seharian melakukan aktivitas, Denny juga merasa sangat kelelahan, dia sama sekali tidak memiliki niat jahat kepada Tyas, dia mencari selimut yang ada di rumah Tyas, kemudian meminjam kamar mandinya untuk membersihkan diri, setelah itu dia terlelap di atas sofa.

Hari ini Tyas sangat mabuk dan tidak seperti biasanya, dia juga merasa sedikit cemas, jika terjadi apa-apa, dia bisa segera membawa Tyas ke rumah sakit.

Malam pun berlalu dengan sunyi.

Keesokan paginya, Denny merasa gatal-gatal pada wajahnya, seperti ada suatu barang lembut yang menyentuh wajahnya.

Begitu dia membuka matanya.

Dia melihat Tyas telah selesai mandi, kemudian mengenakan mantel mandi berwarna merah muda, rambutnya diikat seperti sepasang kuncir kuda, dengan wajah polosnya, dia tersenyum kemudian mencium wajah Denny.

“Apa yang kamu lakukan!?” pandangan mata Denny sontak terkejut.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu