Si Menantu Buta - Bab 149 Lobster Mala

“Yian, apakah kamu percaya diri?” Denny merasakan jebakan Billy dan bertanya pada Yian dengan suara rendah.

"Aku yakin," kata Yian.

Segera, Billy melakukan sesuatu yang memecah pikiran Denny. Dia seperti sengaja memandang rendah Denny, sengaja memperlihatkan sumber daya keuangan keluarga Yang kepada Denny, dan menyuruh Renaldi membuang seluruh isi pot lobster Mala yang baru saja dibuatnya.

Bagi Denny, bertarung tinju di kompetisi atau berbisnis katering, semua itu ia lakukan dengan semangat untuk melayani orang-orang.

Billy selalu bersikap gila, dia sangat kesal pada Billy yang membuang-buang makanan. Seporsi Lobster Mala bagi mereka orang kaya tidak seberapa, hanya ratusan ribu, namun itu sama saja mereka tidak menghargai makanan.

Ini juga alasan mengapa Yian berselisih dengan Billy sebelumnya.

Perilaku Billy juga memperkuat tekad Denny dan Yian untuk mengalahkannya.

Dengan cepat, dua kuali disangga di tengah jalan. Para pengunjung yang mendengar bahwa kedua perusahaan katering berselisih, mereka pun ramai-ramai datang untuk menonton kedua pihak.

Yian dan Renaldi saling memandang dingin, dan dengan cepat mengambil Lobster yang telah dicuci satu per satu dan dengan cepat mencabut garis Lobster dengan pisau.

Setelah menyelesaikan Lobsternya, Renaldi mengambil pisau di antara bawang putih yang sudah dikupas, segenggam bawang putih pun langsung jatuh di atas talenan. Kemudian dia mengambil jahe lagi dan menjatuhkannya di atas talenan, Dia dengan cepat memotongnya dengan sepasang pisau dapur.

Dengan cara yang sama seperti Renaldi, Yian mengambil bawang putih dan jahe dengan pisau dapur, tidak hanya menunjukkan keahliannya yang luar biasa kepada penonton, tetapi ia juga menunjukkan kebersihan memasaknya.

Namun, Yian tidak langsung memotongnya, melainkan ia menampar bidang pisau dapur dengan keras. Setelah mengeluarkan bawang putih dan jahe mengeluarkan cairan, ia baru mulai memotong dengan sepasang pisau.

"Apa metode memotongnya ada yang salah? Tidak mungkin makanannya lebih baik darimu bukan?" Wajah Billy berubah.

Dia berharap Denny untuk menjilat sepatunya, juga mengharapkan 200 M Denny.

"Metode memotongnya memang bisa membuat rasa bawang putih dan jahe menjadi lebih kuat, namun juga meningkatkan waktu untuk memasak Lobsternya. Rasa makanan yang paling enak adalah saat gigitan pertama. Kita harus menghidangkan Lobster Mala ini duluan, setelah pengunjung mencicipi Lobster Mala kita, mereka pasti akan kehilangan selera untuk mencoba Lobster Mala berikutnya. Ada pepatah mengatakan bahwa Setelah kenyang,maka kita akan memarahi si koki. Selama kita bisa membuat pengunjung makan dengan baik, mereka pasti akan berdiri di pihak kita. "Renaldi mencibir Kata.

"Dan aku juga masih punya satu element penting yang kutunggu darinya."

Saat Renaldi dan Billy berbicara, dia sudah memanaskan minyak dalam panci besar, dan memasukkan bawang putih cincang dan jahe ke dalam panci dengan pisau dapur. Dia meraih kuali dengan satu tangan, seketika Aroma yang kuat tiba-tiba meluap. Di saat yang sama, api menyala di wajan. Dengan cepat ia memasukkan 5kilo Lobster ke dalam wajan, ia mengangkat wajannya dengan satu lengannya dan terus mengadukknya dengan tangan satunya.

Pada saat ini, Yian hanya baru memanaskan minyak, kecepatannya jelas lebih lambat daripada Renaldi.

Sebagai koki, hal yang paling sulit adalah kekuatan pergelangan tangan. Renaldi memiliki 1,85 Meter, beratnya sekitar 100 kilo, dan memiliki tubuh yang sangat kekar.

Sedangkan Yian hanya memiliki tinggi 1,8 meter, dengan badan yang kurus dan pergelangan tangannya yang jauh lebih tipis dari Renaldi.

Denny tahu betapa sulitnya memasak. Bagi seseorang yang tidak bisa memasak, rasanya sendok masak itu sangat berat, pergelangan tangannya pasti akan sakit selesai memasak.

Hal yang paling sulit dipercaya adalah ketika Yian memasukkan lobster ke dalam panci, ia dengan mudah mengambil sendok masak yang memiliki berat sekitar 5 kilo.

Dengan satu tangan, dan ekspresinya terlihat lebih santai dari pada Renaldi.

Saat ketika Renaldi terkejut melihatnya, api di kedua sisi pot menyala pada saat yang bersamaan, kemudian Renaldi membuka arak putih dan menuangkan arak itu ke dalam panci. Bahan baku yang digunakan Yian adalah bir, dengan cepat ia mengambil sebotol bir, dengan punggung tangan kanannya ia memotong tutupnya, seketika tutup botol itu pun terbang.

"........." Denny, Neysa, Billy dan Brigitta semua tercengang melihat adegan ini.

Pengunjung juga terkagum-kagum melihat Yian.

Meskipun Denny merupakan petinju profesional, tubuhnya juga dipenuhi dengan kekuatan, tapi jika menyuruhnya untuk memegang sendok seberat 5kilo sambil membuka tutup bir dengan santainya, sudah pasti ia sanggup.

Kemudian, Yian dan Renaldi dengan cepat memasukkan semua jenis bumbu ke dalam panci, mengaduknya perlahan dengan sendok besar beberapa kali, dan menutupnya.

“Tanganmu baik-baik saja?” Neysa penasaran melihat tangan Yian.

"Poin terpenting menjadi koki adalah menghapal resep dengan hati, mengetahui api, memiliki teknik pisau yang hebat, dan juga kekuatan pergelangan tangan yang kuat. Tidak takut pada api, tidak takut akan percikan minyak, melatih kedua tangan untuk melakukan dua hal sekaligus juga merupakan kunci utama." Yian berkata sambil tersenyum.

"Aku mulai sedikit mengagumi mu," kata Neysa.

“Ada banyak orang yang mengagumiku.” Yian memandang Renaldi di seberangnya, seperti mengejek.

Brigitta saat itu baru mulai melirik Denny.

Denny menolehkan kepalanya dan mengabaikannya.

“Tuan Billy, sudah waktunya bagi para juri untuk menyiapkan piring, mereka akan segera mencicipi hidangan Lobster Mala.” Renaldi berbisik kepada Billy.

“Kalian pergi ke dalam restoran, ambil piring dan sumpit supaya mereka bisa mencicipi hidangan Lobster mala ini.” Billy menyapa anak buahnya.

Billy kali ini datang membawa lebih dari 20 orang. Orang-orang itu segera memasuki restoran, mengeluarkan piring dan sumpit untuk dibagikan kepada semua orang.

“Apakah restoran itu milikmu?” Denny menyalakan sebatang rokok dan memandang mereka dengan dingin.

"Tidak lama bagi Pusat kulinermu akan menjadi milikku. Dan lagi, kamu akan memberiku 200 M dan juga menjilat sepatuku." Billy juga menyalakan sebatang rokok dan memandang Denny dengan dingin.

"Kamu gila," kata Denny.

"Aku memang selalu gila," kata Billy.

Segera, Lobster Mala Renaldi sudah siap untuk dihidangkan, dan pancinya masih bergelembung. Dia meminta pengunjung untuk datang dan mencicipi hidangan Lobster Mala nya.

Wajah Renaldi selalu tersenyum dingin ketika pengunjung mengambil Lobster Mala nya.

Ada satu detail lagi dalam perhitungannya pada Yian.

Memakan lobster pasti harus mengupas kulitnya terlebih dahulu, Lobster Mala yang baru saja dibuatnya sangat panas. Banyak orang merasa sulit makan dengan sumpit, lalu meletakkan sumpit dan makan Lobster Mala itu dengan tangan mereka.

Seperti dugaan Renaldi, pengunjung ini semua kepanasan ketika memakan Lobster Mala, suasana hati mereka segera berubah menjadi buruk.

Hanya beberapa pengunjung yang penuh perhatian, dan meniup nya untuk sementara waktu, lalu dengan hati-hati mengambil Lobster Mala itu.

Saat itu, Yian juga membuka tutupnya.

Pot di depannya masih bergelembung.

Renaldi memandang Yian dengan senyum dinginnya.

Perbedaan antara koki kelas satu dan koki biasa ini adalah bahwa mereka sangat tepat dalam mengukur panas, dan Lobster itu lembut dan empuk, namun mereka akan berubah menjadi tua begitu sudah tidak panas lagi.

Dia menyelesaikan hidangan Lobster Mala ini lebih dulu dari Yian. Setelah pengunjung mencicipi hidangan Lobster Mala itu, Yian masih membutuhkan waktu paling tidak dua menit untuk Lobster nya tetap berada di wajan.

Para pengunjung harus mencicipi Lobster Mala Renaldi terlebih dahulu, baru mencicipi Lobster Mala Yian sebelum dapat memberikan komentar.

Setelah semua orang mencicipi Lobster Mala milik Renaldi, ada beberapa orang yang suasana hati yang buruk karena tangan mereka panas, dan ada yang kesulitan mengupas kulitnya. Melihat Lobster Mala di dalam panci di depan Yian, mereka semua menghela nafas.

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu