Si Menantu Buta - Bab 22 Bertindak Melawan Kepentingan Sendiri

“Untungnya hari ini aku terkilir, jadi aku tidak bisa pergi ke kamar dagang untuk berpidato, kalau tidak, aku benar-benar dipermainkan oleh naskah pidato itu, pasti akan ditertawakan oleh banyak orang.” Friska menghelakan napas lega.

“Orang yang bisa keluar masuk seenaknya di rumah kita, hanya Keluarga Ye saja, aku tahu Tuan Besar akan segera menyerahkan wewenang perusahaan. Dalam waktu dekat ini, anak-anak dalam Keluarga Ye kami bertengkar hebat, bahkan yang tinggal jauh di sana saja ingin melibatkan diri dalam pertengkaran ini. Mereka dengan beraninya menyelinap ke kamarku dan mengganti pidatoku, kemungkinan mereka juga bisa melakukan hal lain, kamu harus lebih berhati-hati lagi.”

Friska dengan berbaik hati mengingatkan Denny.

Denny memejamkan matanya dengan perlahan, lalu menghirup udara yang ada di ruangan itu beserta aroma tubuh Friska.

Ternyata, iblis terbesar Keluarga Ye adalah Friska Ye.

Wanita ini adalah wanita yang membuat dirinya merasa sangat tertekan.

Meskipun dia tidak menghabiskan banyak waktu, tapi dia dengan sepenuh hatinya menulis naskah pidato itu, dan juga menjadi salah satu pidato yang paling puas baginya, tapi malah dikatakan sampah oleh Friska.

Iblis.

Dia merasa Friska sangat mirip dengan iblis.

“Kamu kenapa? Sakit?” tanya Friska yang tidak mengerti perasaannya.

“Iya, aku merasa sedikit tidak enak badan, kamu keluar saja.” Denny segera berbaring di atas kasurnya, dia tak ingin lagi mempedulikan Friska.

Pada saat ini, rasa ketertarikan dia terhadap Friska lenyap sudah…

Waktu dia sekolah di Amerika Utara, tesisnya selalu dipuji oleh mentornya, bahkan koran harian Wall Street sering meminta artikel dengannya. Pada masa kejayaan hidupnya, dia pernah bertemu dengan sekian banyak bos-bos besar dari bank Amerika Utara, dan barang siapa yang pernah berjalan keluar bersama bos besar dari bank tersebut, maka masa depan orang itu akan cerah, dan dia telah berjalan dengan bos besar tersebut.

Sebuah naskah pidato yang ditulis oleh pebisnis profesional seperti dia, malah dikatakan buruk oleh Friska Ye.

Friska juga lulusan dari sekolah ternama di China, dia juga tidak menghakimi bahwa tulisan Friska tidak bagus, hanya saja dia masih perlu beberapa latihan untuk memperbagus tulisannya. Namun, dia tidak ingin lagi berdebat dengan komentar Friska mengenai masalah tadi.

Dengan seperti inilah, dia membungkam mulutnya serta menahan kekesalan yang ada di dalam hatinya sambil menonton berita hingga tengah malam, memikirkan masalah yang hampir saja terjadi pada Friska siang tadi, dalam hatinya dia berpikir, jika ada kesempatan, dia harus mendapatkan keuntungan dari Friska.

Meskipun komunikasi mulai berkurang, tapi manfaat yang tersedia masih sangat banyak.

Tidak banyak masalah yang terjadi di beberapa hari berikutnya, hari-hari dilewati dengan begitu saja, sekeluarga Friska sekarang semuanya ingin bekerja di perusahaan Keluarga Ye, dan di pagi harinya, hanya dia seorang yang berada di rumah, malam harinya, Friska akan membahas bisnis perusahaannya dengan Ayah dan Ibunya, dia ingin mengambil keuntungan dari Friska, tapi setelah melihat Friska tampak begitu lelah dan tidak ada minat untuk berinteraksi dengannya, dia pun berinisiatif untuk tidak mengganggu Friska.

Dia telah menggunakan uang Sumanto untuk bermain saham, dan telah menghasilkan keuntungan sebesar 40 miliar rupiah.

Dan pagi ini, saat dia masih berbaring di rumahnya, telepon dari Sumanto membangunkannya, “Adikku, cepat kamu datang ke Gedung Rakyat yang ada di kota, kami telah menyelenggarakan kelas pelatihan untuk calon pengusaha di kota selama lima hari ke depan. Selama kamu lulus, maka kamu akan menjadi pengusaha resmi yang ada di Kota Harayu, aku sudah mendaftarkan dirimu.”

Sifat Sumanto sulit untuk diubah, dan sifat buruknya sudah mengakar di dalam tubuhnya.

Setelah dia telah dikalahkan oleh Denny, dia masih menghormatinya, tapi setelah seminggu kemudian, sikapnya kepada Denny berangsur-angsur berubah, dari guru berubah menjadi saudara, lalu dari saudara menjadi adik.

Dia masih tidak menganggap Denny di matanya, meskipun dana sebesar 200 miliar telah dialokasikan ke Denny, tapi dia masih selalu memandang Denny dengan rendah, dan dia hanya menganggap dia sebagai bawahannya.

“Baik, aku mandi dulu.” Denny tidak terlalu mempedulikan sikapnya.

Kemarin dia telah pergi ke rumah sakit untuk memperiksakan diri, Dokter mengatakan bahwa matanya sudah tidak ada yang perlu dipertimbangkan lagi. Operasinya dua tahun lalu yang dia jalani telah membersihkan penyumbatan darah yang ada di kepalanya, hanya tersisa sebagian kecil yang ada di otak yang terlalu dekat dengan jaringan saraf, karena proses operasi yang sangat berbahaya, jadi pengumpalan darah yang tersisa itu dibiarkan, dan membuat kedua matanya tetap buta.

Tapi, dia tetap tidak menyerah dengan pengobatannya, di Kota Harayu ini, dia telah mencoba pengobatan tradisional metode akupuntur, hingga setengah tahun lamanya, akhirnya matanya telah benar-benar sembuh.

Kali ini dia tidak mengenakan kacamata hitam, karena matanya sudah tak takut lagi dengan sinar terang, dia mengenakan kemeja lengan pendek dan celana pendek, lalu dipadukan dengan sepasang sandal jepit, total biaya pakaian yang dia kenakan saat ini tidak mencapai dua ratus ribu rupiah.

Setelah tiba di kota dan mendaftarkan diri di Gedung Rakyat, baru saja dia selesai mengisi formulir, dirinya telah ditarik oleh Sumanto hingga ke sisi, lalu berkata, “Adik kecil, apakah perlakuan Kakak padamu sudah cukup?”

“Sangat cukup.” di sudut tangga, Denny membuka jendela, lalu menyalakan sebatang rokok.

“Aku juga sudah membantumu memperkenalkan diri dengan wakil walikota, aku juga sudah mempertemukan dirimu dengan Tuan Besar Keluarga Chen, para junior dari Keluarga Chen masih tidak tahu apa-apa, beraninya mereka memprovokasi dirimu, tapi aku juga sudah membantumu membalas mereka. Kamu tidak meminta kepadaku, tapi aku berinisiatif untuk membantumu mendaftarkan diri, agar dirimu kelak bisa menjadi pengusaha resmi, dan memasuki asosiasi pengusaha. Sekalipun jika kamu ingin menjabat menjadi wakil ketua asosiasi, dan memberikan identitas diri yang cukup tinggi, aku juga bisa membantumu.” kata Sumanto dengan sengit kepada Denny, lalu juga menyalakan sebatang rokoknya.

“Aku sangat mengetahui kemampuan yang dimiliki Tuan Muda Sumanto.” ujar Denny sambil tersenyum.

“Baguslah, kalau begitu mari kita obrolkan masalah serius, bagaimana kabar 200 miliar yang aku investasikan padamu? Sebentar lagi Ayahku akan segera kembali dari luar, si jalang Brigitta itu tahu latar belakangku tidak bersih, dia setiap pagi melapor ke Ayahku tentang diriku, seperti seekor anjing yang terus membuntutiku. Jika aku tidak memberikan sebuah prestasi atau semacamnya, mungkin aku akan segera diusir dari Keluarga Han.” kata Sumanto.

“Sudah mulai dikerjakan, tapi tetap saja memerlukan waktu, 200 miliar menjadi 2 triliun, jika tidak ada waktu yang cukup, pasti tidak akan ada yang bisa melakukannya, ya kan? Lagi pula, aku bukan dewa.” ucap Denny sambil tertawa.

“Lebih cepat lagi, waktuku sangat sedikit.” kata Sumanto.

“Tenang saja, aku tidak akan curang padamu.” ujar Denny.

“Baru beberapa hari tidak menemuimu, aku takut kalau kamu tiba-tiba menghabiskan uangku. Tapi, belakangan ini aku sudah menyelidiki identitasmu, dan setelah mengetahui identitasmu, hatiku langsung merasa sangat tenang.” ucap Sumanto sambil mempertontonkan deretan gigi putihnya.

“Apa yang kamu tahu dari diriku?” kata Denny.

“Kamu masih termasuk Keluarga Ye, kan? Wanita yang terkilir di kamar dagang itu, namanya Friska Ye, dia istrimu, bukan?” ucap Sumanto.

“Iya, benar.” jawab Denny.

“Dua tahun yang lalu, aku mendengar seorang Tuan Muda muncul di Kota Kimraden, karena dirinya buta, dia memberikan sebagian harta kepada Keluarga Ye, dan juga menikahi seorang putri dari Keluarga Ye, lalu bergantung hidup pada Keluarga Ye. Tuan Muda itu telah dibuang oleh keluarganya yang ada di Kota Kimraden, hidupnya sangat menyedihkan, apa kamu mengenalnya?” tanya Sumanto.

“Aku sangat akrab dengannya.” kata Denny.

“Kurangi pergaulanmu dengan orang tak berguna seperti itu.” kata Sumanto.

“Baik.” ujar Denny.

“Aku sangat meremehkan keluarga besar itu, mereka mengandalkan warisan dari beberapa generasi, bahkan saat memiliki sedikit uang saja, mereka sudah melupakan jati dirinya. Dalam hal mengenai kekuatan, tetap tempat kita yang kaya, sekalipun jika mereka mempunyai uang, tapi mereka membaginya dengan ratusan orang, sedangkan Keluarga Han, mereka hanya memiliki aku sebagai putra tunggal, apa mereka lebih mulia dariku?” kata Sumanto.

“Tentu saja tidak semulia Tuan Muda Sumanto.” ucap Denny.

“Aku tak perlu lagi basa-basi denganmu, lagi pula aku sudah mengetahui identitasmu, aku tidak perlu takut kamu akan kabur, bahkan jika kamu melarikan diri sekalipun, Keluarga Ye juga tidak akan bisa kabur.” kata Sumanto.

“Tentu saja tidak akan kabur.” ucap Denny.

“Oh iya, istrimu itu sangat cantik, bahkan lebih cantik dari artis, ada kesempatan ajak dia keluar saja. Dasar kamu penarik investor, sungguh hebat bisa menemukan istri yang begitu cantik.” ujar Sumanto sambil menyeringai, lalu meninju dada Denny.

“Dia tidak termasuk cantik, aku malah merasa dia sangat jelek.” ucap Denny sambil memonyongkan mulutnya.

“Dia masih tidak cantik? Aku saja sudah menyukainya sejak pandangan pertama, jika aku tahu dari dulu kalau Keluarga Ye mempunyai anak secantik itu, aku pasti akan merebutnya, bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkannya, kamu hanya seorang penarik investor sialan.” Sumanto semakin semangat membahas hal ini.

“Iya.” Denny juga ikut tersenyum.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu