Si Menantu Buta - Bab 101 Kekuatan Yang Habis

Saat ini, hatinya sangat ketakutan. Dia tidak bisa menahan kepanikan dirinya, dan mulai melambaikan tangannya dengan putus asa di depan matanya. Dia tidak tahu kapan dia terjatuh, tubuhnya bersandar di ring, dan asal meraba di depan.

Dia telah merasakan penderitaan kebutaan, dia tidak tahu bagaimana dirinya melewati tiga tahun ini, dia benar-benar sangat takut pada perasaan seperti ini.

Dokter memberitahunya, matanya sudah tidak ada masalah.

Dia tidak tahu mengapa matanya tiba-tiba tidak bisa melihat lagi.

Ketakutan, ketidakberdayaan, kemarahan, berbagai emosi dengan cepat mengalir ke pikirannya.

Apakah matanya akan buta lagi, dan tidak bisa melihat apa-apa lagi?

Tiba-tiba, cahaya muncul di depan matanya.

Dia melihat Sumanto, Yian, Mark dan banyak lainnya berlari ke ring, menatapnya dengan gugup.

“Denny, apakah matamu tidak bisa melihat lagi? Tidak tahu kapan Jennie berdiri di belakangnya, menatapnya dengan ekspresi prihatin.

“Tidak ada.”Denny mengerutkan kening.

“Mengejutkanku saja, kupikir matamu tidak bisa melihat lagi.”ucap Neysia pucat.

Denny melihat Mario telah berdiri, Mario tidak KO dengan tinjunya tadi. Ketika Mario berdiri, bel sudah berdering. Bel lomba yang menyelamatkannya, dia terjatuh setelah ronde kesepuluh, jadi tidak bisa mengatakan dia jatuh untuk ketiga kalinya.

Semua orang membantunya membersihkan luka di wajahnya dan merilekkan otot-ototnya yang kaku. Mulutnya bengkak dipukul Mario, hingga tidak bisa minum air dengan normal, Yian hanya bisa menyeka bibirnya dengan larutan garam untuk memulihkan kekuatan fisik sebanyak mungkin.

Ketika istirahat, dia sangat khawatir.

Apakah pertarungan kali ini terlalu intens, apakah masih ada gumpalan darah yang masih belum dibersihkan di kepalanya, dia terlua karena tinju Mario, yang menyebabkan saraf di kepalanya tertekan oleh gumpalan darah ini?

Kalau begitu, apakah ke depannya dia tidak akan bisa bertinju lagi?

Dia benar-benar takut buta.

Dia benar-benar tidak ingin menjadi sampah yang tidak berguna di hadapan orang lain, tidak ingin buta tidak bisa melakukan apa pun.

Dia memiliki keinginan yang besar, dan harus mewujudkannya.

Ketika ronde kesebelas dimulai, Denny dan Mario kembali ke ring, Mario menatapnya dengan tenang, “Tinjuku tadi terlalu keras, membuat kepalamu terluka, matamu tidak dapat melihat lagi?”

“Tidak.”bantah Denny.

“Sudahlah, semua orang melihat dirimu panik, seperti orang yang tenggelam, dirimu yang terlihat panik barusan tidak bisa dibohongi, bagaimana kalau tidak usah bertinju lagi. Atau, bagaimana kalau aku sengaja membiarkanmu menang dalam pertandingan ini?

“Kalau kamu sengaja mengalah padaku, itu sebuah penghinaan padaku, dan penghinaan terhadap tinju, aku selamanya akan memandang rendah dirimu.”

“Tidak takut matamu tidak bisa melihat selamanya?”ucap Mario.

“Kalau takut mata tidak bisa melihat, aku akan menjadi sampah tidak berguna yang tidak usah melakukan apa pun.”ucap Denny.

“Kamu harus memikirkan tubuhmu.”ucap Mario menghela nafas dengan lembut.

Dia melangkah maju dan meninju hidung Denny.

Denny memberinya tatapan terkejut, dan membalas meninju matanya kembali.

Keduanya bertinju hingga tidak memiliki tenaga, dan reaksi mereka melambat. Mereka tidak memiliki niat menunjukkan teknik tinju yang hebat lagi, hanya berusaha keras menopang tubuh mereka dan saling menyerang.

Dengan cepat, Mario meninju kembali wajah Denny.

Denny juga tidak mau kalah, meninju wajah Mario dengan keras.

Keduanya perlahan-lahan memiliki perasaan membara kembali, Mario meninju Denny lebih keras.

Denny dengan cepat membungkukkan tubuhnya, menghindari tinju Mario, kemudian meninju Mario dengan keras.

Bagian vital dari tubuh Mario dipukuli habis-habisan oleh Denny, dan segera mundur dengan cepat, dia yang terluka parah dengan pukulan Denny, jarang menunjukkan rasa sakit di wajahnya dan batuk hebat.

Denny menyerang lagi, dan meninju dengan pukulan lain.

Mario segera mengelak, tapi karena lamban, Denny memukul bahunya, tubuhnya tersandung dan mundur. Denny terus menyerang, pukulan yang keras terus melayang ke tubuh Mario. Mario tiba-tiba menghindar dengan cepat, tubuhnya membungkuk menghindari tinju Denny, kemudian meninju mata Denny dengan keras.

Denny merasakan retakan di tulang pelipisnya, tampak jelas tulangnya retak bahkan patah dipukul Mario. Tulang pelipisnya sobek ditinju Mario, darah segera berkucuran keluar dari pelipisnya, dirinya mundur ke belakang membentur tali ring, dan terengah-engah.

“Pertarungan mereka terlalu sengit, dan sangat berbahaya. Kalau aku ditinju mereka seperti ini, sejak awal sudah tidak bisa berdiri.”ucap Vicky mengerutkan kening.

“Ini adalah petinju profesional, tinju dan serangan mereka tidak bisa dibandingkan dengan orang biasa.”ucap Yanto.

Selena mengerutkan kening melihat Denny yang berada di atas ring, menggenggam hp dengan erat, dia sedang mempertimbangkan apakah perlu menelepon Friska, memberitahunya keadaan Denny sekarang.

Ketika Denny bersandar istirahat di tali ring, dia melihat Mario menyerang dirinya lagi.

“Sialan!”Denny mengumpat kata-kata kasar, dan meninju hidung Mario.

Ketika Mario sedang menyerang ke arah Denny, wajah Mario tiba-tiba ditinju oleh Denny, rasa sakit ini tidak bisa dikatakan, serangan Denny seperti orang yang terbang dengan kecepatan cepat dan tiba-tiba menabrak pohon besar dengan keras, perasaan sakit itu tidak terlukiskan. Dan bukan hanya menabrak pohon besar saja, dalam serangannya, Denny sekuat tenaga meninju hidung Mario, ini setara dengan tabrakan dua mobil.

Mario mundur dua langkah, menutupi hidungnya, dan darah segar mengalir keluar dari tangannya.

Denny melihat ini sebagai peluang, dan bergegas menyerang Mario, ketika pukulan naluriah Mario meninju hidungnya, Denny segera membungkuk, menggunakan tangan kanan meninju samping tulang rusuk Mario.

Wajah kanan Mario kesakitan, Denny kembali memukul tulang rusuk Mario, diikuti oleh pukulan kedua, dan tiba-tiba pukulan berat ketiga.

Mario tidak bisa menahannya, segera memeluk kepala Denny, dan mengunci kepalanya dalam pertarungan sengit ini.

Dia mengunci kepala Denny dengan erat, membuat Denny dalam sekejap kehilangan nafas.

Denny tidak peduli, dia terus memukul tulang rusuk Mario dengan keras.

Wasit segera memisahkan kedua pria yang melihat terjerat bersama ini. Tapi saat ini Mario sudah sangat kelelahan, dia hanya bisa berusaha keras mengandalkan kekuatan mengunci leher Denny dengan erat.

Ketika wasit mencoba memisahkan Mario beberapa kali, dia baru melepaskan Denny dengan terpaksa.

Ketika keduanya terpisah kembali, leher Denny terluka parah karena dikunci Mario, kondisi fisiknya kembali menurun, Mario juga terengah-engah kesakitan, memegang tulang rusuk yang terluka dan kesakitan memandang Denny.

Mereka berdua sudah kehabisan kekuatan, tidak ada yang bisa bertahan lama.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu