Si Menantu Buta - Bab 398 Hancur Berantakan

Denny saat ini benar-benar putus asa, dia adalah orang yang sangat pintar dan tenang, dia tahu kalau dirinya sendiri sudah berbuat banyak kesalahan, saat ini Friska sudsh tahu semuanya, dilihat dari kepribadiannya Friska, meskipun dia bunuh diri sekalipun di depannya semua itu tidak ada gunanya.

Dia menyeka-nyeka air matanya, memungut foto-foto dan berdiri. Melirik wajah-wajah terkejut Yian, Kay, Neysia dan Hera serta orang-orang lain yang ada di sampingnya, dia menunjukkan senyuman lega di wajahnya.

”Aku sangat meminta maaf, barusan aku agak kehilangan kendali, aku benar-benar mencintai Friska, karena aku Denny adalah pria yang baik, jadi tadi aku bersikap terlalu agresif. Pria mana yang tidak melakukan kesalahan, aku hanya melakukan seluruh kesalahan yang dilakukan oleh pria di dunia. Kalian kembalilah dan bantu aku untuk membujuk Friska, aku tidak keberatan kalau dia meninggalkanku, aku hanya khawatir dia akan sangat marah padaku. Kalau diantara kalian siapa yang bisa membujuk Friska, aku Denny Wang pasti akan memberikan penghargaan.", kata Denny sambil tersenyum.

".......", Yian, Kay, Neysia dan Hera serta orang-orang yang lainnya tercengang sampai membuka mulut mereka.

"Tidak apa-apa, kita lupakan saja masalah ini. Ayo pergi, pulang dan bujuk Friska, masalah ini pasti akan membaik dengan cepat." kata Denny sambil menghibur dirinya sendiri.

"Benar-benar bajingan.", kata Hera yang tiba-tiba marah sampai menggertakan giginya, dia memggertakan giginya sambil menatap Denny, mendorong Denny lalu pergi.

"Kakak ipar, sekarang kamu sudah berubah menjadi sangat mengecewakan.", kata Neysia sambil menatap Denny dengan ekspresi wajah yang kecewa, lalu melewati Denny dan pergi.

"Saudaraku, yang kamu lakukan ini tidak baik. Pria memiliki niat tidak setia itu normal, tapi kenapa kamu bisa benar-benar melakukannya? Dan juga sudah melakukan kesalahan, tapi kamu seperti orang yang sedikitpun tidak ada rasa menyesal. Benar-benar, kali ini aku juga tidak akan berdiri di sampingmu untuk membantumu, kamu sudah keterlaluan.", kata Yian sambil menghela nafas.

"Jangan lupa siapa bos kamu, tidak disangka kamu berani membantu Friska mengejekku? Sialan, sebelum datang kesini kenapa tidak mengirimkan pesan dan memberitahukan padaku terlebih dahulu, sudah tidak ingin menjadi ketua bank Alock?", kata Denny dengan dipenuhi amarah, melampiaskan semua kemarahannya dalam hati kepada Yian.

"Brengsek, apa kamu menjawab panggilan dariku? Apa kamu melihat pesan dariku? Pulang dan lihatlah ponselmu, aku sudah mengirim banyak pesan padamu, sudah menelepon berulang kali. Sialan, sudah sangat bahagia ya di luar mencari wanita lain, kecanduan rokok sampai-sampai penglihatanmu menjadi tidak baik? Kamu senditi sudah tidak ingat kalau punya beberapa panggilan? Di rumah Friska sudah menemukan bubuk yang kamu hisap, aku langsung menggantikanmu menanggung semua itu, sampai-sampai istriku sendiri menghukumku berlutut selama beberapa hari. Menjadi seorang pria dan melakukan hal seperti kamu ini, benar-benar sangat mengecewakan!", kata Yian yang tiba-tiba marah.

"Kamu dipecat, mulai sekarang kamu bukanlah ketua bank Alock lagi.", kata Denny dengan dingin.

"Sialan, pecat ya pecat saja, kamu kira aku bersedia jadi ketua bank Alock? Menemanimu pergi ke Alock, berjemur disana sampai-sampai saat kembali hampir sama seperti orang Afrika, setiap hari setiap makan harus memilih pasir-pasir yang ada di dalam mangkuk, kamu kira aku bersedia menjadi ketua bank sialan itu?", kata Yian dengan dingin.

"Sekarang Alock sangat kaya, Alock hanya akan menjadi lebih baik lagi ke depannya, lebih kaya lagi!", teriak Denny sambil meraih kerah baju Yian.

"Aku adalah orang China, aku lebih kaya darimu.", kata Yian sambil mendorong Denny, lalu menatap Denny dengan dingin dan pergi.

Kay dan Glen serta orang-orang yang lainnya yang tersisa semuanya tidak mengatakan apapun, dan hanya mengerutkan kening sambil menatap Denny lalu pergi.

Setelah semua orang satu per satu pergi meninggalkannya, Denny mengambil foto-foto dan kembali ke ruang kerjanya.

Dia mengumpulkan foto-foto Kawada secara terpisah, dan memandanginya dengan seksama satu per satu. Ternyata Kawada sudah hamil anaknya setelah melewati masalah itu, ini adalah mimpi yang tidak pernah dia mimpikan sekalipun.

Dengan genggaman tangan dia menghitunf dengan jari-jarinya, diperkirakan Kawada akan segera melahirkan. Berpikiran bahwa di luar sana dia masih memiliki satu anak, sekarang dia adalah seorang ayah yang sudah memiliki tiga anak, di dalam hatinya dia merasa agak senang.

Ada sebuah cerita, Friska baru saja berkata kepada Mario, dan semua orang tahu cerita ini.

Sebagian besar dari mereka yang memiliki uang lebih memperhatikan sesuatu, keluarga yang semakin kaya, peraturan yang diperhatikan akan semakin banyak, melakukan sesuatu pasti akan meminta sebuah keberuntungan. Dulu saat mereka masih kecil, sering sekali mengikuti keluarga bersama-sama pergi ke gunung untuk menyembah dewa, memohon kepada dewa agar kemakmuran keluarga tidak ada habis-habisnya. Di kuil para dewa, biasanya ada enam lampu, enam lampu dibagi menjadi panjang umur, kesehatan, kedamaian, keluarga, kecerdasan dan kekayaan. Kadang-kadang mereka juga akan menghabiskan uang untuk menyalakan lampu di kuil, menjamin enam jenis keberuntungan yang mereka miliki.

Mereka semuanya tahu, di dalam enam lampu ini, kalau hanya bisa menghabiskan sedikit uang untuk menyalakan satu lampu, maka panjang umur selamanya akan menjadi yang pertama, kekayaan akan menjadi yang terakhir. Karena selamanya kehidupan manusia selalu merupakan hal yang paling penting, memiliki hidup baru bisa memiliki segalanya. Kalau tidak ada hidup, meskipun memiliki seratus emas ataupun perak yang berharga sekalipun juga tidak ada gunanya.

Selain panjang umur, empat lampu yang lainnya juga sangat penting, kesehatan, kedamaian, keluarga dan kecerdasan, misalnya kesehatan, hanya mempunyai uang, tapi kalau tidak mempunyai tubuh yang sehat, setiap hari mereka akan disiksa oleh sakitnya penyakit, tidak ada gunanya juga memiliki lebih banyak uang. Kedamaian, hanya memiliki uang, tapi keluarga dan orang sekitar terus hidup dengan tidak damai, hidup dalam kecemasan dan kekhawatiran setiap hari juga tidak ada artinya. Keluarga, apa gunanya memiliki lebih banyak uang tapi tidak ada orang yang bersama-sama dengan diri kita sendiri menikmati itu semua?

Sekarang Denny tidak kekurangan uang, bagi orang yang seperti dia ini, semakin banyak anak semakin baik, keluarga akan semakin berkembang, baru bisa berubah menjadi lebih makmur lagi.

Uangnya terlalu banyak, pas sekali dia kekurangan sekelompok anak yang pintar dan penurut yang akan membantunya untuk menghabiskan uangnya.

Dia tidak habis pikir Kawada juga memiliki anak darinya, dan juga dia akan segera melahirkan, dengan tenang dia menatap foto Kawada, dan tidak sanggup untuk tidak tersentuh, dia memeluk dengan erat foto Kawada dalam pelukannya.

Kalau bukan karena Friska, mungkin selama hidupnya dia tidak akan pernah tahu kalau di Jepang dia juga memiliki seorang anak.

"Kamu baik-baik saja kan tadi?", tanya Anggi yang sudah mengenakan pakaiannya, dan berjalan masuk ke ruang kerja Denny.

Dengan penasaran dia melirik foto-foto yang ada di atas meja Denny, lalu tersenyum sambil berjalan ke samping Denny, dan duduk di pangkuan Denny.

"Kawada juga mempunyai anak dariku, dalam waktu dekat ini aku akan pergi ke Tokyo.", kata Denny sambil mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, sorotan matanya menyorotkan sesuatu.

"Selamat ya.", kata Anggi yang mencibir.

"Sikap apa ini?", tanya Denny dengan tidak senang.

"Bisa bersikap seperti apa aku, wanitamu di luar sangat banyak, banyak anak haram, apa tidak boleh aku ikut senang untukmu?", kata Anggi sambil mengambil foto-foto yang ada di meja dan melihatnya.

"Ya.", kata Denny dengan wajah yang tenang.

"Bagus juga, sekarang kamu sudah menyakiti Denny, selanjutnya kalau ingin mencari banyak wanita di luar sana maka carilah yang banyak, tidak perlu mengkhawatirkan dia lagi, tidak perlu sembunyi di mana-mana lagi. Sebenarnya tidak ada yang bagus dari Friska, keluarganya tidak memiliki uang, ibunya sangat mengecewakan, aku juga tidak suka kerabat keluarganya yang miskin itu, aku dengar karena dia baru ada kamu yang sekarang ini. Hehe, memangnya kenapa kamu mencari wanita lain di luar, kalau bukan karena kamu dia bukan apa-apa? Tidak disangka masih berani marah. Lihatlah betapa bagusnya aku, dengan patuh menemanimu, kamu mau memiliki sebanyak apa wanita di luar sana aku juga tidak marah.", kata Anggi sambil tersenyum dan bersandar dekat ke dalam pelukan Denny.

"Sialan!", kata Denny dengan ekspresi wajah yang tiba-tiba tidak senang, lalu dengan sekali dorongan keras dia mendorong Anggi.

"Apa yang kamu lakukan?", tanya Anggi sambil menatap Denny dengan terkejut.

"Sialan kamu, aku bertengkar dengan istriku, dalam hatimu pasti sangat senang kan? Kamu ini apa? Dia adalah Friska yang memenuhi syarat dan memiliki titik kuat dan titik lemah? Tidak ada aku Friska bukan apa-apa? Kalau tidak ada aku, kamu ini apa? Gadis desa, sekarang kamu masih dipukul oleh ayahmu kalau dia sedang mabuk di Desa Niutou!", kata Denny dengan amarah sambil menatap Anggi.

"Kamu dan Friska sedang marahan, untuk apa kamu melampiaskan kemarahanmu padaku? Apakah aku tidak boleh memiliki niat baik untuk menghiburmu dengan beberapa kalimat?", tanya Anggi dengan agak merasa bersalah, matanya dengan cepat memerah, dan ingin menangis karena dimarahi oleh Denny.

"Belajar saja tidak bagus, kalau tidak mengerti jangan asal bicara. Kalaupun Friska tidak ada gunanya tapi dia lebih cantik dari kamu, dia lebih baik dari kamu, dia adalah lulusan sekolah ternama, akademik pendidikannya lebih tinggi dari kamu. Dan kamu ini apa, sampah yang sekolah SMA saja tidak lulus, dan juga ingin membanding-bandingkannya dengan Friska? Pendidikan dari keluarga sedikitpun tidak ada, cepat keluar sekarang.", kata Denny sambil mengambil kalender yang ada di atas meja dan melemparkannya ke Anggi.

"Aku akan ingat kamu, jangan menyesal.", kata Anggi yang matanya memerah karena hancur karena Denny, lalu berbalik dan pergi.

"Hehe.", Mario yang sedang bersandar di depan pintu ruang kerja Denny tertawa melihat semua pemandangan ini.

"Apa yang kamu tertawakan?", tanya Denny.

"Aku merasa kamu sangat lucu.", kata Mario menggunakan sorotan mata mengejek menatap Denny.

"Kamu juga pergi.", kata Denny sambil menunjuk Mario dengan jari telunjuk.

"Oke." Mario mengeluarkan suara tertawa seringai, dan berbalik lalu menghilang dari hadapan Denny.

"Sialan!"Denny merasakan seluruh kemarahaannya yang sudah meluap, dan langsung menghancurkan seluruh benda yang ada di dalam ruang kerjanya.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu