Si Menantu Buta - Bab 12 Kamar Dagang Keluarga Chen

“Kita bekerja dengan baik di perusahaan selama dua tahun terakhir, tapi kinerja kerja hanya 15% lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya, mengungkit soal pekerjaan, kurasa kakak kedua dan sekeluarga bekerja lebih baik, terlalu aneh kan tuan besar Yusef memberikan mobil Maybach kepada kita? Selain itu, jelas banget ini adalah mobil baru, aromanya pun masih belum pudar, apakah mobil ini benar-benar diberikan untuk kita?” curiga Janu.

“....” Dito duduk di dalam mobil tanpa berbicara.

“Untuk apa peduli begitu banyak? Kakak kedua dan sekeluarga memang bekerja dengan baik, tapi apa gunanya kalau tidak bisa berurusan dengan orang? Lihatlah aku, seberapa baik aku di sisi ayah? Ayah pasti sudah merasakan kalau aku berbakti makanya dia memberiku hadiah. Keluarga kita benar-benar tidak bisa berdiri tanpa aku.” Kata Gissel dengan bangga.

“Kemampuanmu memang lebih kuat dariku.” Janu menganggukkan kepala.

“Eh? Di belakang mobil hanya bisa diisi dua orang.” Kata Gissel tiba-tiba sambil melihat ke barisan belakang mobil.

“Kita ada empat orang, Dito yang menyetir, mobil depan dan belakang hanya ada 4 kursi, bagaimana duduknya?” Janu mengerutkan keningnya dan menyadari permasalahan.

Maybach memiliki sandaran tangan di tengah kursi belakang jadi hanya bisa diisi dua orang, detail ini tidak dipikirkan oleh Denny dan Dito. Saat ini melihat kursi belakang hanya dapat diisi dua orang, Friska dan sekeluarga jelas agak kesulitan.

“Tuan muda Denny, mobil ini harganya Rp 5,6 M.”Dito mengedipkan mata ke arah Denny.

“Sisa uangnya kamu ambil saja.” Kata Denny.

Percakapan Dito dengan Denny hanya dapat dimengerti oleh mereka berdua, maksud Dito adalah uang Rp 6M yang diberikan Denny untuknya, masih tersisa Rp 4M, dan Denny bermaksud menghadiahi sisa uang untuknya.

“Meski mata dia sudah membaik, dia sudah bukan tuan muda lagi, kamu malah memanggilnya tuan muda Denny, apakah dia pantas menerimanya?” Gissel menyeringai, kemudian dengan langkah cepat dia masuk lalu duduk di belakang mobil dan berkata, “Bagus sekali, tempat duduk mobil kita pas, aku tidak ingin keluarga kita dipermalukan jika harus membawanya pergi, kelihatannya hari ini Denny kurang beruntung, sudah takdirmu tidak dapat berpartisipasi kamar dagang dengan kami.”

“Biarkan Denny duduk di tengah, lagian mobil ini sangat luas.” Kata Janu.

“Ini adalah mobil pemberian tuan besar Yusef untuk kita, bagaimana kalau dirusak olehnya?” Raut wajah Gissel mendadak berubah.

“Aku naik taksi saja.” Sahut Denny.

“Aku akan menemanimu.” Kata Friska.

“Kak Gissel, sebenarnya kita bisa meminta tuan muda Denny duduk di tengah, mobil baru keluarga kita cukup luas, atau bisa juga meminta tuan muda Denny dan kak janu duduk berdempetan bersama.” Dito mengangguk sambil bercucuran keringat dingin, ia berkata penuh hati-hati.

Dalam batinnya dia merasa bahwa Gissel benar-benar mengganggu, mata Denny sudah bisa melihat, hanya menunggu waktu saja, dialah yang membeli mobil ini, tetapi wanita itu malah tidak membiarkannya untuk duduk ke mobilnya sendiri.

“Bagaimana jika dia merusak mobil baru yang begitu bagus? Friska bersedia naik mobil dengan Denny, biarkan saja mereka, ayo jalankan mobilnya.” ucap Gissel tanpa ekspresi.

“Kak Gissel?” Dito mencuri pandang ke arah Denny.

“Aku menyuruhmu jalankan mobilnya, apa kamu tidak mau kerja lagi?” titah Gissel.

Dito melihat Denny menganggukkan kepala ke arahnya sebelum akhirnya ia mulai mengendarai mobilnya, sejak mendapatkan keuntungan Rp 1,4M dari Denny, dia baru sekarang melakukan pekerjaan untuk Denny, hatinya telah menganggap Denny sebagai Bosnya.

“Kamu tunggu aku sebentar, aku carikan mobil.” Friska melihat mobil yang telah pergi, dia melihat Denny dengan tatapan tidak berdaya.

“Kita pergi sama-sama saja.” Ucap Denny.

Berjalan berdampingan dengan Friska di luar komunitas, Denny sesekali tidak sengaja menyentuh tangan Friska, dia merasakan tangan Friska yang dingin, tangannya yang putih seperti giok, dan jari-jarinya yang panjang. Akan sangat nyaman jika digenggam di dalam telapak tangannya, Denny ragu-ragu untuk waktu yang lama, pada akhirnya ia tidak memegang tangan Friska.

Friska tidak suka berbicara, setelah mereka menemukan mobil, dalam perjalanan menuju kamar dagang mereka tidak berbicara sama sekali.

Kamar Dagang yang diadakan oleh keluarga Chen disebut Seminar Rapat Bisnis kota Harayu, yang berlokasi di Sunrise Hotel di kota Harayu. Kali ini, setengah dari kamar dagang adalah pemerintah, akan ada banyak pemerintah di kota yang berdatangan, dan banyak perusahaan yang ada di kota Harayu juga akan mengutus orang penting. Tujuan utama kamar dagang ini mirip dengan tujuan pada resepsi sebelumnya, Setiap orang berkumpul untuk rapat untuk membahas bagaimana menghasilkan lebih banyak uang di masa depan dan bagaimana berkontribusi bagi masa depan Kota Harayu.

Kamar dagang ini diadakan dalam bentuk laporan pidato, seperti halnya Kongres resmi. Ada 12 meja dan kursi di podium, dan ada kursi tangga di bawahnya. Kamar dagang dengan status tertinggi duduk di podium, dan kursi tangga dari baris pertama hingga baris terakhir akan diisi sesuai dengan status dan pengaruhnya.

Kamar dagang semacam ini tidak terbuka untuk semua orang, hanya mereka yang diundang oleh keluarga Chen dan pemerintah yang dapat berpartisipasi. Pada saat Denny dan Friska tiba, Gissel dan Janu telah tiba terlebih dahulu. Pada saat ini, Gissel sedang mengobrol dengan seorang wanita dengan ukuran yang sama, keduanya mengenakan congsam yang baru dibeli untuk memamerkan kecantikan masing-masing, di samping mereka adalah sekelompok wanita pengusaha kecil dengan status lebih rendah.

Friska membawa Denny ke auditorium untuk melihat-lihat. Keluarga Ye itu sendiri bukan konsorsium besar, mereka hanya keluarga tingkat ketiga di kota Harayu, karena ada kerabat di pemerintahan, memiliki uang puluhan miliar dari mereka baru dihargai. Denny melihat tag nama yang tertempel di belakang setiap kursi, Gissel dan Janu duduk di barisan ketiga, tag nama Friska dan Denny berada di barisan terakhir.

Ada total dua belas kursi di podium, setiap meja memiliki tag nama, kursi tengah adalah penyelenggara Kamar Dagang, Tony, kepala keluarga di keluarga Chen. Kursi di sisi kanan tony adalah wakil walikota, diikuti oleh ‘Guru Wang’, kemudian Sumanto.

Denny tersenyum tidak senang melihat tag nama ‘Guru Wang’, sepertinya Sumanto baru sekali bertemu dengannya, dia malah tidak mengingat namanya, jadinya asal menaruh tag nama ‘Guru Wang’ di atas meja.

"Tidak heran bisnis keluarga Chen menjadi semakin baik dalam dua tahun terakhir, mereka telah menyingkirkan kompetisi keluarga Ye kita dan memasuki keluarga tingkat kedua, mereka sangat pandai membangun momentum untuk diri mereka sendiri, mereka bahkan menyelenggarakan kamar dagang seperti itu untuk diri mereka sendiri, sepulang ke rumah nanti, aku juga akan melapor kepada tuan besar keluarga Ye agar keluarga Ye kita juga menyelenggarakan kamar dagang yang serupa dan mencantumkan nama tuan besar keluarga Ye di atasnya." Kata Janu kepada Friska tanpa diketahui kapan datangnya.

“Akan lebih baik jika aku dapat duduk di atas.” Terdengar suara tidak asing datang kemari, diikuti seorang laki-laki yang berjalan kemari.

Denny merasa suara ini terdengar sangat familier di telinga, dia mengingat dengan perlahan itu adalah kakak kedua Friska, Kay, putra dari paman kedua Friska.

“Cepat atau lambat kak Kay bisa duduk di atas.” Lagi-lagi terdengar suara familier yang datang, itu adalah Neysia, sepupu Friska.

“Neysia? Apa kau juga punya hak untuk memasuki kamar dagang?” Kay tidak begitu menyukai sanjungannya, ia memandang rendah kerabat miskin di pihak Friska.

Yang disebut sebagai keluarga adalah semua anggota keluarga yang saling terkait erat berkumpul bersama untuk membentuk sebuah kelompok.

Meskipun keluarga Ye adalah keluarga tingkat ketiga, alasan mengapa itu dapat membentuk pengaruh di kota Harayu yaitu karena keluarga Ye memiliki banyak anggota dan memiliki jangkauan luas di kota Harayu.

Kerabat keluarga Ye yang paling kuat pernah menjabat sebagai Sekjen di Kota Harayu, dan punya kerabat jauh di kantor provinsi, sama seperti dia telah menikah dengan Denny sekarang, jadi dia punya hubungan di kota Kimraden, Kerabat di pihak tuan besar keluarga Ye, kerabat di pihak nyonya besar, paman pertama serta paman kedua, ditambah pihak Friska, sangat rumit untuk merelevansi lebih dari 20 keluarga.

Memang benar bahwa vena utama keluarga Ye hanya memiliki 100 miliar rupiah, tidak termasuk banyak, tetapi mereka saling tarik-menarik, setiap keluarga memiliki setidaknya beberapa miliar rupiah, sehingga pengaruhnya besar.

“Kak Kay, Neysia tidak punya hak untuk memasuki kamar dagang ini, tapi ayah Neysia adalah asosiasi pengusaha, jadi Neysia mendapat jatah masuk untuk mempelajari sesuatu.” Kata Neysia sambil tersenyum dengan diliputi rasa emosi.

"Tidak mudah bagi orang yang menjual rempah-rempah untuk memasuki kamar dagang ini," kata Kay dingin.

Neysia tidak menyindirnya, ia hanya diam-diam melirik ke arah Denny dan batinnya berkata aku tidak akan mempedulikan kamu terlebih dahulu, tunggu sampai aku mendapatkan si ‘pembawa keberuntungan’, lihatlah bagaimana aku akan menghabisimu.

“Baiklah, duduk di barisan kedua dari belakang lebih baik daripada duduk di barisan pertama dari belakang.” Kay melirik kursi di depan Friska dan menyeringai pada Friska.

“Kamu adalah wakil manajer perusahaan, tentu saja posisimu lebih tinggi dariku.” ucap Friska sambil menunduk.

Denny merasakan ponsel dari dalam sakunya bergetar, dia mengambil ponsel dan mendapati Sumanto membuat panggilan telepon untuk mencarinya.

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu