Si Menantu Buta - Bab 155 Kembali ke Kota Kimraden

“tidak peduli apa identitasmu, kaisar tetap rugi, kamu sudah punya istri, harus menghormati istrimu setiap saat, perempuan memang pada dasarnya sangat bodoh, mau perempuan sepintar apapun, tetap tidak akan menyaingi pria paling pintar. Friska Ye memang dasarnya bodoh, semuanya juga bilang dia begitu, kamu malah tidak bisa mengatainya begitu, karena kamu suaminya.” Wajah Mario datar.

“dia hanya seorang perempuan, walaupun dia memukulmu, memangnya bisa sesakit apa? Tidak paham kamu gimana mikirnya, kayaknya kamu rusak dimanja orang tua.”

“Mario, kamu tidak tahu, pukulan dia benar-benar sangat menyakitkan.” Kata Denny Wang.

“hehe.” Mario senyum dingin.

“dia itu berbakat, meninju harus menggoyangkan pinggang, kamu paham hal ini kan? Tidak ada orang yang mengajari dia tinju, tapi saat dia memukulku malah bisa menggoyangkan pinggang. Tamparannya benar-benar bukan yang ditahan oleh orang biasa.” Denny Wang masih agak ketakutan.

“cacat.” Kata Mario.

“kamu juga tidak waras.” Denny Wang sudah malas meladeni Mario.

“bukannya tadinya pergi kencan? Kenapa malah berantem dengan istri?” Dome dan Sumanto dia orang juga berhenti makan, mereka masuk ke kamar Denny Wang untuk menanyakannya.

“makanya, habis dipukul malah melampiaskan emosinya ke kami, kami kan tidak berutang padamu. Sial, tadinya semuanya makan dengan senang, tapi malah kamu buat tidak nafsu makan.” Sumanto kehabisan kata-kata.

“hubunganmu dengan kakak ipar bukannya sangat baik? Mungkin ada kesalapahaman, bicarakan saja baik-baik.” Kata Alex Lin.

“aku ingin menenangkan diri, kalian semua keluar dulu.” Kata Denny Wang.

“suami istri bertengkar itu hal yang wajar, saat aku muda juga pernah. Kita sudah menikahi orang, jadi kita harus baik-baik dengan orang, kalau tidak saat itu kenapa kita menikahinya? Tenangkan diri dan pikirkan baik-baik, pulang dan hibur dia, tak apa.” Dome menasihati Denny Wang sambil tersenyum.

“dipukul oleh istri, benar-benar memalukan.” Wajah Sumanto mengeluarkan senyum menghina.

Melihat keramaian tidak takut masalahnya membesar.

Saat semuanya pergi, Denny Wang terus merenung dan bengong di dalam kamar, baru menghisap habis satu rokok, dia memantik sebatang lagi yang baru.

Friska Ye meneleponnya.

Dia melihat Friska Ye meneleponnya, matanya menunjukkan kekagetan.

Setelah mikir-mikir, dia menyetel handphonenya menjadi mode diam.

Meletakkan terbalik handphonenya diatas meja.

Mungkin Friska Ye sudah tahu sendirinya salah, menelepon untuk menghiburnya.

Ekspresi wajahnya puas, dia mencari buku dan membacanya sambil berbaring di ranjang kamarnya.

Masalah ini sama sekali bukan salahnya, melainkan salah Friska Ye.

Dia dan Neysia sama sekali tidak punya hubungan apa-apa, gara-gara hasutan Jennie Wang, dia jadi dipukul oleh Friska Ye. Dua hari ini dia terus memikirkan Friska Ye, membereskan kamar Friska Ye, menunggu kepindahan Friska Ye untuk tinggal dengannya, sekarang tiba-tiba dipukul oleh Friska Ye, hatinya jadi sedih.

Memang satu telepon saja bisa menghiburnya?

Paling tidak harus menelepon sembilan kali baru bisa.

Dia membaca buku selama sepuluh menit, sebenarnya dia tidak ingat isi buku yang dia baca. Hanya ingin waktunya cepat berlalu, supaya Friska Ye tahu dirinya salah, baru dia angkat telepon dan memaafkannya.

Kamar untuk Friska Ye sudah disiapkan, harus membuat Friska Ye tinggal disini.

Dia mengambil handphonenya dari atas meja, hampir meledak saat melihat panggilan masuknya.

Friska Ye hanya meneleponnya sekali, dan tidak meneleponnya lagi.

Bicara apapun juga tidak akan memaafkan Friska Ye.

Dia langsung melempar handphonenya ke kasur, dan berjalan keluar kamar.

“mau main mahjong tidak?” Denny Wang melihat ke arah Mario dan Hera yang sedang membereskan meja makan, Mark, Alex Lin.

Beberapa orang itu terkejut melihat dia, Dome dan Sumanto sedang duduk diatas sofa, Sumanto mengeluarkan suara “hmph!” yang cuek.

“tidak menyisakan hotpotnya untukku?” tanya Denny Wang.

“jangan cari masalah.” Mario bicara tanpa ekspresi.

“mau main mahjong tidak?” tanya Denny Wang.

“master, kamu lagi badmood habis bertengkar dengan istri master, lebih baik jangan main dulu. Aku pernah bertemu istri master, dia adalah perempuan yang baik, pasti ada kesalahpahaman, lebih baik kamu cari dia dan bicarakan dengannya.” Kata Mark.

“masalah ini kan bukan salahku, kenapa aku harus mencarinya?” kata Denny Wang.

“malam ini aku ada acara, ada banyak perempuan muda yang cantik, lebih baik kita pergi main, aku kenalkan perempuan cantik padamu?” Sumanto mengeluarkan senyum jahat.

“sudahlah, aku tidak mood.” Kata Denny Wang.

“latihan tinju saja.” Kata Mario.

“tidak mau.” Denny Wang berjalan ke sebrang Dome dan Sumanto, tiduran diatas sofa.

“nak, hatimu masih memikirkannya, sana cepat temui dan hibur dia. Kami tahu moodmu sedang buruk, tapi malam ini kami tidak bisa menemanimu loh. Hera terus ingin lihat laut, malam ini kami harus menemaninya lihat laut. Terpikir kamu ingin menjemput istrimu kemari, kami sengaja membuat waktu untuk kalian berdua. Kalau hatimu masih memikirkan dia cepat pergi cari dia, jangan buang-buang waktu yang berharga.” Kata Dome.

“kalian pergilah, aku tiduran saja di rumah.” Denny Wang menghela napas dengan pelan.

“malam ini aku ada acara, juga tidak bisa menemanimu.” Sumanto mengeluarkan senyum yang merendahkan.

Setelah selesai membereskan ruang makan, semuanya pergi keluar, di dalam rumah hanya tinggal Denny Wang seorang.

Tadinya mungkin dia dan Friska Ye akan melewati malam yang menyenangkan, sekarang di rumah tinggal dia seorang, terpikir kalau dia melewatkan timing bagus, hatinya tambah sedih.

Dia kembali ke kamarnya dan melihat handphonenya lagi, dia melihat Friska Ye mengiriminya pesan.

“kalau kamu tidak suka padaku silahkan pulang saja ke Kota Kimraden, hubungan diantara kita cukup sampai sini saja.” Friska Ye hanya mengiriminya sebuah kalimat yang sederhana.

Perkataan Friska Ye ini benar-benar membuatnya sedih.

Apanya yang posisi dan kekayaan, ambisi utnuk mendirikan kerajaan bisnis, di saat ini langsung hancur berkeping-keping.

Dari kecil lahir di halaman keluarga Wang, dia sudah menikmati cukup kekayaan dan kemewahan. Satu-satunya yang membuatnya tidak senang adalah tiga tahun ini dia menahan penderitaan. Dia berusaha terus hidup, berusaha untuk menyembuhkan matanya, dendam dan kebencianlah yang membuatnya bertahan.

Saat matanya sudah sembuh, juga sudah memberi pelajaran ke orang yang pernah menginjaknya, setelah perlahan ada hubungan dengan Friska Ye, dendam dan kebencian dalam hatinya perlahan berkurang.

Dia menyadari dirinya melakukan ini semua demi Friska Ye.

Musuh bukanlah target hidupnya, hanya Friska Ye alasan dia berjuang seumur hidup.

Orang selalu membutuhkan keluarga, punya orang yang mencintainya, punya sebuah kehidupan yang bahagia.

Dia ingin berbagi keberhasilan dengan Friska Ye.

Perbuatan Jennie Wang kali ini lumayan, sudah menemukan titik lemahnya, langsung membunuhnya dalam satu serangan. Berhasil memanfaatkan Friska Ye untuk menghancurkan hidupnya, supaya dia tidak tertarik dengan masalah apapun lagi.

Dia memutuskan untuk kembali ke Kota Kimraden, menegok orang tuanya. Sudah sangat lama tidak melihat orang tuanya, dia lumayan kangen orang tuanya.

Sebelum dia pulang ke kota Kimraden, dia pergi ke rumah Friska Ye.

“ngapain kamu kembali lagi? Kamu tahu tidak kamu mencelakai keluarga Ye sampai seperti apa? Kamu sengaja menyeret keluarga Ye dan tidak memberikan uang proyeknya, membuat kakek Yusef memperluas skala keluarga Ye, mulut dibawah keluarga Ye bertambah satu kali lipat, sedang menunggu untuk di pelihara oleh keluarga Ye. Perusahaan Adirama tidak membayar utangnya, utang keluarga Ye di luar setimpal.”

“kamu malah menolong Glen Ye, Jennie Wang memberikan seratus miliar sebagai bantuan kepada keluarga Ye, Lisa besok akan mengadakan rapat, untuk pengumuman resmi Glen Ye menjadi presiden keluarga Ye.”

“dasar cacat!” Gissel Chen melihat Denny Wang dengan jijik.

Wajah Denny Wang memucat, tidak menanyakan Friska Ye, melihat cara bicara Gissel Chen kepadanya, sepertinya Friska Ye tidak memberitahunya mengenai masalah Neysia.

Perlakuan Gissel Chen kepadanya, hanya karena dia tidak memberikan uang yang di tangannya kepada Gissel Chen, dan Jennie Wang juga menghalangi jalannya, jebakan yang dulu dia buat untuk keluarga Ye, semuanya diratakan oleh kekayaan besar Jennie Wang.

Kalau Jennie Wang tidak datang, saat ini keluarga Ye akan punya masalah internal dan desakan dari luar, pas sekali dia bisa membeli keluarga Ye, supaya Friska Ye menjadi kepala keluarga Ye.

Semua usaha yang dilakukannya dirusak oleh Jennie Wang.

“ma, aku akan kembali ke kota Kimraden.” Denny Wang menghela napas.

Kondisinya sekarang tidak cocok untuk berkelahi dengan orang, dia hanya ingin kembali ke sisi orang tuanya untuk menenangkan diri.

“untuk apa kembali ke kota Kimraden?” Gissel Chen terkejut.

“merasa agak lelah, tidak ingin bergelut dengan mereka lagi. Bisnis di Kota Harayu aku sudah tidak mau, dulu aku menghasilkan uang juga demi kalian, sebelum aku pergi aku akan memberikan kalian uang yang aku dapatkan.” Kata Denny Wang.

“memberikan semua uangnya kepada kalian........”

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu