Si Menantu Buta - Bab 62 Yian

Kira-kira setelah mengantri beberapa menit, Denny Wang dan Neysia akhirnya mendapatkan tempat duduk. Mencoba sedikit meraba meja yang ada di depannya, sepertinya Denny merasakan ada sedikit bekas minyak yang belum dibersihkan.

“Benar-benar membuat selera makan hilang, ini harus dilaporkan kepada posko kebersihan dan mengadukan keluhan ini.” Sahut Friska Ye.

“Pemilik toko ini sepertinya bukan mengarah pada target pengunjung, melainkan beberapa tetangga sekitar jalanan kuliner ini.” Denny Wang mencoba mencari jawaban dengan melihat suasana sekitar, di sekitarnya memang banyak beberapa gedung apartemen tempat tinggal.

Para pengunjung tidak membawa banyak barang atau belanjaan, bahkan rata-rata diantara mereka banyak yang membawa bahan makanan, kemari sekedar menunggu untuk dibungkus bawa pulang.

Sandang, pangan, papan memang kebutuhan wajib masyarakat.

Denny Wang cukup tertarik dengan bisnis bidang property, karena prospek kedepannya menjanjikan, selain itu juga kota ini cukup besar, para penduduk kota pun sekarang sudah memiliki pendapatan dengan ekonomi menengah keatas, gaya hidupnya pun semakin meningkat, maka dari itu banyak diantara masyarakat lainnya yang lebih senang memilih untuk pindah dan tinggal di kota, bisnis property di Kota Harayu pun kian meningkat, namun bagaimanapun juga, kota besar tetap harus terus berkembang.

Permintaan perjalanan masyarakat semakin banyak, dengan begitu saat ini semakin banyak pula yang secara resmi turut menjalankan bisnisnya, agen perjalanan China sendiri semakin bertambah di setiap tahunnya, tradisi pulang kampung saat imlek semakin sulit di dapat, tapi bisnis Denny Wang saat ini masih terbilang sangat kecil, belum memiliki kemampuan di bagian tersebut, dia pun tak mampu menerima proyek bisnis tersebut. Mengenai bagian pengiriman, banyak perusahaan besar yang justru membelinya, sementara dia merasa bahwa dia pasti akan kelah dengan permainan jika mulai bersaing dengan kantor besar.

Maka dari itu, saat dia mulai di industry pasar, dia terlebih dahulu memainkan strategi pasar tinju, terlebih lagi bagaimanapun system kerjanya, tidak akan merugikan bisnis kuliner, karena bagaimanapun juga makanan adalah kebutuhan harian, asalkan pedagang penuh dengan rasa terima kasih, maka apapun yang dibuatnya akan terasa lezat, lainnya pun akan mengikuti baik-baik saja.

“Rasanya biasa saja.”

Pesanan Denny dan Neysia adalah mie porsi biasa, semangkuk porsi nya hanya ada beberapa sayuran, Neysia merasa semuanya biasa saja tak ada yang istimewa, ia berdiri dan bergegas meninggalkan tempat ini.

Mereka tidak memesan hidangan asli kios kuliner tersebut, juga tidak memesan hidangan lainnya, makanan khas dari kios kuliner ini adalah daging rebus, hidangan lainnya pun beberapa terdiri dari daging dan sayur, hidangan dagingnya ini siapapun bisa memasaknya, hanya dengan memasak daging hingga matang, tidak terlalu berlebihan juga tidak terlalu ditempelkannya, dengan begitu kurang lebih sudah dapat dikatakan jadi hidangan, yang sungguh disayangkan oleh koki nya adalah hidangan mie polos yang hambar dan tidak ada hidangan cocok dengan hidangan dagingnya.

“Aku justru merasa mie ini sangat segar dengan nilai aslinya.” Denny Wang memberi isyarata agar Neysia kembali duduk.

“Ini tuh beneran terlalu biasa saja.” Sahut Neysia.

“Menurutmu biasa karena dalam mie ini tidak ada minyak, saat aku meneguk kuah ini, mie ini tak ada tambahan bumbu lainnya, tapi justru mie ini seperti memiliki cita rasa asin alami, dia memberikan sedikit garam, bahkan mie nya terasa kenyal.” Denny Wang berbisik pada Neysia mengutarakan penilaiannya, “terlebih lagi, dua iris sayur teh ini, aku sungguh dapat merasakan bahwa ia mencucinya dengan sangat bersih, dan juga fresh. ”

“Kamu sungguh memiliki bakat terpendam dengan hal-hal yang berbau masakan, maka dari itu kamu membawaku ke tempat kios kecil seperti ini yang ternyata memang banyak pengunjung datang. Melihat sesuatu, tidak boleh hanya dinilai dari luarnya saja, apa kamu melihat wanita yang sedang menarikkan wajahnya? Pergelangan tangannya sedang mengenakan gelang ‘Van Cleef & Arpels’, barang original. Bajunya terlihat biasa, tapi menggunakan sepatu merk dari Paris, dan tak ternoda sedikitpun, kriteria wanita seperti ini adalah wanita kaya yang sangat memperhatikan segi dengan detail.”

“Coba liat lagi ke arah dapur, alat penyaring air bersih, dia menggunakan hal yang sama dengan apa yang aku gunakan di tempat Keluarga Wang, satu buah dihargai 240 juta, meskipun kios ini tempatnya terlihat kotor, tapi suami istri pemiliknya memiliki kekayaan, aku bahkan mengira akan gagal menjalankan perang dingin dengan Nikita, siapa sangka ternyata menemukan jalan keluar seperti menemukan berlian saat ini.” Denny Wang menjelaskan sembari mengeluarkan senyumnya sedikit demi sedikit.

“Astaga, apa kamu seorang detektif? Begitu detail menilai sesuatu?” Mulut Neysia menganga tercengang.

“Seorang pahlawan yang membantu tiga kebaikan, jika ingin menjadi pedagan besar, bagaimana mungkin bisa terjadi jika tidak memiliki tim yang solid. Kita adalah pebisnis, juga sebagai bos,orang biasa, jika tidak memiliki pembimbing, maka kita sendiri yang harus aktif membina diri kita sendiri, dan bisa menggali seseorang hingga benar-benar hebat pun juga membutuhkan keahlian.” Jelas Denny Wang.

“Apa sebenarnya pekerjaan suami dan istri meeka hingga memiliki begiru banyak uang?” Tanya Neysia.

“Aku coba tanya terlebih dahulu ya.” Denny Wang berjalan menuju ke dapur.

“Dapur khusus, orang lain dilarang masuk.” Salah seorang wanita berdidi di depan counter, menahan Denny Wang begitu melihat dirinya hendak memasuki ruangan.

“Aku tidak ada niat buruk, hanya ingin berbincang sedikit dengan mu dan suamimu.” Kata Denny.

“Berbincang pun tidak boleh, kalau memang niat kalian baik, bisa silahkan menunggu sampai kami pulang kerja, aku tahu siapa kamu, putra ketiga dari pemilik Perusahaan Shinjaya, selamat, karena mata mu telah sembuh, tapi orang sekalasmu seharusnya menjalani bisnis keuangan dan atau property, ada baiknya tidak usah menggeluti bidang kuliner seperti ini.” Kata si perempuan itu.

“Siapa sebenarnya kalian?” Denny Wang terkejut.

“Hanya orang kecil biasa, yang hanya bisa mengharap keberadaanmu, bahkan tidak pantas denganmu.” Jawab wanita itu.

“Hanya mengobrol sebentar dengannya.” Tiba-tiba seorang peria itu menghentikan sebentar aktivitasnya dan meletakkan anak kecilnya.

“Pebisnis licik seperti mereka yang mengacaukan hubungan suami istri kita, apa tidak cukup? Tidak ada pebisnis yang berbaik hati, semua hanya semata-mata demi mencari keuntungan, kapanpun bisa menyingkirkan kita. terlebih lagi dia adalah Empat Keluarga Besar Kota Kimraden, semua sudah mendarah daging dengannya, apalagi yang mau kami bincangkan dengannya?” Wanita itu tiba-tiba marah.

“Dia berbeda, tidak sama.” Pria tersebut menggelengkan kepalanya.

“Aku sungguh tak habis pikir, apa sebenarnya salah kami pada kalian para orang kaya, sudah menghancurkan keluarga kami, dan sekarang masih ingin mengganggu kami?” Wanita itu penuh benci melihat Denny Wang, masuk ke dalam dapur dan menggantikan suaminya melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

“Ada apa sebenarnya?” Denny Wang sungguh dibuat bingung oleh kedua suami istri ini, sepertinya identitas mereka sangat dirahasiakan.

“Tuan muda Denny, aku sungguh mengenalmu, Kamu terkenal sangat tangguh saat di Kota Kimraden, mulai dari cara berbisnis, berlogika, bersosialisasi, tidak ada yang mampu mengalahkanmu, bahkan beberapa tuan muda lainnya telah kamu kalahkan. Banyak yang bilang kamu itu jahat, membencimu. Saat itu, saat kamu mengalami kecelakaan sehingga mengakibatkan kebutaan, kami pun tidak terkejut mendengarnya.” Tinggi pria itu hampir menyamai tinggi Denny Wang, mereka berjalan bersama keluar dari kios kuliner itu dan merokok.

“Aku adalah salah satu orang Empat Keluarga Besar Kota Kimraden dari Keluarga Yang, Keluarga Yang fokus pada bidang kuliner, aku sempat menjadi konsultan di perusahaannya.” Wajah Pria itu mengeluarkan tawa seperti mengingat masa lalunya, sedikit pucat.

“Kamu adalah Yian? Koki yang diundang oleh Keluarga Yang sesaat setelah mereka kembali dari luar negeri?” akhirnya Denny Wang mengenalinya.

Dia pernah mendengar sedikit banyak cerita tentangnya, saat di Kota Kimraden, selalu ingin mencari kesempatan untuk bertemu dengannya, tapi sepertinya pria ini memang sudah jatuh cinta pada bidang masak memasak, juga tidak mempedulikan ketenaran dan jabatan, tidak pernah sekalipun berhadapan di depan banyak orang. Denny Wang dulu sempat ingin berbincang dengannya, namun Keluarga Yang jika mengetahuinya, pasti akan mengira bahwa telah direbut oleh orang lain, maka dari itu Keluarga Yang melaranganya bertemu dengan pria ini.

“Kira-kira dua tahun setelah kecelakaan itu, kakak tertua dari Keluarga Yang menemui kendala dalam bisnisnya,sementara demi tetap menjaga nama baik Keluarga Yang, kakak tertua Keluarga Yang itu diusir, dan aku adalah perintah dari kakak tertua keluarga Yang tersebut, dan putra ketiga keluarga Yang itu sepertinya ingin menghancurkanku, semua rumah kami, kendaraan, cek, uang, semua musnah. Sebenarnya pertemuan kita pun bukan sebuah kebetualan, aku paham bahwa kamu adalah karakter orang yang selalu berusaha mencari tahu, yang terpenting adalah saat matamu kembali normal, pasti akan berkecimpung di dunia kuliner seperti ini. Seluruh pebisnis di Kota Kimraden, hanya kamu yang dapat mengendalikannya, sekalipun aku tak diinginkan lagi oleh mereka, jika ada dirimu, sisa hidupku cukup berada di dalam lingkup seperti ini.”

“Meskipun istriku berulang kali melarang ku ke Kota Harayu, tapi aku tetap memaksanya, karena aku tahu disini ada dirimu, dengan begitu aku masih memiliki kesempatan untuk mendalami bidang kuliner ini, memberikan yang terbaik untuk mereka penggemar kuliner.” Yian menatap Denny Wang, tatapan matanya seperti sedang menyembunyikan sesuatu, dalam hatinya seperti menahan beban yang cukup berat.

“Pantas saja istrimu begitu marahnya, aku hanya pengunjung biasa, tapi dia terus saja dengan nada bentakan di hadapanku, ternyata karena dia mengenaliku.” Akhirnya Denny Wang memahami alasannya.

“Menunggumu selama dua tahun, pasti ada rasa marah yang terluapkan.” Yian tertawa.

“Dengan adanya kamu yang membantuku, perang dinginku dengan Nikita kali ini, aku pasti menang ……!” Sejenak Denny Wang menoleh ke arah Yian, disusul dengan senyumannya dan merangkul bahu Yian.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu