Si Menantu Buta - Bab 121 Bermain-main

Brigitta tentu adalah wanita yang jarang ditemukan. Ia memiliki pesona unik seorang wanita dewasa dan juga semangat gadis muda untuk menggoda orang.

Ia memiliki rambut pendek yang terlihat segar, penampilan yang cantik dengan tubuh yang lembut dan menarik.

Saat ini, ia bersandar pelan di pelukan Denny, lalu meniup kearah telinga Denny, sehingga tubuh Denny seketika menjadi panas.

Otaknya kosong, seluruh tubuhnya hampir dikuasai oleh naluri alaminya.

Brigitta tahu apa yang dipikirkan olehnya. Ia pun tersenyum dan merasa puas kepada kelakuan Denny.

Ia adalah wanita terbuka yang sangat terkenal di kota. Dihadapan orang tua, ia adalah anak perempuan yang malam. Tiba di tempat hiburan malam, ia lebih gila bermain daripada Sumanto.

Ia sangat mengerti pria, tahu bagaimana cara agar pria jatuh ke tangannya dengan cepat.

"Terasa sedikit lelah untuk duduk, mari kita berbincang sambil rebahan." Brigitta mencium pelan wajah Denny." Jika saat itu kamu menikah denganku, bahkan jika dirimu buta, aku juga tidak akan membencimu. Kamu cukup tampan, aku suka dengan lelaki tampan sepertimu."

Hati Denny masih merasa ragu.

Ia sudah mau berusia dua puluh tujuh tahun dan belum pernah menyentuh wanita.

Tubuh Brigitta sangat menggodanya. Ia sangat ingin melakukan sesuatu dengan Brigitta. Namun dalam hatinya masih terdapat kekhawatiran, yaitu tanggung jawab sebagai seorang pria.

Friska.

Ia bukanlah pria lajang lagi. Ia sudah memiliki istri.

"Tenanglah dengan masalah kita, tidak ada kamera di dalam kamar ini. Kerja sama kita untuk kali ini aman. Bermain bersama dan memperoleh keuntungan bersama. Aku suka dengan penampilanmu, kamu suka dengan tubuhku. Bukankah itu normal jika terjadi sesuatu diantara kita? Aku juga tidak akan memberi tahu siapa pun tentang masalah ini. Kalaupun istrimu mengetahui masalah ini, ia akan menjadi istri utama dan aku menjadi selir. Saat kamu rindu kepadaku, kamu bisa datang kapanpun. Aku akan menemanimu melakukan apapun yang kamu inginkan. Betapa serunya." Brigitta berkata sambil tersenyum.

"Lebih baik kita berbincang saja." Hati Denny merasa gugup.

Wajahnya sangat merah, ia pun tak tahan untuk mengeluarkan sebatang rokok lagi.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? Berbicara kita menjadi suami istri, berbicara betapa sayangnya aku kepadamu?" Brigitta mengambil rokok dari tangan Denny, lalu menyesapnya sekali dan menaruh kembali rokok tersebut ke mulut Denny.

"Kenny memiliki pengaruh yang sangat hebat. Meskipun ia sekarang adalah keturunan orang kaya, tetapi ia sudah menjadi kepala Keluarga Long. Semua saudara-saudarinya telah dikalahkan olehnya dan diusir keluar dari Keluarga Long. Kepala Keluarga Long pun telah menyerahkan kekuasaan kepadanya. Saat ini, ia adalah orang yang memiliki aset seharga ratusan triliun milik Keluarga Long." Denny berkata sambil mengerutkan dahi.

"Saat ini, kekayaan Keluarga Long berada di peringkat lima besar dalam negeri. Siapa lagi orang yang lebih hebat darinya?"

"Pergilah istirahat disamping sambil berbincang. Punggungku terasa sakit. Hari ini aku terus sibuk dengan proyek kota kuliner, badanku terasa sangat lelah. Bantulah aku untuk memijat badanku." Brigitta memasang wajah cemberut.

Denny melirik sekilas kearah tempat tidur yang luas itu. Sekarang ia sedang berusaha untuk menahan dirinya sendiri dan sengaja membahas masalah serius untuk mengalihkan perhatiannya.

Sambil duduk berbincang dengan Brigitta adalah batas terakhir yang dipegang teguh olehnya.

Banyak pria yang menyukai wanita cantik, ia juga menyukainya. Kemampuan Brigitta dalam menggoda orang memang sulit untuk ditolak. Tetapi ia tahu jika ia melakukan bersama dengan Brigitta. Malam ini, ia pasti akan hilang kendali kepada Brigitta.

"Sambil duduk dan berbincanglah terlebih dahulu," Denny berkata.

"Aku merasa lelah." Brigitta pun sengaja bertindak centil dengannya.

Ia bertindak centil sambil memegang tangan Denny dengan tangannya yang putih, lalu berpura-pura kasihan dan menekan pelan telapak tangannya.

Ia masih duduk di pelukannya dan itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

"Jika ingin beristirahat juga boleh. Beri tahu terlebih dahulu, siapa saja orang yang berada di lingkaran sosialmu dan apa rencana kalian selanjutnya?" Denny berkata.

"Apa rencana selanjutmu?" Brigitta pun berfikir-fikir dan tersenyum licik.

"Kamu harus memberi tahuku." Denny berkata.

"Jika kamu memberi tahu, aku pasti akan memberi tahumu," Brigitta berkata.

"Penambangan emas." Denny berkata.

"Kamu berencana untuk melakukan usaha penambangan emas?" Brigitta merasa terkejut.

"Benar." Denny berkata.

"Sepertinya untuk rencana penambangan emas tidak akan lancar dalam negeri. Apakah kamu ingin melakukan usaha penambangan emas diluar negeri?" Brigitta bertanya.

"Kita adalah seorang pengusaha. Dimana terdapat keuntungan maka disana juga ada kita. Aku telah menghasilkan sekitar satu triliun dari bisnis arena tinju. Kamu juga telah melihat Kota Kuliner Chevron, Nikita hanya menggunakan sehari untuk menghasilkan empat ratus miliar. Setelah aku berhasil dalam melakukan bisnis arena tinju dan katering. Apakah aku masih tertarik dengan bisnis kecil?" Denny bertanya.

"Jika kamu ingin melakukan usaha penambangan emas, kamu juga harus memiliki orang di luar negeri. Apakah kamu memiliki koneksi di luar negeri?" Brigitta bertanya.

"Kamu terlalu banyak bertanya." Denny berkata.

"Baik, karena kamu telah memberi tahu rencanamu. Aku juga akan memberi tahumu rencanaku. Proyek berikut kita adalah farmasi. Empat kebutuhan dasar manusia yaitu sandang, pangan, papan dan transportasi. Karena terlalu banyak orang melakukan usaha pakaian. Jika sekarang kita memaksa untuk masuk kedalam daerah pemasaran juga sangat tidak menarik. Keluargaku sudah melakukan usaha di bidang pangan dan papan, lalu untuk transportasi itu sangatlah melelahkan. Banyak pengusaha hanya memikirkan empat kebutuhan dasar ini ketika melakukan bisnis. Tetapi mereka lupa bahwa manusia masih membutuhkan hal lain dari empat kebutuhan dasar tersebut."

"Kelahiran, tua, penyakit dan kematian." Brigitta berkata sambil tertawa.

"Kelahiran adalah melahirkan bayi. Keuntungan dalam bidang ini sangatlah besar. Tua adalah asuransi. Pengawasan pemerintah dalam bidang ini juga sangatlah ketat. Mereka selalu melakukannya sendiri, karena tidak yakin dengan kelakuan pengusaha. Dalam bidang penyakit, selama ada resep yang dapat diandalkan dan dapat membuat obat yang bermanfaat bagi orang-orang, pasti akan menghasilkan banyak uang dan akan bertahan lama." Denny berkata.

"Kematian adalah pemakaman. Kita sebagai pengusaha selalu mencari apa yang membawa keberuntungan. Orang biasa tidak akan berani melakukannya dan juga harus sedikit percaya kepada Fengsui. Jika nyawanya tidak cukup kuat, maka tak akan bisa melakukannya," Brigitta berkata.

"Menarik juga berbincang mengenai bisnis denganmu." Denny berkata.

"Aku mencarimu bukan untuk membicarakan tentang bisnis." Brigitta tiba-tiba berdiri.

Ia mengambil anggur merah di sebelahnya dan menghabiskannya dalam satu kali tegukan. Kemudian berjalan kearah tempat tidur dan duduk, lalu melepaskan kaus kaki hitam setinggi lututnya. Kakinya sangat putih dan jari kakinya yang halus dengan kulitnya yang lembut.

Ia berbaring di tempat tidur dan berkata kepada Denny sambil menggerakkan jari seperti sedang mengajaknya, "Kemarilah."

"Apa yang ingin kamu lakukan?" Denny bertanya.

"Apakah kamu tidak bisa merasakannya? Aku sedang menarikmu. Aku membutuhkanmu untuk melakukan sesuatu untukku. Bantu aku untuk mengeluarkan Sumanto dari Keluarga Han. Aku juga ingin kamu membantuku untuk mendirikan status sosialku dalam kawasan bisnis. Aku percaya dengan kemampuanmu. Billy dari Keluarga Yang sama sekali bukanlah lawanmu. Kenny adalah sahabat terbaikmu. Latar belakang keluarga dan status sosialnya lebih tinggi daripadamu. Tetapi sebelumnya kamu juga pernah mengalahkannya. Aku ingin bekerja sama denganmu seperti berhubungan intim." Brigitta berkata.

"Kita juga dapat bekerja sama tanpa melakukan apapun itu." Denny masih tidak dapat membiarkan Friska.

"Kamu tidak suka kepadaku?" Brigitta berkata.

"Cukup suka." Denny berkata.

"Betapa menyenangkan jika bekerja sama denganku. Apa serunya bekerja sama dengan Sumanto?" tanya Brigitta.

"Bekerja sama denganmu memang lebih menyenangkan daripada Sumanto." Denny berkata.

"Kalau begitu, mengapa tidak kemari?" Brigitta memeluk selimutnya dan melihat Denny sambil tersenyum.

Saat ini, Denny sudah lebih tenang dari sebelumnya.

Jika ia ingin melakukan hal besar, maka ia harus menahan semua jenis godaan.

Wanita memang sangat baik, tetapi akan membuat semua kerja kerasnya hancur dalam sekejap.

Tidak perlu munafik, bekerja sama dengan Brigitta memang dapat meraup lebih banyak keuntungan. Brigitta lebih kompeten daripada Sumanto. Jika bekerja sama dengan Brigitta, ia akan terasa lebih mudah. Brigitta bisa membawakannya lebih banyak keuntungan. Ia juga dapat berhubungan dengan orang di balik Brigitta melalui dirinya. Mengenai keuntungan dalam bidang pria dan wanita, Sumanto tentu tidak dapat mengalahkannnya.

Namun Sumanto adalah sahabatnya. Saat ini Sumanto sudah setia kepadanya. Bagaimana mungkin ia mengkhianati Sumanto?

Mungkin ia bisa berpura-pura kepada Brigitta agar Brigitta mempercayainya terlebih dahulu. Setelah itu kembali menyingkirkan Brigitta dan semua kekuatan dibaliknya.

Berfikir sampai sini, Denny pun berjalan kearah Brigitta dan duduk di sampingnya. Ia melihatnya sambil tersenyum.

"Kamu sudah memikirkannya dengan baik?" Brigitta melihatnya sambil tersenyum.

"Sudah." Denny berkata.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu