Seberapa Sulit Mencintai - Bab 170 Selamat Tinggal, Royce

Jane pun mengerahkan seluruh tenaga yang tersisa pada dirinya untuk menerjemahkan ucapan Megan pada sang Tetua.

Ekpresi wajah sang Tetua pun berubah, entah sedang marah atau murka, ia melambaikan tangannya, lalu Megan dan penduduk-penduduk yang terkena wabah virus pun disekap bersama.

Sebenarnya bukan disekap juga, mereka dibuang keluar dari desa seperti sampah, Megan menyusuri tempat itu dan menemukan sebuah gua kecil, ia pun menyuruh penduduk-penduduk itu untuk masuk ke sana.

Ia menghitung sejenak, ada sepuluh orang.

Jane baru saja kembali dari gerbang pintu kematian, ia berbaring di atas tanah dengan wajahnya yang pucat, air matanya mengalir bercucuran, ia berkata, "Bomoh, semua ini salahku, tapi aku tidak mau mati...... Aku benar-benar tidak mau mati......"

Dulu, Megan pernah berkata pada Harland, bahwa dirinya ingin menjadi dokter.

Tapi pemikirannya sangat mudah, ia hanya tidak ingin dirinya tidak bisa melakukan apa-apa ketika Royce terjerat dalam bahaya.

Namun sekarang, akhirnya ia pun mengerti ucapan Harland itu, profesi ini, bukan hanya sebuah profesi biasa saja, terkadang, profesi ini terasa seperti sebuah tanggung jawab.

Megan pun jongkok dan mengelus-elus kepala Jane dengan pelan, "Tenang saja, aku pasti...... akan berusaha."

Dalam buku kedokteran itu tertulis, wabah virus adalah sebuah penyakit yang menular, penyebarannya juga sangat cepat.

Karena tidak berpikir panjang, ia berjanji akan menyembuhkan mereka, namun sesungguhnya, Megan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Jane, katakan padaku, kau pasti punya untuk menghubungi Tuan William Jing, iya kan?"

Megan memang sedikit egois, sekarang Jane sedang berada di ambang kematian, kalau ia bisa menghubungi William, berarti ia masih memiliki harapan.

Dalam situasi seperti ini, ia merasa, Jane pasti akan mengatakan yang sebenarnya.

Dan ternyata benar, Jane menggigit bibirnya dan terdiam sesaat, lalu ia pun berkata, "Tapi...... Tuan William Jing tidak akan menolong kita."

"Dengarkan aku, meskipun aku mengerti ilmu kedokteran, tapi tempat ini adalah tempat yang sangat terpencil, kita memerlukan rumah sakit yang sesungguhnya untuk menyembuhkan penyakit kalian, kalau kau tidak ingin mati, beritahu jalan keluarnya padaku, aku pasti akan membawa orang untuk menolongmu."

"Benarkah?" mata Jane pun berkaca-kaca seolah penuh dengan harapan, "Apa kau benar-benar akan mencari orang untuk menolongku?"

"Jane, percayalah padaku......" kata Megan sambil memegangi tangan Jane.

Setelah berpikir panjang, Jane menggigit bibirnya, lalu berkata, "Ikuti jalan ini, maju terus sampai ke sebuah pinggiran danau, rumah di sebelah timur danau itu bisa memancarkan sinyal, begitu sinyal itu terkirim, orang bawahan Tuan William Jing akan menerima pesan, lalu ia akan datang kemari!"

Megan merasa sangat senang, namun ia tak ingin menunjukkannya pada Jane, namun kebahagiaan yang sudah ia tunggu-tunggu sejak lama itu membuat dirinya merasa seperti melayang.

Ia memegang tangan Jane dengan erat, "Tunggu aku! Aku pasti akan kembali untuk menolongmu!"

Lalu, ia pun segera pergi dari sana dengan mengikuti petunjuk dari Jane.

Bisa pergi dari tempat ini! Bisa pergi dari tempat ini!

Megan sungguh merasa sangat bahagia, ia berjalan dengan sangat cepat, ia berharap ia bisa segera menemukan danau yang dimaksud Jane itu.

Namun setelah berjalan sekian lama, ia tetap saja tidak bisa menemukan danau itu.

Tiba-tiba, ia pun mendengar sebuah suara yang sangat pelan di telinganya, ia takut suara itu adalah suara beruang atau serigala, bagaimana pun dirinya kini sedang berada di sebuah hutan belantara, apa pun mungkin saja terjadi.

Ia jongkok, namun tiba-tiba ia pun merasa kakinya sedikit sakit.

Ia menundukkan kepalanya, lalu, ia pun melihat seekor ular berwarna hijau sedang memanjati kakinya.

Ia berteriak, lalu rasa sakit itu pun semakin terasa di pergelangan kakinya.

"Tuan, Anda tidak perlu datang ke tempat seperti ini, cukup kita saja yang kemari."

"Iya, Tuan, kita sudah menyuruh seratus lebih orang-orang yang memiliki kemampuan yang paling hebat dalam bertahan hidup di hutan, Nona Zhao pasti akan segera kami temukan."

Suara...... Siapa yang sedang bicara?

Pandangan mata Megan mulai pudar.

Sial, ia digigit oleh ular, pandangan matanya mulai menghitam.

Ia melihat, melihat ada sekitar tujuh atau delapan orang yang sedang berjalan kemari.

Meskipun tidak terlihat jelas, namun ia tetap bisa melihat orang yang berdiri di paling depan, Royce Yan.

Lama tak bertemu...... Rasanya sudah berlalu setengah abad.

Namun semua ini tampak seperti mimpi.

Ia masih sama seperti yang dulu, tampan dan gagah, mengenakan jaket berwarna hijau tua, wajahnya yang tampan tampak begitu serius.

Megan melihatnya mengangkat tangannya, lalu memotong kepala ular yang berada di atas pohon tanpa ragu sedikit pun, ia berkata dengan dingin, "Dengan kemampuan William, yang bisa ia lakukan hanyalah menyembunyikan Megan di tempat seperti ini, menyiksanya di sini sampai selamanya."

"Tapi Tuan, bagaimana Anda yakin bahwa Tuan William akan membawa Nona Zhao ke tempat seperti ini."

Dengan nada meremehkan Royce berkata, "William memang kelihatannya pintar, tapi sebenarnya tidak, orang yang terlahir di keluarga yang tinggi semua memiliki ciri-ciri yang sama, sombong, mereka selalu mengira, tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang paling aman."

Lalu, Royce pun mengerutkan alisnya dan mengeluarkan sekotak rokok dari kantongnya, ia bersandar pada pohon di sebelahnya sambil menyalakan rokoknya.

Gerakannya itu terlihat sangat tampan, wajahnya yang terlihat dari samping sungguh sangat anggun.

"Aku ingin tahu di mana William Jing menyembunyikannya, di timur, atau di barat? Dua tempat ini letaknya tidak jauh dari Echo, dalam dua hari, kalian pergilah ke timur, kita akan pergi ke barat, kalau ada orang yang mengganggunya, bunuh!"

Ia membuang asap rokok yang ada di mulutnya, kata 'bunuh' terakhir yang ia katakan itu penuh dengan aura yang dingin dan sadis, meskipun ia sama sekali tidak bergerak dan bersandar pada pohon.

Apa itu dia? Megan tidak bisa melihatnya dengan jelas, dan semakin lama semakin tidak jelas......

Megan pun menggumam dengan bibirnya, "Royce...... Royce...... Aku di sini...... Royce, tolong aku......"

Pada akhirnya, Megan pun pingsan, bayangan wajah Royce juga sudah tak terlihat lagi.

Mungkin ini hanya halusinasinya saja...... Atau mungkin, ia sudah hampir mati......

Dalam mimpinya, wajah Royce semakin lama terlihat semakin jelas.

Sebenarnya Royce adalah orang yang sangat takut mati, dulu saat ia sakit dan Megan akan membawanya ke dokter, ia selalu berkata kalau ia tidak mau disuntik, karena ia takut sakit.

Saat itu, barulah ia tahu, ternyata bos besar yang bajingan juga takut sakit.

Namun, dirinya yang sangat takut pada kesakitan itu masih tetap saja menghadang setiap angin dan hujan yang datang menerpa Megan.

"Royce...... Maaf...... Royce......" kata Megan, air matanya terus menetes.

Entah karena mimpinya terlalu buruk, tapi semua ini terasa sangat nyata.

Megan pun terbangun dengan kaget, keringat terus bercucuran di keningnya.

Namun yang ia lihat, adalah sebuah tempat yang sangat asing.

Ranjang besar bermotif bunga, dekorasi ruangan dengan gaya Laut Mediterania, angin laut yang bertiup dari jendela panjang di dinding.

Sudah lama ia tidak tidur di atas ranjang, tidak melihat rumah, tidak menonton TV.

Semua ini terasa sangat asing, sangat terlihat seperti halusinasi.

Ia turun dari ranjang dengan kaki telanjang, lalu berjalan ke arah jendela, tiba-tiba ia mendengar suara dari belakangnya, "Kau sudah bangun."

Megan yang terkejut pun menoleh dan melihat ke arah suara itu.

Ia melihat seorang pria.

Seorang blaster.

Tingginya kurang lebih seratus sembilan puluh sentimeter, sepertinya ia adalah blaster Tiongkok Amerika, paras wajahnya terlihat seperti orang luar negeri, namun juga memiliki kemolekan khas Tiongkok, kedua matanya berwarna hijau terang, sangat berbeda.

Pria itu menatap Megan, bola mata yang hijau itu terlihat sangat dingin seperti air lautan.

Dengan Bahasa Inggris yang jelek, Megan pun berkata.

"Tuan William Jing?" di dalam bayangan Megan, pria ini adalah si pria misterius, William Jing.

William tercengang, dengan bingung ia memandangi Megan, "Kau mengenalku?"

Tak lama, ia pun tersenyum dengan nada yang meremehkan, "Pasti Rian Zhou yang memberitahumu ya."

Baru saja ia selesai bicara, tiba-tiba sebuah suara yang sangat panik pun terdengar dari luar, "Tuan William, Tuan...... Tuan Zhou masuk kemari!"

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu