Seberapa Sulit Mencintai - Bab 173 Hai, Paman

Megan tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini, ia hanya menatap Royce dengan diam, menatap wajah yang sangat tidak asing baginya itu, dengan pelan ia berkata, "Kau terluka."

"Iya." Royce tersenyum seolah dirinya tak peduli, ia malah balik memandangi Megan dari atas ke bawah, "Kau kurusan sekali, kau pasti tidak makan daging, iya kan?"

Mata hitamnya itu entah sengaja atau tidak tertuju pada dada Megan.

Dengan spontan, Megan pun menutupinya, dengan wajahnya yang memerah ia berkata, "Mata keranjang!"

Royce tersenyum dan berjalan ke arah sofa di sebelahnya dan duduk di sana, sambil mengelus-elus keningnya ia berkata, "Aku memang mata keranjang, oleh karena itu kau harus membantuku untuk memijat kepalaku."

Megan menggigit bibirnya dan berjalan ke sebalahnya, lalu memijat-mijat kening Royce dengan pelan.

Sama seperti dulu, tiap hari setelah Royce pulang bekerja, Megan akan melakukan hal yang sama.

Cahaya matahari di siang itu memancar ke seisi ruangan itu.

Royce berbaring di dalam pelukan Megan, seperti anak kecil.

Semua ini terasa sangat indah.

Tiba-tiba, Royce membuka matanya dan berkata, "Ayo kembali ke Jing State."

"Ah?" Megan tercengang, "Kenapa harus kembali?"

Royce memandanginya tanpa berbicara, ia bangkit berdiri dan berbicara dengan sang sopir sejenak, lalu pergi.

Megan memandangi bayangan Royce yang pergi itu dengan diam, ia pun mengerutkan keningnya dan bertanya, "Kau mau ke mana?"

"Tuan ada keperluan lain, ia menyuruhku untuk membawa Nona kembali ke Jing State terlebih dahulu."

"Tapi aku masih punya teman di dalam hutan yang menungguku untuk menyelamatkannya!"

Jane masih sedang menunggunya!

Sepertinya sang sopir itu sangat mengerti, ia menganggukkan kepalanya, "Tuan sudah mengaturnya, Anda tidak perlu khawatir, Anda hanya perlu kembali ke Jing State saja."

Megan merasa sedikit kecewa! Entah kenapa ia merasa kecewa!

Kesalahpahaman antara dirinya dan Royce sudah terselesaikan, kenapa Royce ingin agar dirinya kembali ke Jing State? Bukankah mereka hanya perlu hidup bersama dengan bahagia selamanya?

Megan tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Royce, sore itu, sang sopir pun mengatur agar Megan kembali ke Jing State.

Pesawat pribadi, sangat cepat, jam lima sore, ia pun sampai di Jing State.

Sudah berapa lama ia tidak melihat tempat ini?

Megan berdiri di tengah-tengah bandara, kepalanya terasa sedikit pusing.

Semua hal yang baru saja terjadi padanya ini, terasa seperti mimpi, sangat tidak nyata.

Tiba-tiba, seseorang pun memeluknya dengan erat dari belakang, suaranya terdengar serak-serak basah, "Megan! Kau kembali!"

Megan terkejut, ia membalikkan kepalanya dan melihat wajah Anthony yang tampan itu.

Ia ingat, saat ia pergi, Anthony masih duduk di atas kursi roda, sekarang, ia bertopang pada tongkat, tubuhnya terlihat sangat kurus dan kering.

Entah apa karena sudah terlalu lama Megan tidak melihatnya, tiba-tiba Megan merasa ia tidak bisa berkata apa-apa.

Anthony pun mengusap air mata Megan dengan pelan, sambil tersenyum ia berkata, "Kenapa menangis?"

Lalu, Anthony pun memeluknya dengan erat lagi, air matanya juga mengalir deras, "Megan, aku sungguh sangat merindukanmu, tiap pagi dan malam aku selalu mencarimu, aku kira aku akan kehilanganmu."

Setelah itu, barulah Megan menyadari mengapa Royce menyuruhnya untuk kembali.

Seketika, hatinya yang berada di langit ke tujuh pun terjatuh ke dalam dasar lautan.

Setelah ia pulang ke rumah, barulah ia tahu, ternyata Royce berbohong pada mereka dan mengatakan bahwa Megan sedang sakit dan berobat di luar negeri untuk waktu yang lama.

Belakangan ini anak-anak mereka tinggal bersama Anthony.

Sebenarnya Anthony tidak mahir dalam berkomunikasi dengan anak-anak, apalagi saat ia tahu, bahwa ternyata saat Megan melahirkan kedua anaknya, ia merasa senang namun juga bingung sekaligus.

Banyak hal tentang Megan yang sudah ia lupa, yang ia ingat hanyalah kesukaannya.

Saat pulang ke rumah, Megan melihat seluruh halaman dipenuhi dengan bunga peony putih, dari dalam rumah juga tercium aroma pangsit yang sangat pekat.

Tiba-tiba, mata Megan pun memerah, ia berkata dengan pelan, "Anthony, jangan sebaik ini padaku."

"Bodoh, kau ini istriku." Anthony menggandeng tangannya, "Kalau aku tidak baik padamu, aku harus baik pada siapa?"

Megan sangat sedih, ia ingin mengatakan kata 'cerai' dari mulutnya, tapi ia tak tahu bagaimana cara mengatakannya.

Anthony bertopang pada tongkatnya sambil menggandeng tangan Megan masuk ke dalam rumah dengan pelan.

Di dalam rumah, Anna sedang menggendong Julius, ia terlihat sangat senang, katanya, "Cucu, cucu kecilku."

Namun Cole malah ia biarkan di sudut ruangan sendirian, jelas-jelas ia sedang menangis, tapi Anna sama sekali tidak menghiraukannya.

Keadaan yang familiar ini, orang-orang yang familiar ini, tempat yang familiar ini, aroma yang familiar ini, semua ini membuat hati Megan merasa sedikit sakit.

"Pangsit." Anthony berjalan ke hadapan Megan sambil membawa sebuah mangkuk yang berisi pangsit yang masih panas, ia memberikannya pada Megan dan berkata, "Aku sendiri yang membuatnya, kata Paman, hari ini kau akan kembali, oleh karena itu semalaman aku membuatnya."

"Paman......" suara Megan terhenti, "Di mana dia? Kenapa aku tidak melihatnya?"

"Paman dan Bibi sedang menjalani sidang perceraian, prosedurnya sangat banyak, dia sekarang ada di luar negeri, bukankah dia yang membawamu berobat di luar negeri? Seharusnya kau tahu kan."

Iya, dia tahu, dia sudah mengetahui semuanya, termasuk kesalahpahaman antara mereka!

Namun Royce bukannya membiarkan mereka hidup bersama selamanya, tetapi malah menyuruhnya kembali!

Apa maksudnya? Royce memintanya kembali untuk menghadapi Anthony? Ia menyuruhnya bercerai dari Anthony, atau...... menyuruhnya hidup bersama dengan Anthony?

Tiba-tiba, Megan teringat, saat di desa, Royce berkata padanya bahwa Anthony adalah orang yang baik, ia memintanya agar dirinya hidup bersamanya selamanya.

Waktu itu, ia tak tahu kenyataannya, saat itu ia hanya merasa ia harus berterimakasih atas 'ucapan selamatnya' itu.

Namun sekarang, ia sudah mengetahui semuanya!

Megan melangkah mundur ke belakan, "Anthony...... Aku...... Aku......"

Ia masih belum mengatakan kata 'cerai', namun tiba-tiba ia melihat kedua tangan Anthony gemetaran hebat, lalu mangkok di tangannya itu pun terjatuh ke lantai.

Anna berteriak dan langsung berlari kemari, "Anthony, bukankah kau tidak boleh mengangkat barang-barang yang berat? Kenapa kau masih melakukannya!"

Lalu, ia pun berlutut dan membereskan pangsit-pangsit di atas lantai itu.

Anthony menatap Anna dengan perasaan sangat bersalah, "Ibu, aku hanya mengambil semangkuk pangsit untuk Megan saja."

"Dokter sudah bilang, tanganmu itu tidak bisa digunakan untuk mengangkat barang-barang yang berat, apa kau mengerti?" Anna bangkit berdiri dan berkata dingin, "Kalau dia mau makan, dia bisa mengambilnya sendiri, untuk apa kau menyentuhnya?"

Semenjak Anthony terluka karena ia melompat dulu, dokter memang berkata bahwa tangan Anthony sudah tidak bisa membawa barang-barang yang berat.

Namun Megan tidak menyangka, ternyata untuk membawa semangkuk pangsit saja, tangannya akan bergetar hebat.

"Megan, maaf." Anthony merasa sedikit bersalah, "Kuambilkan lagi untukmu."

Lalu ia pun memegangi tongkatnya dan berjalan ke arah dapur.

Megan menarik nafasnya, lalu berjalan ke depan, "Tak usah, aku ambil sendiri saja."

Anthony tersenyum lalu mengelus-elus kepalanya, "Megan, aku sangat rindu padamu, apa aku boleh memelukmu?"

Mata Anthony penuh dengan harapan.

Sebenarnya Megan tahu, kalau semua ini tidak terjadi, Anthony adalah seorang pria yang sangat sempurnya, ia adalah seorang pria yang setiap harinya menghabiskan waktu untuk puisi-puisi dan gambar-gambarnya.

Megan pun menganggukkan kepalanya pelan, lalu memeluk Anthony.

Anthony tersenyum, senyumannya secerah matahari, "Megan, aku masih berhutang perjalanan pernikahan denganmu, ayo kita pergi ke Australia, kubawa kau pergi makan lobster, ya?"

Dada Megan terasa sesak, tiba-tiba ia teringat pada Royce, "Anthony, kurasa kita......"

Belum saja ia selesai mengatakannya, tiba-tiba Anna pun berteriak, "Wah, Pamanmu akan segera pulang, aku jemput dia!"

Anthony tercengang dan melepaskan Megan, "Paman akan pulang?"

"Iya, aku pergi ke bandara sekarang, kalian makan dulu."

Lalu, Anna pun bergegas pergi meninggalkan rumah mereka.

Sekujur tubuh Megan berubah kaku, tak tahu harus mengatakan apa.

Jelas-jelas dirinya sudah pulang ke rumah, seharusnya ia merasa sangat senang, namun sekarang, ia bahkan tidak bisa tersenyum.

Setengah jam kemudian, terdengar suara klakson mobil dari luar.

Dari jendela rumah ia melihat, tubuh Royce yang gagah dan tinggi itu berjalan masuk ke dalam.

Anthony tersenyum dan berkata, "Hai, Paman."

Megan pun menatapnya bak menatap orang asing, lalu berkata, "Hai, Paman."

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu