Si Menantu Buta - Bab 309 Kenny VS Desa Niutou 2

Yian tertawa terbahak-bahak.

Dia belakangan ini meminjam seekor anjing kampung, setiap hari jika tidak ada urusan dia bisa mengajak anjingnya berjalan-jalan, mengurusnya dengan sangat baik. Dia tahu apa yang akan Kenny lakukan nanti, dia tidak bisa menahan tawanya saat melihat Kenny yang berlagak sombong.

"Apa yang kamu tertawakan?" Ekspresi Kenny menjadi dingin.

"Rasanya sangat menggelikan." Kata Yian menahan tawanya.

"Hei bocah bau, kamu ini siapa? Beraninya kamu tertawa? Sekarang aku sedang berbicara dengan kakakmu, apa yang kamu tertawakan?" Kenny terus menanyai Yian dengan perasaan gugup.

"Maaf, Tuan Muda, aku salah." Kata Yian menahan tawa.

"Sialan, disini kamu tidak layak untuk tertawa, pergi sana." Kata Kenny dengan marah.

"Baiklah, Tuan Muda." Yian menarik anjingnya pergi.

Mario dan Hera semuanya menatap Kenny dengan datar.

"Kurang ajar!" Kenny mengumpat, kemudian mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.

Belakangan ini raut wajahnya sangat buruk, Denny Wang bisa melihat bahwa belakangan ini dia tidak tidur dengan nyenyak. Kenny adalah seorang pria yang terlahir tampan, sudah kaya sejak lahir, setiap tingkah lakunya mulia. Kenny penuh gairah seksual dan alkohol, Denny Wang melihat kantung matanya sangat hitam, matanya juga agak bengkak, bisa jadi karena belakangan ini kecanduan dalam gairahnya itu sangat besar.

"Denny Wang, apakah kamu mengenalnya?" Paman melihat ada sesuatu yang salah, kemudian bertanya pada Denny Wang.

"Ya aku mengenalnya, paman." Denny Wang mengangguk ringan.

"Apa yang sedang terjadi?" Tanya paman.

"Maaf, paman, aku telah memanfaatkanmu. Aku tahu adat istiadat di desamu sangat kuat, sangat aman saat aku bersembunyi disana, maka aku sama sekali tidak mau pergi. Tapi aku belum pernah mencari Kenny, tidak pernah terpikirkan olehku untuk menariknya, memanfaatkan kalian untuk berurusan dengannya, dia sendiri yang menemukannya. Aku hanya berpikir bahwa orang kalian banyak, aku bisa sedikit aman jika bersama kalian. Kenny ini adalah salah satu musuhku, dia terus menerus mengejar untuk membunuhku, dulu saat aku pingsan di desa kalian, dialah yang melukaiku." Ujar Denny Wang.

"Kamu sangat jujur, aku suka dengan sifat jujurmu itu." Kata paman.

"Aku tidak bisa menyembunyikannya darimu, jika paman tidak bersedia membantuku, paman boleh segera pergi." Sahut Denny Wang.

"Apakah kamu pikir kami orang-orang Desa Niutou tidak bisa menjagamu?" Paman tertawa.

"Paman?" Denny Wang menatapnya dengan terkejut.

"Tenanglah, kamu telah membuat kami orang-orang Desa Niutou berkontribusi besar, kami pasti akan melindungimu. Masalah hutang yang tidak kembali itu, kami juga sudah cukup menanganinya. Aku mengerti semua alasan yang kamu katakan dulu, jika kita tidak miskin itu akan sangat tidak mengenakan, siapa yang bersedia berhutang dan tidak membayarnya kembali. Kamu telah memebrikan kami orang-orang Desa Niutou masa depan, membuat orang-orang nantinya tidak perlu lagi melakukan hal kotor semacam itu, kami semua berterimakasih padamu. Kamu adalah pahlawan desa kami, kami pasti akan melindungimu." Kata paman.

"Terimakasih, paman" Denny Wang merasa terharu.

"Kamu tunggu saja dengan tenang, aku akan memanggil mereka berkumpul dengan cepat, mereka akan segera datang. Anak muda ini yang dulu melukaimu kan? Aku nanti yang akan menangkapnya dan membiarkanmu untuk menghukumnya." Jawab paman.

"Baiklah." Sahut Denny Wang.

"Apakah kalian mendengarnya? Bajingan tua ini ingin menangkapku." Kenny memutar kepalanya menatap anak buahnya yang sedang tertawa.

Lexy, Sonny, Farzan, Tristan, Yogi dan Kawada mereka semua tertawa.

"Sedikit menakutkan." Sonny berkata sambil menaikkan ujung bibirnya sedikit.

"Aku terkejut sampai-sampai ingin terkencing." Sahut Tristan.

"Aku bisa hanya sekali menampar orang tua ini sampai mati." Kata Yogi dengan tawa jahatnya.

"Bajingan tua, awalnya Denny Wang dulu hampir mati karena aku lukai, ternyata kamu yang menolongnya. Sialan, apakah karena umurmu sudah tua dan hidupmu tidak menarik lagi, kamu ingin mencoba bagaimana cara menulis kata-kata mati?" Ekspresi wajah Kenny perlahan berubah menjadi kejam, dia menatap paman yang berteriak dengan sengit.

"Kamu tidak perlu menakutiku, aku tidak takut padamu." Ekspresi wajah paman sangat tenang.

"Kurang ajar, aku benar-benar bertemu dengan sekelompok orang yang tidak takut mati. Belum pernah melihat orang kaya bukan, tidak tahu betapa hebatnya orang kaya kan?" Kata Kenny dengan tawa jahatnya.

"Seberapa hebat?" Tanya paman.

"Bisa dengan segera membuatmu mati, dasar sialan!" Kenny melemparkan dengan kuat puntung rokoknya kearah paman, rokok itu terhadang oleh udara sekitar, seperti percikan api lalu jatuh ke tanah.

"Bagaimana kalau kamu mencoba untuk melawanku saja?" Paman menatapnya dingin.

"............" Kenny tiba-tiba terdiam.

Yian menarik anjingnya dan memanggil Kenny.

"Sekelompok petani sejati." Kenny mengeluarkan tawa dinginnya, berbalik membelakangi Denny Wang, menurunkan kedua kelopak matanya.

Lexy, Sonny Tristan, Yogi dan lainnya semua tersenyum menatapnya.

"Bantailah Denny Wang, Mario, Yian dan Hera, orang tua ini pernah menolong Denny Wang, dia ingin mati, pukullah dia dengan kejam, gantunglah dibawah batang pohon yang miring itu, biarkan dia merasakan penderitaan." Kenny menunjuk kearah sebuah pohon besar disamping para komite desa itu"".

"Kenny, bahkan seorang yang sudah tua pun kamu lukai, apakah kamu ini seorang manusia?" Hera menatapnya rendah.

"Tidak hanya sebatas orang tua, anak-anak, wanita, kalau ada orang yang berani mencari masalah denganku Kenny, aku Kenny tidak akan membiarkannya dengan mudah begitu saja. Hera, kamu adalah cucu perempuan dari guru besar wushu Dome kan? Aku cukup tertarik denganmu, nanti kita akan bermain-main bersama." Kenny memutar balik badannya, menatap Hera dengan senyuman.

"Aku belum pernah bertemu orang seangkuh kamu ini." Kata Hera.

"Sekarang kamu sudah bertemu, dan aku juga menjamin bahwa kamu akan menyukaiku." Kenny mengedip-ngedipkan matanya sambil tertawa jahat.

Lexy, Sonny, Tristan, Farzan, Yogi, Kawada dan yang lainnya segera berjalan kearah Denny Wang, mereka ada ratusan orang disini, dari awal memang tidak menghiraukan orang-orang desar disamping Denny Wang, ingin segera menangkap Denny Wang dan membunuhnya.

"Kalian jangan dengarkan Kenny, orang tua ini sudah cukup untuk ditakut-takuti, jangan benar-benar dipukul." Kata Lexy.

"Bagaiman boleh? Aku Yogi sangat suka menggertak orang tua ini. Sangat mudah melawan orang tua ini, aku bisa membunuhnya dengan satu pukulan." Sahut Yogi.

"Bahkan orang tua pun kamu pukul, kamu punya hati nurani tidak?" Jawab Lexy tidak senang.

"Aku adalah perampok terkenal, cih, berapa banyak nyawa di tanganmu sehingga masih emmedulikan seorang tua?"Yogi menjawab dengan nada dingin.

Melihat orang-orang ini berjalan maju ingin menangkap mereka, orang-orang desa itu segera berkumpul didepan Denny Wang dan paman, menghadangi dari orang-orang ini.

"Kalian minggirlah, aku tidak ingin melukai orang-orang tidak bersalah." Kata Lexy sambil mengernyitkan alisnya.

"Ingin melukai Denny Wang dan paman, silakan bertanyalah pada senjata di tangan kami ini." Ada seorang yang mengangkat sekopnya, menatap Lexy dengan sengit.

"............" Ekspresi wajah Lexy datar.

"Kami tidak ingin melukai kalian, kalian jangan memaksa kami." Sahut orang desa itu.

"............" Ekspresi wajah Lexy tetap datar.

"Segeralah tangkap dia, siapa yang menghalangi akan dibantai. Kurang ajar, tim khusus pemecah kasus disana menyebar untuk menangkap Denny Wang, kalau ditunda sebentar lagi orang-orang dari tim khusus pemecah kasus akan datang." Kenny tiba-tiba berteriak.

"Minngir." Kata Lexy.

"Kalian jangan memaksa kami." Orang-orang desa itu menyahut sambil menatap Lexy.

"Denny Wang, polisi kota akan datang menangkapmu, aku membantumu untuk membereskan anak muda ini, kamu akan segera pergi kan?" Paman mengeluarkan sekotak rokok , memberikannya sebatang pada Denny Wang.

"Segeralah pergi, kamu adalah orang baik, meskipun aku tidak tahu kamu telah berbuat salah apa, tapi aku percaya kamu pasti tidak melakukan kesalahan apapun. Kita berdua bertemu secara takdir, aku sedikit tidak rela meninggalkanmu, terimakasih karena telah melakukan hal-hal yang baik untuk menggantikan orang-orang desa ini." Kata paman.

"Paman, kamu adalah orang yang baik, kita orang-orang Desa Niutou pasti akan bisa kaya." Sahut Denny Wang.

"Ya." Paman menyalakan rokok milik Denny Wang.

Saat paman menyalakan rokok Denny Wang, satu per satu minibus, truk pertanian dan berbagai jenis mobil lain berdatangan, orang-orang berkulit hitam dari desa seketika berlarian datang dari jauh.

Orang-orang desa ini masing-masing memegang sekop, cangkul, tongkat panjang dan senjata lainnya, seperti ombak yang mendatangi Kenny dan orang-orangnya.

Sorotan mata Kenny membeku.

Raut wajah Lexy, Yogi, Farzan, Sonny, Tristan dan yang lainnya juga berubah seketika, mereka segara berkumpul jadi satu, sorot mata mereka panik melihat ke sekeliling.

Orang-orang itu makin berkumpul dan makin banyak, perlahan satu desa telah berkumpul, orang-orang desa ini mengelilingi penuh, hitam padat sampai tidak terlihat ujungnya.

Anak buah Kenny semuanya kebingungan.

"Aturan lama, semuanya dipukul sampai setengah mati, kemudian lemparkan kedalam tangki kotoran agar mandi disana, berilah anak muda ini pengobatan yang istimewa, nanti akan digantung di bawah batang pohon miring itu, memberi hukuman balas dendam yang layak untuk Denny Wang." Kata paman dengan acuh tak acuh.

Ribuan orang-orang desa itu dengan cepat menghambur kearah Kenny.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu