Si Menantu Buta - Bab 492 Bertahan

"Denny." Tanpa sadar Nikita berteriak.

Pukulan Sonny hanya terkena sedikit di pelipis Denny, Nikita pun melihatnya dengan jelas. Hanya saja pelipis merupakan bagian yang sangat sensitif pada manusia. Meskipun tubuh Denny semakin kuat, tetapi bagian pelipisnya tetap lemah, ditambah dengan pukulan Sonny yang begitu kuat. Nikita sangat khawatir Denny akan mengalami luka serius karena pukulan ini.

"Guru, kamu tak apa-apa kan?" Mark memandang Denny yang terjatuh diatas ring dengan bengong.

Dome juga sangat khawatir kepada Denny. Tetapi wajahnya tetap tenang. "Denny akan baik-baik saja."

Dome tahu cemas tidak akan menyelesaikan masalah. Jika saat ini ia tidak bisa menenangi dirinya sendiri, maka hanya akan membuat Nikita mereka semakin merasa panik.

"Percaya kepadaku, Denny akan baik-baik saja." Dome mengulangi lagi kata-katanya dengan suara pelan.

Wasit hanya terus menghitung dengan wajah pokernya.

"Jika Denny tadi tidak gila, ia juga tidak akan berakhir seperti ini." Tuan Muda Ning melihat Denny dengan memasang wajah kasihan.

"Denny tidak bisa mengalahkan Sonny, tetapi situasi ini berada di luar sangka kita. Jika Denny menjadi bodoh karena pukulan ini, kita pun tidak perlu menyuruh Raphael untuk melawannya." Kenny tersenyum sekilas.

"Sonny melakukannya dengan sangat baik."

"Denny pantas mendapatkan tulah tersebut." Matthew melihat Denny yang terjatuh di ring sambil tersenyum dingin.

"Kita pun tidak perlu melawannya."

"Sebenarnya Denny masih ada kesempatan untuk menang, sedikit disayangkan. Tapi meskipun begitu, kecelakaan juga bisa terjadi untuk kapanpun itu." ujar Raphael sambil batuk-batuk.

Monica di samping menutup matanya dengan kedua tangannya. Air mata terus mengalir di atas pipinya.

Monica lahir dari keluarga kaya dan hanya menyukai Denny seorang. Demi membuat Denny memiliki perkembangan yang lebih baik, ia menerima perjodohan keluarganya untuk menikah dengan Matthew. Ia menunggu Denny menjadi kuat, lalu membawanya pergi. Dalam hatinya, ia tidak berharap adanya kecelakaan yang terjadi pada Denny.

Wasit telah menghitung sampai 'lima', tetapi Denny tetap tidak ada reaksi sama sekali.

"Kompetisi ini kalah juga tak apa, yang penting Denny baik-baik saja."

"Pukulan tadi cukup ganas." Alvin duduk di barisan yang cukup depan, sehingga bisa merasakan kekuatan pukulan dari Sonny tadi. Alvin sangat menyukai visual yang membuatnya merasa terkejut.

"Kali ini, Denny benar-benar terlalu meremehkannya. Bisa-bisanya menggunakan taktik yang begitu berbahaya untuk melawan Sonny." Masada memandang Denny dengan sinis.

Denny memang sangat mudah mengalami kecelakaan dengan memakai taktik itu. Bagi Masada, taktik Denny sangatlah konyol.

"Sayang sekali, Denny kalah begitu saja. Padahal, ia masih bisa bertahan sebentar." ujar Jaehyun.

Ada kemungkinan besar bahwa Denny akan mengalami gegar otak karena pukulan Sonny tadi. Jika Denny tidak bangkit dalam hitungan ke sepuluh, maka ia akan dihitung kalah dari kompetisi ini. Dengan begitu ia akan segera dikirim ke ruang gawat darurat untuk diperiksa.

"Jangan-jangan Denny akan menjadi bodoh karena pukulan ini. Benar-benar sayang sekali, ia tadi sudah mau merealisasi harapanku." ujar seseorang yang masih belum selesai menikmatinya.

"Begitulah dalam dunia tinju. Satu kecelakaan sudah bisa membuat seseorang kehilangan nyawa." ujar seseorang sambil mengeluh.

"Denny benar-benar sampah. Semua rencanaku sia-sia begitu saja. Tapi begini juga baik, aku menghemat banyak tenaga." ujar Naples sambil tertawa.

"Denny mengalami kecelakaan seperti ini juga bisa dibilang salah dirinya sendiri, tidak bisa disalahkan kepada orang lain." ujar Agassi.

"Jika benar-benar terjadi sesuatu yang buruk kepada Denny, Jacob pasti akan segera menyerang Alock. Selain perang, pada dasarnya Jacob tidak ada cara lain untuk memperoleh uang. Ia tidak akan menunggu kekuatan suatu negara menurun." ujar Naples santai.

"Baik juga jika Denny terjatuh karena ini. Dari pada kita harus melawannya saat revolusi Alock." ujar Jacob dengan suara pelan.

Jacob tahu bahwa dirinya tidak akan berhubungan lagi dengan Denny, tetapi ia dan Denny masih tetap berteman. Dalam hatinya, ia tidak berharap Denny terjatuh begini saja. Kekalahan Denny dari kompetisi ini akan berdampak besar bagi perekonomian Alock. Sebelum kompetisi, Jacob telah mengeluarkan banyak uang untuk bertaruh bahwa kompetisi ini akan dimenangkan oleh Denny.

Tetapi melihat tampang Denny sekarang, orang-orang pun berpikir bahwa Denny tidak mungkin bisa bangkit kembali.

"Penampilan Denny sudah cukup menakjubkan, ini sudah cukup. Tidak ada Denny, aku bisa menggantikan posisinya." ujar Kyle.

Di samping televisi, kedua mata Tyas pun memerah dan bengkak tanpa sadar.

"Ayo, Denny bangkitlah. Semangat" Ia terus bergumam.

Ia juga sedang berdoa untuk Denny. Ia tahu jika saat ini Denny bisa bangkit kembali, maka itu berarti bahwa Denny baik-baik saja.

Sudut mata Sakura juga agak basah. Tanpa sadar, kedua tangannya yang kecil itu memegang pipi Denny di layar sana.

"Adik sepupu pasti akan baik-baik saja kan." Hito menghela nafas dengan tak berdaya, "Aku sudah menegurnya untuk tidak tinju, tapi harus bagaimana lagi jika ia menyukainya. Tidak mendengar teguranku, jadi begini kan."

"Apakah anteng menjadi orang kaya yang terhormat itu tidak baik? Melatih teknik tinju, bukannya tetap dipukul orang. Hal yang paling penting di dunia ini adalah kekuasaan, bukan kemampuan."

Sumanto mengepalkan tangannya, "Denny sudah melewati begitu banyak masalah. Kali ini, ia pasti akan baik-baik saja."

Jika terjadi sesuatu kepada Denny, maka Sumanto bisa membuka jalan untuk memulai wirausaha di Alock dengan cepat. Baginya memperoleh uang juga akan menjadi sangat mudah. Tetapi Sumanto yang sekarang tidak berharap terjadinya sesuatu kepada Denny.

Pada akhirnya mereka juga harus berpisah untuk berusaha dalam bidang yang berbeda. Tetapi, Sumanto juga menghargai dan merindukan masa-masa bersama dengan Denny, serta masa-masa dimana Denny membawanya mencari uang. Ia pun juga berharap Denny bisa hidup dengan baik.

"Jika Denny meninggal, Jaehan yang tak bersalah pun tidak perlu berkorban karena membunuh Naples." Sebuah cahaya melintas di mata Johenade.

Saat ini, tatapan mata Sumanto terlihat sedikit sedih dan tidak mendengar Johenade yang berbicara.

Di pojok tempat penonton yang jauh dari ring, seorang gadis melihat Denny dengan tatapan cuek juga menunjukkan kekhawatirannya.

Ia menggenggam kedua tangannya dengan erat, hingga kuku jarinya menusuk ke dalam kulit. Darah merah mengalir di kulitnya yang putih, sehingga terlihat sangat mencolok.

"Friska, kamu berdarah." Hera menyerahkan selembar tisu kepada Friska.

"Kamu masih belum merasakan derita yang kualami. Kamu belum pernah merasakan putus asa yang sebenarnya, belum merasakan kekecewaan hingga tidak ada harapan lagi. Kamu tidak boleh mati, kamu harus hidup dengan baik dan menunggu pembalasan dendam dariku." Friska menggigit pelan bibir merahnya. Kekhawatiran melintas sekilas dari tatapan matanya, kemudian menjadi dingin lagi.

Di samping ada Hera yang tengah membantu Friska membersihkan darah di kulitnya.

Setelah melihat Denny sesaat, Sonny pun berbalik badan dengan lambat.

Di saat ini, Denny membuka kedua matanya dan menatap kosong kearah plafon kaca. Melalui kaca, ia bisa melihat langit malam yang buram.

Gerimis di malam musim gugur, plafon kaca pun sudah terbasahi. Setiap tetes air hujan mengalir pelan dan membawa hawa dingin. Denny perlahan-lahan menggerakkan tubuhnya. Ia merasa tubuhnya lemas, kepalanya juga terasa sedikit pusing.

Denny menggelengkan kepalanya beberapa kali, tetapi ia tetap merasa pening. Namun, ia tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan.

Ia menaruh kedua tangannya diatas permukaan ring untuk menopang bangun tubuhnya, lalu berlutut dengan satu kaki dan mencoba untuk bangkit kembali.

Melihat Denny membuka kedua matanya, kebahagiaan pun melintas sekilas di tatapan mata Nikita.

Dibawah ring sana juga terdapat banyak penonton yang bersorak.

Saat ini, Denny sudah bangkit kembali sambil terhuyung-huyung. Keringat terus mengalir diatas pipinya dan membawa pergi kepanasan dari tubuh Denny. Tatapan mata Denny yang dingin pun terus menatapi Sonny.

Mendengar suara sorakan, Sonny pun menolehkan kepalanya pelan.

"Menyerahlah, dirimu yang sekarang sudah tidak ada harapan lagi."

"Bukankah kompetisinya belum selesai?" Tatapan mata Denny sangatlah tegas.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu