Si Menantu Buta - Bab 119 Undangan Brigitta

Denny memanglah orang yang seperti itu. Ia bisa sangat rendah hati dan sangat lembut. Meskipun ia sekarang adalah miliarder, ia juga bisa menerima semua penghinaan dari Keluarga Ye.

Tetapi jika ada sesuatu yang melanggar kepentingan pribadinya, maka ia pasti akan merebutnya. Masalah ini berhubungan dengan istrinya. Tidak peduli jika ia harus ribut dengan orang yang tidak jelas seperti Nadine juga tak apa-apa.

Sebagian besar hatinya telah ditempati oleh Friska.

Sejak masa berkelahi hingga masuk ke rumah sakit, ia selalu memikirkan Friska, memikirkan istrinya yang lembut dan perhatian itu.

Wanitanya, bagaimana mungkin boleh diganggu?

"Jadi, kamu mau membantu istrimu untuk merebut kepala keluarga, agar ia bisa menjadi kepala Keluarga Ye?” Nadine menarik napas dalam-dalam dan melihatnya dengan tatapan cemburu.

"Iya." Denny membalasnya.

"Mukamu tebal juga. Bagaikan burung cuculidae yang merebut sarang orang lain dan bisa-bisanya mengatakannya dengan begitu percaya diri.” Nadine tersenyum pahit.

"Siapa bilang Keluarga Ye itu milik kalian, itu milik kita juga. Bukan hanya suamimu yang bermarga Ye, istriku juga bermarga Ye." ujar Denny.

"Dasar Menantu matrilokal!" Nadine berkata.

"Entah bagaimanapun, aku harus membantu Friska memperoleh posisi itu.” Denny tertawa pelan.

Ia pun berdiri dari sofa dan menarik tangan Friska, lalu pergi meninggalkan kantor.

“………”

"Kamu terlalu lelah akhir-akhir ini. Istirahatlah hari ini, mari kita berkeliling di sekitar." Denny membawa Friska berjalan hingga tempat parkir, lalu menepuk pintu mobil Kak Dito pelan dan membawa Friska ke dalam.

Wajah Friska masih tersisa jejak air mata, namun saat ini ia sama sekali tidak ada rasa ingin menangis.

Ia tercengang karena Denny.

"Mengapa? Apakah tadi aku terlalu berkharisma dan membuatmu kaget?" Denny bermaksud untuk menghibur dan bercanda dengannya.

“Rasanya tadi kamu ribut dengan seorang wanita, begitu tidak sabar lagi." Friska berkata sambil menatap kosong.

"…………"

“Tetapi aku tetap harus berterima kasih padamu. Aku merasa sangat aman.” Friska perlahan-lahan menunjukkan senyumannya dan melihat ia dengan tatapan lembut.

"Demi kamu, aku rela mempermalukan diriku sendiri." Denny pun juga ikut tersenyum.

"Tuan Denny, kemanakah kita harus pergi?" Dito tampaknya merasa sedikit tidak nyaman duduk di dalam mobil setelah melihat sepasang suami istri muda itu mulai pacaran.

"Mau jalan-jalan kemana, bagaimana pergi makan bersama?" Denny bertanya.

"Pulang saja, akhir-akhir ini aku merasa sedikit lelah." ujar Friska.

"Baik." Denny berkata.

Akhir-akhir ini Friska memang sedikit lelah. Tampaknya ia lebih kurus dari sebelumnya, wajahnya pun juga terlihat agak pucat. Saat Denny duduk bersama dengannya, ia melihat Friska masih memakai jas dan rok, serta stoking hitam membuat kaki jenjangnya terlihat lebih menarik.

Denny ingin meletakkan tangan diatas pahanya, tiba-tiba teringat bahwa hari ini Friska baru saja menangis. Ia pun menahan dan menaruh tangannya di samping.

Tiba-tiba ia sedikit berharap, entah kapan ia akan mendapatkan istrinya ini.

Dalam sekejap waktu, umurnya juga sudah bertambah. Ia juga seharusnya melakukan hal-hal yang dilakukan orang dewasa.

Ia dan Friska pun tiba di rumah. Ia menemani Friska pergi ke kamarnya. Friska duduk diatas tempat tidurnya dan Denny duduk di kursi.

Mereka berdua terdiam sesaat. Denny pun merasa suasana di kamar terasa sedikit ambigu.

Ia ingin mengatakan sesuatu kepada Friska, lalu melihat Friska sekilas, wajahnya pun sedikit memerah, "Apakah hari ini kita terus duduk seperti ini?"

"Sebenarnya aku ingin mengganti pakaianku. Aku merasa malu karena kamu berada disini. Aku merasa mengantuk. Tunggu aku selesai ganti pakaian, kamu boleh terus tinggal di kamarku." Friska berkata.

"Oh, maaf." Denny baru menyadari dirinya telah mengganggu Friska, lalu buru-buru keluar dari kamar.

Setelah keluar dari kamar Friska, ia pun berdiri di depan pintu dan sedikit menyesal.

Ia mengepalkan tangannya dengan keras.

Seharusnya tadi ia duduk di tempat tidur Friska dan menyentuh kakinya. Kaki Friska. Ia pikir pasti rasanya sangat baik jika ia menyentuhnya.

Jika sekarang ia kembali lagi ke kamarnya, tampaknya akan terlalu mesum.

Masalah hari ini yang ribut dengan Nadine benar-benar merusak citranya juga.

"Friska, aku masih ada sedikit kerjaan, aku pergi sibuk dulu. Kamu istirahatlah dengan baik." Denny mengetuk pintu pelan dan berkata kepada Friska yang berada di dalam kamar.

"Baik." Friska yang berada didalam kamar pun membalasnya.

Hati Denny merasa agak kecewa, karena Friska tidak menahannya. Friska memang memiliki kepribadian yang sedikit tertutup, jadi mungkin tidak akan menahannya.

Setelah ragu sesaat, ia pun meninggalkannya.

Ia sama sekali tidak tahu bahwa saat ini Friska yang berada di dalam kamar juga merasa agak kecewa. Hari ini perilaku Denny membuatnya merasa sedikit terharu. Ia pun mulai menyukai Denny.

Jika, tadi Denny memaksa untuk menetap di kamarnya atau masuk ke dalam kamarnya lagi, ia sendiri pun tidak akan membenci Denny.

"Kak Denny, kemarin si jalang Nikita itu benar-benar mendapatkan keuntungan yang sangat besar."

Setelah Denny tiba di perusahaan milik Neysia, ia pun menemukan Sumanto, Yian dan Neysia sekelompok orang yang sedang bersemangat. Sumanto menyalakan sebatang rokok dan berkata kepada Denny dengan tatapan iri.

"Kemarin Kota Kuliner Chevronnya telah dibuka, berapa banyak keuntungan yang dihasilkannya?" Tatapan mata Denny juga menunjukkan sedikit harapan.

"Kemarin aku sendiri bersembunyi di kota kulinernya selama seharian untuk mengamati arus pengunjungnya. Dari pengamatan arus pengunjung pun terhitung omsetnya selama sehari. Seluruh bisnis di Kota Kuliner Chevron sangatlah ramai. Dari pukul 9 pagi cukup banyak orang yang telah datang, hingga siang hari pun semakin ramai. Hingga pukul 11 malam, aku pun menghitung omsetnya sekira ada empat ratus miliar dalam sehari." Yian berkata.

"Aku sudah mencari tahu kepada temanku. Kemarin hasil penghasilan kota kuliner milik Nikita dalam sehari memanglah empat ratus miliar, sungguh menyenangkan. Pembagian keuntungannya dengan para pebisnis pun sama dengan kita. Pebisnis memperoleh tiga puluh persen dan Nikita memperoleh tujuh puluh persen. Ia sungguh meraup banyak keuntungan. Dari empat ratus miliar yang diinvestasikannya telah pulih lebih dari setengahnya dalam sehari. Ia benar-benar adalah orang yang berbakat dalam perbisnisan!" Sumanto berkata dengan keras.

Lalu Sumanto pun menepuk Yian lagi dengan keras, "Sialan, berbakat juga kamu, bisa-bisanya menghitung berapa banyak penghasilan Nikita dalam sehari."

"Masih bolehlah." Yian tertawa.

Denny hanya melihat Yian yang sedang berpura-pura tersenyum. Ia agak benci kepada Sumanto.

"Kemarin Nikita hanya menggunakan sehari untuk menghasilkan empat ratus miliar. Sepuluh hari lagi kota kuliner kita juga sudah mau veroperasi, mungkin bisnisnya juga tidak akan buruk." Sumanto berkata.

"Semoga bisnisnya akan berjalan dengan baik," Denny berkata sambil tersenyum.

Seharian ini, Denny terus bersama dengan Sumanto, Yian dan Neysia. Sekelompok orang muda ini berbincang ria dan menantikan penghasilan kota kuliner mereka di masa yang akan datang.

Ia terlalu berhati-hati saat bersama dengan Friska dan sekarang pun masih belum begitu terbuka.

Kurangnya sedikit perasaan saat bersama dengan teman.

Tiba di malam hari, Sumanto pun pergi terlebih dahulu karena masih ada kegiatan di tempat hiburan malam. Karena Denny ingin pergi melihat Dome lagi, setelah selesai menyapa, ia pun turun ke lantai bawah.

Baru keluar dari Perusahaan Adirama, ia pun melihat sebuah mobil sport Ferrari yang sengaja menyorot lampu utama ke hadapannya.

Ia hanya tertawa dan mengabaikannya.

Dengan kemampuannya, ia tidak takut dengan siapapun yang mencari ribut dengannya.

Kemudian mobil itu pun bergerak mendekatinya. Jendela mobil berangsur-angsur terbuka, lalu sebuah raut wajah yang tidak asing muncul di hadapannya.

Itu adalah Brigitta dengan wajahnya yang terpasang riasan tipis. Temperamennya masih tetap menawan dari dalam hingga luar. Ia melihatnya sambil tersenyum, lalu menjentikkan jarinya pelan, "Masuklah ke dalam mobil."

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu