Si Menantu Buta - Bab 34 Enam Buah Pesanan

Tidak hanya Denny Wang yang dianiaya, dari kecil sampai besar Friska Ye juga sering dianiaya. Kedua kakak laki-lakinya Friska Ye karakternya seperti tuan besar, ada juga paman keduanya dan bibinya semuanya bukan orang baik. Kay Ye dari dulu sudah terbiasa menganiaya Friska Ye, di hadapan Denny Wang pun tidak berhenti, hanya saja sebisa mungkin agar orang asing tidak tahu masalah dalam keluarganya.

“cepat bawa pulang si cacat ini, kalau tidak jangan salahkan aku panggil sekuriti untuk mengusir kalian berdua.” Dalam hati Kay Ye sangat jijik dengan Denny Wang, dia pikir-pikir lalu berbisik kata-kata jahat lagi.

Friska Ye perlahan mengerutkan alisnya tidak bicara.

Mengenai penghinaan dari keluarga Ye, dia sama sekali tidak peduli, hati anak perempuan ini sangat lapang, dan hati Denny Wang juga lumayan, tapi kelamaan dianiaya keluarga Ye jadi sesak, tapi Friska Ye yang dianiaya bertahun-tahun oleh keluarga Ye, malah tidak dendam sedikitpun pada mereka.

“hei aku sedang bicara denganmu, kenapa? Mata Denny Wang buta, telingamu tuli kah? Kalian sudah lama jadi suami istri, kamu ketularan dia ya?” Kay Ye berbisik.

“tentang kalian keluarga Wang dari kota Kimraden, aku pernah dengar sedikit-sedikit, sangat kuat, anggota keluarganya pun banyak, tidak hanya kaya, juga tidak sedikit saudaranya yang merupakan pejabat, katanya belakangan kalian keluarga Wang meluncurkan seorang artis, sangat terkenal di dunia entertainment ya.” Tidak tahu Raymond tiba-tiba bicara dengan siapa.

“lumayan, sebenarnya kami keluarga Wang uangnya tidak banyak, tidak bisa menandingi mereka yang punya kekayaan lebih dari sekian ratus triliun rupiah, tapi seluk-beluknya memang bagus.” Kata Denny Wang.

Mendengar pembicaraan Denny Wang dan Raymond, Kay Ye langsung memutar kepalanya. Terlihat dia dibuat sangat marah, saat dia mencaci Friska Ye, Denny Wang malah memantik sebatang rokok dan duduk ditempatnya, mengobrol dengan Raymond dari pihak pertama itu.

“sial, Denny Wang, apa yang kamu lakukan? Raymond adalah pihak pertama dari pelanggan besar kami, kamu pikir kamu pantas untuk melayaninya?” Kay Ye tiba-tiba berteriak.

“bagaimana bisnisnya?” Denny Wang pura-pura tidak dengar, tetap mengobrol dengan Raymond.

“karena bimbingan dari para pemimpin, bisnisnya masih dibilang lumayan.” Raymond tersenyum dan bicara.

“ini adalah istriku, Friska Ye, kamu sudah bertemu dengannya kan? Jujur saja, aku tidak terlalu puas dengan caramu mengurus masalah. Kamu adalah distributor bahan bangunan, kami adalah produsen yang memproduksi bahan bangunan, kamu pakai barang siapa, kamu yang tentukan, ini sih tidak masalah. Tapi istriku kan sudah bicara bisnis denganmu, kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran dan tanda tangan kontrak dengan Kay Ye?” Denny Wang mulai masuk ke topik.

“kalau lebih akrab dengan Friska Ye, urusannya akan mudah.” Kata Raymond.

“baiklah, kamu ingin bekerjasama dengan siapa itu urusanmu, aku tidak bisa mengaturmu. Walaupun aku adalah tuan muda keluarga Wang, juga tidak punya alasan untuk mencampuri urusan kalian. Tapi mengenai detail dalam bisnis, ada satu hal yang ingin kuberitahu. Pengalaman kerja Friska Ye masih terlalu dangkal, sementara dimataku belum bisa menjalankan hal yang besar. Produksi bahan bangunan kali ini, harga yang dikeluarkan keluarga Ye itu enam miliar rupiah kan?” kata Denny Wang.

“betul.” Kata Raymond.

“semuanya hanya menjalankan bisnis kecil, enam miliar rupiah bukan jumlah yang kecil, di kas kalian seharusnya hanya ada dua puluh miliar rupiah kan? Sekali memberi keluarga Ye enam miliar rupiah, kalau di tempatmu muncul masalah uangnya akan tidak bisa muter. Jadi menurutku enam miliar rupiah terlalu banyak, harus diturunkan sedikit.” Kata Denny Wang.

“Denny Wang, kami hanya melakukan bisnis dalam waktu singkat untuk menghasilkan uang, semakin banyak uangnya semakin bagus, kamu melepaskan enam miliar rupiah, malah inisiatif untuk menekan harganya, kamu sudah gila ya?” Kay Ye berteriak.

“kawan, maksudmu apa? Aku tidak terlalu mengerti.” Raut wajah Raymond perlahan berubah.

Friska Ye tidak bicara, dalam hatinya dia berteriak gawat. Apakah Denny Wang sengaja datang untuk mengacaukannya?

“lima miliar empat ratus juta rupiah, aku berikan keringanan enam ratus juta rupiah, cukup untuk kamu bayar gaji sebulan ke pekerjamu.” Kata Denny Wang.

“orang lain jual beli pasti akan sebisa mungkin ambil untung banyak, kamu malah inisiatif memberiku enam ratus juta rupiah? Aku tidak percaya ada hal sebaik ini.” Kata Raymond.

“di dunia ini tidak ada yang gratis, aku juga tidak mungkin sengaja membiarkan enam ratus juta ini untukmu begitu saja. Aku hanya ada satu permintaan, di waktu yang sama saat kita menandatangani kontrak, tambah lima buah lagi, aku mau mengontrak lima bisnis denganmu ke depannya.” Kata Denny Wang.

“beberapa tahun ini perekonomian China meningkat sangat pesat, semakin banyak yang berbisnis, semakin banyak orang kaya, harga barang juga walau naiknya tidak cepat, tapi tidak bisa dibilang lambat juga. Harga real estate di Kota Harayu sekarang rata-rata dua puluh empat juta per satu meter persegi, dengan kontrak bahan bangunan kami bisa mendapat keuntungan tiga persen, tapi harga real estate di Kota Harayu kedepannya berapa, tidak ada yang tahu. Kemungkinan akan terus naik, kemungkinan jatuh juga, aku tidak jamin bahwa ke depannya tidak bertemu dengan pemasok bahan yang lebih murah dari kalian, kamu sekaligus ingin kontrak lima bisnis denganku kedepannya, resikoku lumayan besar.” Kata Raymond.

“kalau harga rumah Kota Harayu terus naik, semua yang berkaitan dengan rumah akan naik juga, harga bahan akan naik, gaji pekerja naik, kami yang membuat pintu PVC anti maling juga otomatis akan naik. Tapi kalau sekarang kita langsung tanda tangan lima bisnis kontrak, pokoknya dijamin harga kami akan netral terus, yang artinya kalau kamu memesan barang dari kami akan murah terus, apakah kamu tidak mau mempertimbangkannya?” Denny Wang bicara sambil tersenyum.

“disini ada sedikit pertaruhan, hanya kalau harga rumah di kota Harayu naik, aku baru bisa dapat uang.” Kata Raymond.

“berbisnis pasti bertaruh uang, kita semua bertaruh, bertaruh dengan diri sendiri dan nasib kita kedepannya. Lagipula berbisnis lebih menarik daripada berjudi, kalau penjudi kalah akan memikirkan cara untuk mendapatkan uang, kalau kita ganti rugi akan memikirkan cara supaya mendapatkannya kembali. Memang kehidupan adalah sebuah taruhan bebas, bagaimana nasib dari seseorang, siapa yang tahu?”

“kalau kita sekaligus menandatangani lima kontrak, ditambah yang sekarang ini, totalnya jadi enam, harga real estate terus naik, kamu bisa dapat uang, harga real estate di Kota Harayu tidak naik juga kamu tetap bisa dapat uang. Kalau harga real estate di kota Harayu jatuh baru kamu akan rugi. Setiap dari kontraknya aku memberimu keuntungan sebesar enam ratus juta rupiah, kamu malah punya kemungkinan menang taruhan sebesar dua per tiga, apakah tidak ingin coba bertaruh?” Denny Wang menyengir.

“biar aku pertimbangkan dulu..........” Raymond sedikit gugup.

Cara Denny Wang ini disebut memborong habis, dia sekaligus tandatangan enam kontrak dengan Raymond, sama saja dengan memborong habis channel persediaan bahan bangunan Ramond selama dua tahun kedepan.

Kebanyakan yang bisa melakukan sampai tahap ini merupakan perusahaan brand terkenal, yang punya reputasi baik dalam dunia bisnis selama lebih dari sepuluh tahun.

Keluarga Wang dari kota Kimraden bisa menjadi sebuah keajaiban, juga karena mereka memborong banyak kontrak bisnis.

“benar-benar sebuah fantasi, sebuah bisnis yang memberikan keuntungan enam ratus juta rupiah, kami hanya mendapat lima milyar empat ratus juta rupiah, kelihatannya memang rugi. Tapi kalau bisa tandatangan enam kontrak sekaligus, jumlahnya jadi tiga puluh dua milyar empat ratus juta rupiah, ini jumlah bisnis yang sangat besar. Dan kami mendapat bisnis besar senilai lebih dari dua puluh milyar ini, setengah tahun kedepannya tidak akan kekurangan pekerja, ini adalah hal baik. Hanya saja dengan begini juga memberikan banyak resiko untuk pihak pertama, mana ada orang yang setuju dengan mudahnya?” perlahan Kay Ye mengerti maksud Denny Wang, dia berdiri di samping dan bicara sambil mengerutkan alisnya.

“sudah hampir waktu makan siang, kita makan dulu, minum beberapa gelas baru kita bahas lagi.” Raymond bicara setelah mempertimbangkan sebentar.

“tandatangani dulu kontraknya, siang nanti aku akan menghormatimu dengan minum tiga gelas.” Kata Denny Wang.

“waktunya begitu singkat, mana mungkin aku bisa memutuskannya? Bagaimanapun juga harus telepon ke rumahku, untuk membahasnya dengan istri dan adik iparku.” Raymond tersenyum pahit.

“Friska Ye adalah istriku, dia cantik kan? Aku berani bilang di hadapannya kalau perempuan tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Raymond kamu juga adalah bos besar, masa keberanian seperti ini saja tidak punya?” Denny Wang mengejeknya.

“kamu biarkan aku pikir dulu....” Raymond bingung.

“Friska, siapkan surat kontraknya.” Denny Wang bangkit dari sofa dengan cepat.

“dia masih belum setuju.” Kata Friska Ye.

“dia pasti akan setuju.” Denny Wang tersenyum, berjalan ke depan jendela dan memantik rokok, melihat keluar jendela dengan tenang.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu