Si Menantu Buta - Bab 124 Mario Beraksi

Saat Lay sedang menakut-nakuti orang dengan mempermainkan golok sambil berteriak, Denny dan Hera hanya melihatnya dalam diam, lalu Mario mengeluarkan sebuah permen lolipop dari sakunya dan menjilatnya pelan.

Denny dan Hera melihat kearahnya dengan tercengang.

"Untuk meningkatkan gula darah." Mario berpura-pura serius menjelaskannya.

Fidel bersembunyi di belakang para pekerja dengan wajahnya yang pucat. Ia adalah orang yang beradab, sama sekali tidak bisa berkelahi dan merasa sangat takut dengan orang-orang seperti ini.

"Kak Denny, ada apa yang terjadi?" Alex pun buru-buru membawa sekelompok orang datang.

Fidel merasa khawatir dengan Denny. Saat menyuruh Denny datang, ia pun juga menghubungi Alex.

"Kak Alex, bukankah ini adalah Kak Alex?" Melihat kedatangan Alex, seketika Lay pun tersenyum.

"Lay, apa yang sedang kamu lakukan?" Alex kenal dengan Lay, ia adalah bawahan utama dari Jaeno.

Dilihat dari posisi, Jaeno berada di posisi yang lebih tinggi daripada Alex. Jaeno lebih tua, tahun ini sudah berumur empat puluh tahunan. Alex hanya baru berusia tiga puluh tahunan. Saat Jaeno sudah mulai bekerja, Alex masih lah anak kecil.

Sebaliknya Alex berada di posisi yang lebih tinggi daripada Lay. Cara Lay berbicara dengan Alex sangatlah sopan.

"Kak Alex, akhir-akhir ini kawan-kawan selalu merasa kelaparan dan tidak kenyang. Jika perutnya kosong, mereka tidak akan tahan untuk mencari masalah. Melihat Direktur Denny membuka arena tinju yang begitu bagus. Mereka pun merasa tidak tahan untuk belajar bersama dengannya." Lay sengaja mengedipkan matanya sambil berkata.

"Mau belajar? Boleh, di arena tinju kita terdapat ratusan petinju. Semuanya bisa berkelahi, kalian boleh asala memilih orang untuk belajar." Alex tertawa licik.

"Aku ingin melawan satu orang dari kalian, dengan menggunakan seratus orang dari pihak kita." Lay berkata.

"Bajingan, kamu sengaja mencari masalah?" Alex dengan mudah menarik kerah baju Lay yang bercorak bunga itu.

Lay hanya terdiam dan melihatnya sambil tersenyum.

"Sebenarnya apa yang kamu inginkan, katakanlah dengan baik." Alex melepaskannya lagi.

Ada seorang dari arena tinju yang sangat pintar melihat situasi. Ia mengetahui bahwa Denny adalah bosnya, ia pun membawakan sebuah kursi untuk Denny. Denny pun duduk di kursi dengan tenang sambil melihat Lay, sambil mengeluarkan sebatang rokok dari dan menyalakannya.

"Kak Alex, bos kalian adalah orang yang cerdas. Aku rasa ia harusnya tahu apa yang ia harus lakukan." Lay berkata.

"Tidak boleh." Denny langsung menolaknya.

Tentu, ia mengerti apa maksud Lay. Ia ingin ajak bekerja sama bertaruh untuk uang di luar dengan acara pertandingan yang ia adakan.

Keuntungan pertandingannya sangatlah besar. Karena keuntungannya besar, maka akan mudah untuk mengundang orang membuat onar.

Ia masih mengatakan hal yang sama, bahwa ia tidak akan melakukan taruhan diluar sana demi meraup keuntungan. Ia melakukan pertandingan ini untuk orang-orang dan ia tahu kesulitan para petinju, sehingga menciptakan tempat yang adil bagi petinju untuk mengembangkan dan menghasilkan uang. Jika ia benar-benar ingin menghasilkan uang, ia tidak perlu mengambil risiko ini untuk mengadakan pertandingan. Lagipula ia punya lebih banyak cara ntuk menghasilkan uang dalam waktu yang singkat.

"Kalau begitu, kamu tidak hormat kepada Pak Jaeno. Kamu memandang rendah kepada Pak Jaeno. Pak Jaeno pasti akan sangat marah." ujar Lay dengan nada jijik.

"Hehe." Denny tertawa.

"Pak Denny, masalah yang kita miliki juga bukan hanya kali ini saja. Kebetulan ada kesempatan hari ini, mari kita bicarakan bersama. Dulu saat kamu mengadakan pertandingan, Pak Jaeno ada pernah mencari dirimu dan sengaja menyuruhmu untuk mengalahkan pertandingan. Tapi kamu menghiraukannya kan?" ujar Lay.

"Benar." Denny berkata.

"Kemudian ia juga pernah menghubungimu dua kali. Ia dengan sangat mengajakmu untuk bekerja sama dan memberimu cukup banyak keuntungan. Kamu juga tetap tidak ingin bekerja sama dengannya kan?" Lay berkata.

"Benar." Denny berkata.

"Ketika pertandinganmu menerima iklan, Pak Jaeno kami ingin memasang iklan pinjaman kecil di pertandinganmu. Kamu tidak menerimanya. Apa sebenarnya maksudmu? Kita juga memberi banyak uang untukmu, bahkan enam miliar saja tidak mau. Apakah kamu memandang rendah kepada kita?" ujar Lay.

"Bukan memandang kalian rendah, hanya takut harus menanggung risiko." Denny berkata.

"Apa risikonya?" Lay bertanya.

"Tekanan pihak pemerintah terhadap pinjaman mikro sangat besar. Bisnis kalian terlalu besar, aku tidak ingin menyebabkan masalah, sehingga pertandinganku diblokir." kata Denny.

“Dasar! Apakah kamu pikir dirimu adalah orang baik?" Lay langsung membuang asalnya ludah ke lantai.

"Apakah kamu berani tidak hormat kepada Pak Denny!?" Seketika ekspresi wajah Alex berubah drastis.

"Maafkan aku, Pak Denny." Lay sudah sangat hormat kepada Alex, lalu ia membungkuk hormat kearah Denny.

Denny hanya melihatnya diam tanpa mengatakan apapun.

"Izinkan aku bertanya, bisakah kamu tetap bekerja sama dengan kita? Apakah kamu kekurangan uang atau kekuarangan kerjaan? Katakanlah sejumlah uang yang kamu inginkan. Kalau kekurangan kerjaan, kamu langsung saja beritahu kita." ujar Lay.

"Tidak kekurangan uang dan kerjaan juga." Denny berkata.

"Dasar..." Lay ingin marah orang lagi.

"Uang, aku sendiri memiliki banyak, bahkan sudah melebihi sepuluh kali lipat dari Pak Jaeno kalian dan lain kali akan lebih banyak lagi. Kerjaan? Aku cukup terkenal, ada begitu banyak teman dan tidak perlu bantuan kalian. Melainkan kalian, terus menjalankan taruhan dengan pertandingan yang aku adakan di belakangku. Aku terus diam dan tidak pernah mengatakan apapun, bukan?"

"Aku katakan yang lebih buruk, jika aku ingin menuntut kalian, aku sungguh bisa menghubungi pihak pemerintah dan membiarkan mereka menginterogasi kalian. Aku bukan tidak berani menyelesaikan masalah ini dengan kalian, aku hanya malas. Keberanian kalian cukup besar, aku tidak mencari masalah dengan kalian, tapi kalian bisa-bisanya datang mencari masalah denganku. Kamu memarahiku dua kali, aku sudah mengingatnya." Tatapan Denny perlahan-lahan menjadi terang.

"Cepatlah pergi. Jangan menyia-nyiakan waktu Pak Denny." Alex berkata.

“Kalian mentang-mentang ada Alex yang mendukung kalian, bukan?” Lay itu melirik kesal kearah Alex dan menatap kesal lagi kearah Denny.

"Apa yang sedang kamu bicarakan?" Ekspresi wajah Alex berubah lagi.

Ia pernah melihat kemampuan Denny yang hebat itu. Bagaimana mungkin ia berani berlagak seperti bos dihadapan Denny.

Lay masih belum mengetahui kemampuan Denny. Ia pun menunjuk Denny dengan jari telunjuknya dan berkata, "Apakah kamu kira ada Alex yang melindungimu. Kamu pun boleh bermain-main di Kota Harayu?"

"Apakah kamu pikir Alex ini orang yang hebat? Ia hanya setengah lebih hebat dariku!"

"Alex memiliki posisi di Kota Harayu, karena ia bekerja untuk Sumanto, adanya orang kaya yang mendukungnya. Apa yang Pak Jaeno lakukan? Ia adalah Bos besar yang menerima banyak anak nakal. Apakah kamu sungguh merasa hebat bisa memiliki Alex? Jika Pak Jaeno sungguh ingin menyerangmu, maka tidak akan ada satuoun yang bisa menolongmu!"

Ketika Lay sedang berbicara, Denny hanya terdiam melihatnya. Mario masih saja makan lolipop di tangannya.

"Orang-orang yang seperti kalian juga ingin bertarung dengan kita?" Lay sengaja menggunakan jari telunjuknya menunjuk Mario dan memandang rendah kepada Mario.

Mario selalu memakai setelan tuksedo formal dan kacamata bulat. Saat ini ia yang sedang menjilat lolipop terlihat sangat mesum.

Biasanya, bos besar tidak akan pernah membawa orang seperti dirinya disamping, karena cukup memalukan dan membawa orang yang seperti Alex, untuk terlihat lebih berkuasa.

"Dasar sampah! Sejak tadi belum pernah menyentuh kalian, sehingga kalian tidak mengetahuinya. Pfft, kalian satu-satu tidak akan bisa kabur. Aku akan mematahkan leher kalian." ujar Lay sambil menatap Mario.

"Aku beritahu kalian. Pak Jaeno pasti ingin memiliki bisnis arena tinju kalian ini. Kalian berani melapor polisi, maka kalian semua akan berakhir buruk. Sebelum malam ini, aku sudah harus mendapat jawaban dari kalian. Kalau tidak, kalian semua keluarlah dari Kota Harayu."

Lay lagi-lagi mengancam, lalu baru membawa goloknya dan berbalik badan pergi meninggalkan tempat.

Manusia mati demi kekayaan, burung mati demi makanan.

Denny berani tidak memberi bisnis untuk mereka, berarti tidak memberi muka untuk mereka. Jika mereka tidak bisa mengurus Denny, maka mereka juga tidak bisa melakukan bisnis lain di Kota Harayu.

Mereka harus membiarkan Denny mereka sedikit ancaman.

"Dasar bocah ini Lay! Sungguh mencari mati ia! Aku akan mencari beberapa orang untuk mengurusnya." Alex menatap punggung kepergian Lay dengan kesal.

"Tidak perlu." Mario memasang wajah tidak berekspresi sambil menghisap permen lolipopnya, lalu mengambil sebuah kayu bekas dari lantai.

Ia melambainya dengan keras. Ia rasa kayu ini cukup ringan dan kurang kuat.

Ia pun mengambil beberapa batang lagi dan memegangnya dengan kedua tangannya.

Lalu ia langsung dengan cepat berlari kearah Lay, membanting beberapa kayu itu diatas kepala Lay. Beberapa kayu itu patah dan Lay pun langsung jatuh ke lantai.

"........." Alex melihat kearah Mario dengan tatapan mata yang ketakutan.

Mario pun lanjut menjilat permen lolipop yang berada di tangannya, lalu melihat Lay yang terbaring di jalan dengan memasang wajah datarnya.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu