Si Menantu Buta - Bab 104 Percakapan Yang Tulus

Kasur Denny Wang ditempati oleh Neisya, di kamar rawat tunggalnya memiliki dua kasur. Dia masih bisa tidur di satu kasur lagi. Sepertinya kemarin malam Alex Lin menjaganya, dan seharusnya dia kurang istirahat. Setelah dia dan Mario keluar dari toilet, dia langsung pergi ke kamar rawat Mario. Dan mengambil inisiatif untuk menyerahkan kasur satu lagi kepada Alex Lin.

Mario tinggal di kamar rawat yang besar, yang di dalamnya memiliki puluhan kasur. Dia adalah anak yatim piatu, dia juga tidak mempunyai teman yang baik. Hubungan dia dengan ayahnya Roy Li hanya sebagai hubungan kerja. Kemarin setelah dia membantu keluarga Li untuk berkelahi, dia langsung dibawa ke kamar rawa yang besar ini. Biaya perawatannya juga diberi oleh Sumanto.

Denny Wang membutuhkan pembantu seperti Mario, dia juga menyukai berteman dengan Mario. Di kamar rawat Mario masih ada kasur yang kosong. Saat pagi hari tadi, setelah dia sampai di kamar rawat Mario. Dia langsung berbaring di samping kasur sebelahnya Mario, dan berbicara dengan Mario.

"Ternyata kamu ada disini, kamu membuatku khawatir." Setelah hampir siang hari, Sumanto melihat ke kamar rawat.

Melihat Denny Wang dan Mario sedang berbaring bersama, dia langsung membawa segerombolan bawahannya untuk masuk ke dalam.

"Sudah dapat rejeki." Wajah Sumanto kemerahan, dan melihat Denny Wang dengan serius.

"Dapat berapa?" Denny Wang paham arti dari pembicaraan Sumanto.

Sumanto menjentikkan tangannya kepada Yian.

Yian sedikit tidak suka kepada Sumanto, dengan tanpa daya dia berbicara kepada Denny Wang, "Bos, kompetisi juara tinju kemarin yang bernama Sonny diawasi ketat oleh pejabat China. Saat dia sedang berkelahi ada seorang kakek yang sedang melihatnya. Kakek itu sangat menyukai Sonny, dan dia juga sangat percaya dengan tim tinju China kita. Yang diatas sangat memperhatikan kesehatan dan kebugaran yang lain. Jadi setelah Sonny memenangkan kompetisi kemarin, yang diatas langsung mengirim persetujuan tertulis semalam."

"Mulai dari sekarang, seluruh tempat boxing yang ada di sini akan bebas pajak selama tiga tahun. Dalam industri yang terkait dan terlibat dalam tinju, pertempuran bebas, pertempuran komprehensif dan lainnya yang berhubungan. Akan mendapatkan pajak yang sangat rendah, dan kegiatan skala besar seperti kita akan diberikan subsidi."

"Berapa subsidinya?" Tanya Denny Wang.

"Pertandingan kelas A akan diberikan subsidi seharga 400 Miliar subsidi, kelas B mendapatkan subsidi seharga 100 Miliar, dan kelas C akan diberikan subsidi seharga 1 M. Skala pertandingan kita bisa mencapai kelas B, dan kita akan mendapatkan subsidi seharga 100 Miliar.

"Dilihat dari kekayaan keluarga Han, kita bisa mendapat subsidi kelas A. Jumlah subsidi yang diberikan tergantung pada dukungan orang yang diatas dengan kita. Sekarang ini di China sangat memperhatikan keamanan dan kebersihan. Kompetisi kita tidak memengaruhi dengan kebersihan, dan tujuan dilaksanakannya juga untuk menjaga kesehatan. Dan pertandingan kita tidak hanya akan mencapai kelas A tetapi juga bisa mencapai kelas S. Membuat kompetisi W-1 menjadi kompetisi yang berpengaruh di dunia. Oleh karena itu, kita harus menemukan cara untuk mendapatkan subsidi kelas A. Keluarga Han memiliki kemampuan untuk mendapatkan ini, suruh Sumanto untuk mendapatkannya." Ucap Denny Wang.

"400 Miliar hanya uang kecil, cepat beritahu uang yang lebih besar lagi." Sumanto sedikit terburu-buru.

"Baik." Yian mengganggukan kepalanya pelan dan lanjut berbicara, "Setelah melewati pertaneingan kemarin, karena Sonny mendapat sabuk emas keempat di China. Banyak orang yang mulai menjadi lebih percaya diri dan antusias tentang tinju dan juga ditambahnya dukungan dari atas terhadap tinju. Jadi bisa dibilang industri tinju di China sedang berkembang pesat. Saham kita sudah naik menjadi 9 Triliun dan dilihat dari perubahan sekarang, sementara sudah menghasilkan uang sebesar 2T.

"Saham yang kita beli masih terus meningkat, menurut perhitunganku kita bisa mendapat sekitar 10,4 T."

"Denny Wang, apakah kamu mendengar? 10,4 Triliun, kita mendapat 10,4 T dari pertandingan ini. Kita sudah kaya! Pertandingan yang kamu buat ternyata bisa menghasilkan uang yang lebih banyak daripada keluarga Han. Sekalipun keluarga Han memiliki triliunan, tetapi itu hanyalah aset. Dan yang kamu dapatkan adalah uang tunai!" Sumanto berteriak.

Denny Wang dan Mario menutup telinganya.

Seluruh orang yang ada di kamar rawat itu tercengang melihat mereka. Denny Wang merasa mukanya mulai panas, dia merasa malu karena teriakan Sumanto.

"Bukannya kemarin mendapatkan uang 200 miliar, dan sekarang kita masih bisa mendapatkan subsidi 400M. Cepat tarik tunai, uang 11 T ini mau aku pakai." Ucap Denny Wang.

"Sangat enak!" Sumanto masih kegirangan.

Diadakannya kompetisi dan membeli saham kali ini, dalam satu malam Denny Wang sudah mendapat keuntungan sebesar 11 T. Dulu dia mendapat julukan gelar kejeniusan dalam berbisnis di kota Kimraden. Dia membantu keluarga Wang mendapatkan uang yang cukup banyak, dan semua orang menghormatinya. Dia bisa jatuh seperti ini karena dulu dia tidak sengaja pernah menganggu seorang penjahat.

Dalam waktu semalam dia menghasilkan uang 11T. Semua pinjaman yang telah dia pinjam sudah bisa dilunasi. Menurut perjanjian dia dengan Sumanto, jika dia bisa mendapat keuntungan lebih dari 8T. Maka dia bisa mendapatkan laba 7 persen, dan Sumanto mendapat laba 3 persen.

Bisa dibilang, setelah mereka melunasi pinjaman. Sumanto bisa mendapat uang sebanyak puluhan triliun dan dia bisa mendapat uang enam triliun..

Setelah melewati percobaan kemarin, dia dan Sumanto menjadi orang kaya yang mempunyai uang puluhan triliun.

Tetapi ini hanya awal mulanya saja, dia akan lanjut mengembangkan kompetisi tinjunya. Dan dia masih mempunyai proyek kota kuliner perusahaan Adirama yang bisa memberinya keuntungan yang banyak.

Seminggu kemudian, Sumanto dan Yian tergila di pasar saham.

Setelah seminggu kemudian, Sumanto dan Yian berhasil mendapatkan uang 11T nya. Jika sekarang ini ada orang yang ingin membeli saham di pasar pertinjuan, sepertinya Denny Wang akan mendapat keuntungan lebih. Tetapi Denny Wang tidak tahu, cara ini akan bertahan sampai kapan.

Pasar saham adalah tempat yang bisa membuat orang tergila-gila, selalu saja ada orang yang bisa menjadi orang kaya dalam waktu semalam. Pasti ada juga orang yang ingin menjadi kaya dan membeli saham yang banyak.

Denny Wang ingin bilang bahwa kita hanya bisa berinvestasi di waktu yang tepat. Tetapi jangan berinvestasi secara berlebihan dan berjudi.

Orang orang yang berinvestasi dengan seluruh hartanya, dan tanpa mengetahui apapun. Biasanya akan berujung sengsara.

Dalam seminggu ini, Sumanto sudah berpikir cukup matang. Dia memutuskan untuk memberi uangnya ke Denny Wang untuk terus berinvestasi.

Denny Wang menolak keputusan Sumanto. Karena dia telah mendapat uang pertamanya, dia mempunyai kemampuan yang lebih untuk mendapat lebih banyak uang lagi. Dan dia tidak ingin membagi uangnya kepada Sumanto.

Sumanto tahu bahwa Denny Wang itu sabar. Dia ingin mendapatkan uang yang lebih baik, sehingga setiap hari dia datang merayu Denny Wang, dan memohon Denny Wang. Akhirnya, Denny Wang tergoyah karena satu perkataan dia.

"Sekarang aku memberimu satu pertanyaan, tetapi kamu tidak boleh membohongiku." Denny Wang berdiri di taman yang ada di luar rumah sakit, dan menyalakan sebatang rokok.

"Bilang saja, asalkan kamu mau membantuku mendapat uang yang banyak, seribu pertanyaan pun akan aku jawab." Ucap Sumanto dengan wajah ingin merayu.

"Lupakan masalah pribadi kita sebelumnya, masalah kamu pernah menginginkan istriku atau kamu melempar uang kepadaku. Aku hanya ingin bertanya soal kompetisi tinju kemarin, kalau malam itu Sonny dan aku kalah dalam bertanding. Lalu saham kita rugi, dan kompetisi tinju kita menjadi tidak berharga. Bagaimana sikapmu kepadamu?" Ucap Denny Wang sambil menghirup rokok.

"Kakak Denny, kamu adalah juaranya dalam bertengkar. Meskipun kita akan rugi, dan menjadi orang yang miskin. Kita masih bisa bekerja di perusahaan keuangannya Jaeno. Kita bisa menjadi bawahannya Jaeno, dan kita juga masih bisa mendapatkan banyak uang." Sumanto tertawa.

"Aku serius." Ucap Denny Wang.

"Setiap orang menghormatiku, dan memanggilku dengan sebutan tuan. Jika aku memarahi mereka semua generasi keluarga kaya kedua, mereka hanya akan diam. Semua orang melihat aku sukses tetapi tidak tahu bagaimana perjuanganku. Kakak perempuanku, Brigitta. Dulu saat aku masih kecil, aku mandi bersamanya, tidur bersamanya. Sekarang hanya demi harta, dia malah menyuruh keluarga Yang untuk membunuhku. Dari kecil hingga besar, aku berharap ayahku dapat membawaku pergi ke taman bermain. Dia selalu bilang tunggu dia mendapatkan uang lebih banyak baru akan membawaku pergi. Saat pertama kali aku dibully disekolah, mereka semua mengejekku sebagai orang yang tidak mempunyai ayah. Lalu ibuku membawa ayahku ke sekolah, dan mereka semua terkejut setelah tahu bahwa ayahku adalah orang kaya yang ada di kota Harayu."

"Apakah kamu pernah melihat aku mepunyai teman?" Sumanto mulai serius, senyuman di wajahnya menjadi senyum pahit dan matanya mulai berkaca-kaca.

"Tidak." Ucap Denny Wang.

"Aku berkata sejujurnya kepadamu, sebenarnya aku sedikit takut kepadamu. Dan tidak ingin bermain dengan orang kaya sepertimu. Aku sudah biasa menjadi bos, dan tidak ingin menjadi bawahan orang lain. Tetapi saat aku melihatmu dipukul oleh Mario di ring tinju, aku langsung mengerti. Uang hanya sebuah omongan kosong. Bermimpi pergi ke Dubai dan setelah bangun sudah triliun uang telah dihabiskan. Bermimpi untuk menjadi raja selama beberapa hari dan bermain dengan gadis cantik, lalu mempunyai beberapa prajurit. Tetapi saat bangun, uang triliunan juga sudah dikeluarkan."

"Sebagus apapun duit, mana mungkin bisa lebih berharga daripada teman dan keluarga sendiri? Saat aku melempar handphoneku, aku sudah memutuskan untuk mendukungmu. Meskipun aku akan bangkrut, dan ingin bunuh diri. Aku masih mempunyai teman sepertimu. Sebanyak uang apapun yang aku punya, tetapi jika tidak mempunyai teman sepertimu. Untuk apa aku mempunyai banyak uang?"

"Denny, apakah kamu puas dengan jawabanku?" Sumanto menyalakan satu batang rokok dan menjawab dengan wajah tidak masalah.

Tetapi matanya kemerahan, seperti ada sesuatu di matanya yang berbinar.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu