Seberapa Sulit Mencintai - Bab 285 Awal Mula Semua Cerita

Royce tidak menghampiri mereka, hanya terus menatapi Harland.

Di tengah musim dingin, angin dingin bertiup kencang membuat kepala Megan kesakitan.

Memasuki mobil Harland, ia bertanya : "Apakah Anthony merepotkanmu?"

Harland hanya tertawa pelan tanpa mengucapkan apa-apa.

Megan sendiri tahu bahwa Anthony sudah bukanlah orang yang sama dengan yang dulu.

Melihat sifatnya yang sudah sangat menyeramkan sekarang ini, ia pasti tidak akan melepaskannya dan Royce begitu saja.

"Beberapa waktu ini, aku tidak akan ke luar negeri. Besok aku akan membawamu melihat ke dokter mata."

Harland membalikkan setirnya, menyetir ke arah rumah Royce. Ia terus mencuri pandang ke arah Megan, dan bertanya : "Anakmu sekarang sedang bersama Royce?"

Megan mengerutkan alisnya, "Iya sepertinya."

Ucapan Harland sepertinya mengandung maksud lain. Tetapi Megan tidak bisa menebak apa maunya.

Setibanya di depan rumah Royce, Harland memberi Megan sebuah dokumen.

"Anthony ingin aku menyerahkan ini padamu. Ini megenai permasalahan hak asuh. Tolong kau pertimbangkan dahulu."

Megan terperanjat, tidak mengerti apa maksud Harland.

"Kau membantunya?" tanyanya curiga.

Apa maksud Harland membantu Anthony menyerahkan dokumen ini padanya?

"Aku bukannya sedang membantunya. Aku hanya merasa, ia adalah ayah dari anak kalian, ia seharusnya juga memiliki hak untuk mengasuh mereka. Tidak perlu terburu-buru, perlihatkan saja dokumen ini pada Royce, aku yakin ia akan menyetujuinya."

Megan tidak bisa memahami Harland.

Apa maksudnya 'memiliki hak tuntuk mengasuh anak'.

Apakah ia tidak tahu apa yang telah dilakukan Anthony saat Gerwin masih berada di asuhannya?

Ia pun mulai curiga. Harland dan Anthony pasti telah membahas sebuah rencana, kalau tidak mana mungkin ia akan mengikuti perkataan Anthony? Anthony juga tidak mungkinmemberikan kartu memori itu begitu saja padanya.

Royce pulang agak malam. Saat ia pulang pun dengan kondisi sedikit mabuk.

Megan mendengar suara wanita itu berkata : "Tuan, kenapa Anda mabuk-mabukan seperti ini."

"..."

Royce jarang sekali mabuk. Ia tidak biasa minum sebanyak ini.

Langit hitam di luar menyelimuti malam, seperti sedang menelan perasaan semua orang.

Royce tertatih-tatih berjalan ke kamarnya, wajahnya dipenuhi kesedihan.

Ia menjatuhkan diri ke sofa, tangannya masih memegang sebotol alkohol yang belum diminum habis. Ia mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Harland.

"Kalau kau berani katakan sekali lagi."

"Kau sedang mabuk?" Harland mengerutkan alisnya : "Maaf, Royce. Aku hanya sedikit kasihan kepana Anthony. Aku merasa ia berhak mengasuh anak ini."

Royce mendengus kesal. Ia mendongak dan berkata : "Kau bukan sedang mengasihaninya, dia pasti sedang mengancammu, makanya kau juga menunda rencanamu ke luar negeri.

Mendengar itu Harland hanya bisa terdiam.

Orang seperti Royce ini memang agak menakutkan.

Dari kehidupan yang susah, terus memanjat naik samapi seperti sekaarng ini, ia pasti sangat pandai dalam membaca sifat manusia. Maka dari itu tak peduli apa yang akan dikatakannya, Royce pasti bisa langsung menebak maksudnya.

"Royce, tolong berikan saja anak itu kepadanya, ia benar-benar sangat kasihan." gumam Harland rendah.

Royce berdeham sejenak, wajahnya memancarkan kesedihan dalam gelap : "Padahal kau tahu jelas dia adalah anakku, kau juga yang memberitahukanku. Sekarang kau malah ingin aku menyerahkan anakku padanya? Tidak mungkin!"

"Kalau begitu lakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pria sejati, nikahi Megan. Apakah kau berani?" seru Harland mulai marah. Ia mengertakkan giginya : "Royce, jangan harap seseorang melakukan hal yang kau sendiri tidak berani melakukannya."

Royce jarang sekali marah terhadap Harland.

Semenjak mereka keluar dari Echo, mereka selalu melalui kesulitan bersama.

Royce hanya bisa mengelus dahinya, tak tahu harus menjawab bagaimana.

Keduanya terdiam dalam kesunyian, Harland berusaha menenangkan emosinya sebelum akhirnya berkata : "Royce, kalau kau tidak berani menikahinya, lepaskan saja dia. Dari kondisimu saat ini kau tidak cocok bersanding dengannya."

"Hal ini tidak ada urusannya denganmu."

"Bagaimana kalau aku bilang ini ada urusannya denganku?" ujar Harland menunduk, ia mengepalkan kedua tangannya dan menekankan : "Pengelihatannya yang hilang, bukan karena bukan karena memar yang mempengaruhi urat pengelihatannya. Ia mengidap tumor otak dan ini bisa sangat membahayakan. Aku harus mengoperasinya agar dia bisa sembuh kembali."

Saat itu juga Royce mematung ditempat.

Dari ujung telepon hanya bisa terdengan deruan nafas Harland. "Dengan kata lain, hanya akulah yang bisa menyelamatkannya. Aku tahu kau memiliki kekuasaan, tetapi kau juga tahu apa kemampuanku."

"Apakah hanya bisa begini?" tanya Royce dengan suaranya yang serak : "Apa yang dipakai Anthony untuk mengancammu?"

Harland adalah orang yang sangat realis. Tidak akan ada orang yang bisa menyuruhnya seenaknya tanpa mengancam.

"Serahkan anak itu padanya. Dan sebaiknya kau juga menghilang selamanya dari hidup Megan."

Royce hanya bisa menghela nafas sedih sebelum akhirnya memutuskan telepon.

Sebelum sambungan terputus, samar-samar ia mendengar Harland berkata : "Royce, kalau saja kau berani mempertaruhkan nyawa Megan, aku juga akan berani menemanimu menaruhkan semua ini."

Ia melempar botol bir di tangannya.

Terdengar suara benturan, botol itu pecah memenuhi kamar.

Ia berdiri dengan tergesa-gesa dan langsung menekan tombol telepon untuk Jamesi.

Tak lama kemudian, telepon tersambung.

"Cepat, carikan aku dokter tumor otak terbaik, lebih baik tingkat nasional. Cepatlah!"

James terkejut mendengar semua itu : "Tuan, dokter tumor otar terbaik tentu saja adalah Tuan Gu, Anda bisa langsung menghubunginya."

"Selain dia! Segera!"

Royce jarang sekali panik.

Menyadari ada yang tidak beres, James hanya bisa menyetujuinya dan menutup telepon itu.

Malam itu Megan tak bisa tertidur. Ia hanya merasa sedikit kejanggalan dalam hatinya, ia sedikit resah."

Entah selang berapa lama, tiba-tiba pintu kamar terbuka.

Ia hanya bisa melihat kegelapan, tak bisa melihat apa-apa. Ia hanya bisa mendengar Royce : "Bunga-bunga di tepi pantai Lautan Lin sedang bermekaran, sangat indah dan harum, kubawa kau ke sana."

"Royce..."

"Jangan berbicara." Royce berjalan menghampirinya lalu menggendongnya : "Peluk aku, aku akan membawamu ke sana."

Entah mengapa, dalam suara Royce hanya dapat terdengar kesedihan yang mendalam.

Megan dapat measakan keresahan Royce.

Ia bisa mendengar degupan jantung Royce yang sangat kencang dari arah dadanya.

Lautan Lin sangat jauh.

Tetapi rumah Royce sendiri berada di tepi laut.

Ia menggendongnya keluar rumah.

Angin dingin bertiup sepoi-sepoi, membuatnya mengeratkan pelukannya.

Megan tidak bisa melihatnya, tetapi ia sangat ingin melihatnya.

Ia bahkan bisa merasakan bunga prem cantik bermekaran dengan warnanya yang cerah.

Pasti indah sekali seandainya ia bisa melihatnya langsung dengan mata kepalanya sendiri.

"Megan..." panggil Royce dengan suara yang serak : "Aku sungguh-sungguh ingin hidup bersamamu."

Semua cerita selalu seperti ini.

Mendengarkan ucapan orang yang kau cintai mengatakan semua ini.

Jantung Megan mulai berdegup kencang. Ia masih memeluk leher Royce. Ia mengalirkan sebulir air mata.

Semua cerita selalu memiliki 'tetapi'.

"Tetapi, mungkin kau tidak pernah dengar, bahwa dibalik cinta selalu ada kebencian."

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu