Seberapa Sulit Mencintai - Bab 324 Aku Juga Ada Mimpi

William juga tidak bisa mengungkapkan perasaan dia waktu itu.

Dia benci Yunita, sangat benci karena dia membuat wanita tercintanya meninggal.

Tapi saat melihat dia tidak melawan, membiarkan orang Keluarga Sun memukuli dia, dalam hatinya merasa tidak senang.

Setelah menggendong Yunita sampai villanya, dia meletakkan Yunita disofa, sepasang tangan masuk ke dalam kantong lalu menunjuk dia berkata: "Kamu dengar baik, aku akan menyembuhkan kamu hanya demi menyiksa kamu, sudah tahu kan?"

Yunita dengan tidak bertenaga melihat William.

Kondisi ini juga sama seperti sebelumnya.

Saat mereka masih hubungan kerja sama, ada sekali dia diganggu pelanggan, William juga mengatakan kata yang sama.

Dia menunjukkan senyuman yang pucat, lalu dengan pelan berkata: "William, kamu benci aku bisa buat aku mati saja, aku benar-benar tidak ingin hidup lagi."

William seperti anak kecil, karena lingkungan keluarga, terkadang perkataan dia tidak benar.

Mungkin karena keras kepala atau mungkin tidak ingin malu, jadi William dengan marah katakan: "Kamu ingin begini mati! Tidak mungkin! Aku bilang pada kamu, aku ingin menyiksa kamu!"

Selesai bicara, dia bergegas menyuruh dokter keluarga mengobati dia.

Yunita melihat sosok William, mendadak merasa dalam hati sangat hangat, lalu dengan senyum berkata: "Terima kasih......"

"Kamu jangan terima kasih pada aku, ini hanya demi untuk menyiksa kamu!"

Yunita hanya tersenyum.

Senyuman yang pucat itu, dimata William terlihat sangat cantik.

Yunita dengan para pacar dia berbeda, wanita China ini, memiliki tampak yang cantik dan kemampuan yang hebat.

Wanita yang dia kenal, selain anak orang kaya, sebagian besar wanita pergi ke sosial juga tergantung pada pria, paling tidak pacarnya begini.

Mereka hanya melihat uang dan kemampuan dia, selain itu dia tidak tahu mereka bisa melihat suka apa dari dirinya lagi.

Tapi Yunita berbeda, dia sangat mandiri, sendiri di Amerika melakukan usaha, terhadap seorang warga China pasti sangat sulit.

Tapi dia juga lakukan.

William merasa aneh, melihat Yunita begitu kurus, benar-benar tidak tahu apa yang mendukung dia sampai sekarang.

Selesai diperiksa dokter dan selesai lukanya diperban, dokter berbalik badan berkata pada William dengan bahasa Inggris kemudian pergi.

Artinya asalkan Yunita istirahat dengan baik, pasti tidak akan ada masalah.

Yunita sangat capek, sudah berlutut satu malam, jadi tertidur disofa.

William berjalan ke depan dia, lalu melirik dia dan berkata: "Tidak pernah melihat seorang wanita yang sudah terkena musibah ini masih bisa tidur."

William yang dewasa di keluarga begini, selamanya tidak akan mengerti perasaan Yunita.

Sebenarnya pukulan dan marahan ini terhadap dia adalah hal biasa, hanya beda ringan dan keras saja.

Dia masih ingat, Handoko pernah memukul dia sampai tongkat yang ditangannya patah, waktu itu dia juga diantar ke rumah sakit.

Kemudian dia sudah terbiasa, dibanding dengan kondisi Megan, dia merasa dirinya sudah sangat baik, paling tidak Handoko tidak dimasa kecilnya melakukan hal yang keterlaluan.

Jadi sikap dia kelihatan lemah, sebenarnya hanya tidak ingin tunjukkan kemampuannya saja.

Dia belajar menutupi dirinya dan lebih memilih diabaikan orang, daripada menjadi serangan orang.

Didalam rumah William dia tidur dengan nyenyak, seolah-olah pikiran dia mengatakan padanya William tidak akan mencelakai dia.

Saat bangun sudah hari kedua.

William tidak tahu ke mana, tapi dimeja terletak obat dan makanan.

Juga ada satu kertas.

Di atas kertas tertulis: "Aku keluar mengurus masalah dulu, pulang baru menyiksa kamu!"

Tulisan William sangat cantik, kedengaran dia dari kecil sudah disuruh orang tuanya untuk belajar menulis tulisan regular script, meskipun menulis bahasa Inggris tulisannya juga cantik.

Dia tersenyum lalu melipat kertas itu dan masukkan ke kantong, baru dengan patuh makan obat.

Tidak lama ponsel dia berdering, dia melihat ponsel, rupanya telepon dari Sonny.

Ragu sejenak kemudian menekan tombol dan mengangkat telepon.

Setelah diangkat mereka berdua hanya diam.

Sonny yang duluan berkata: "Kamu di mana, apakah ditempat William?"

"Iya." Yunita mengangguk kepala: "Kamu cari aku ada masalah apa?"

"Kamu sekarang......haruskah berpisah jelas dengan aku?" Sonny menggerakkan jakunnya: "Kamu yang dulu bukan begini......"

"Dulu......" Yunita sedikit menunduk kepala, lalu berkata: "Iya......aku yang dulunya sangat polos."

"Bisakah kita bertemu dulu baru bahas?"

"Bahas apa?" Yunita tertawa, tawaan ini sangat pahit: "Tuan Muda Bai, wanita di samping kamu begitu banyak, jujur saja aku bahkan tidak sehebat mereka, perkataan ini juga dulunya kamu yang katakan pada aku."

Iya, Sonny pernah mengatakan ini.

Waktu itu melihat Yunita naik ke tempat tidur dia, begitu rendah diri, hanya untuk senyuman dia saja.

Dia waktu itu sama sekali tidak merasakan Yunita dengan wanita lain berbeda, jadi mengatakan kata ini.

Tidak sangka, perkataan ini sekarang dikatakan Yunita bisa membuat orang merasa tidak nyaman.

Sebenarnya apa yang sudah dia lakukan terhadap Yunita?

"Tuan Muda Bai, aku tidak ingin jadi orang bodoh, juga tidak ingin menjadi sosok yang dipergunakan dalam konflik keluarga kalian, sebenarnya aku hanya ingin sendirian lalu dengan tenang melakukan masalah yang aku suka, kamu ada mimpi yang jauh dan tinggi dan semua ini selamanya tidak akan tercapai oleh aku."

Sonny mengerutkan dahi: "Yunita......"

"Aku lupa bilang, aku tidak berhak memiliki mimpi."

Selesai bicara, Yunita menutup telepon, melihat kejauhan dan melamun.

Sebenarnya mimpi dia dulunya adalah bersama dengan Sonny.

Meskipun menjadi pacar simpanan dia, tapi kenyataan membuat dia mengerti, mimpi dia betapa bodoh.

Dia mengaduk makanan yang dimangkok lalu tertawa pahit.

Selesai makan, William juga kembali, saat melihat Yunita, dia dengan marah berjalan ke samping dia dan dengan dingin berkata: "Kamu hari ini harus berlutut, karena Michelle sudah dikuburkan, jadi kamu harus menemani dia! Mengerti tidak?"

William dengan ekspresi yang sangat serius.

Jujur saja jika biasanya William begini, bawahan dia pasti akan takut sampai gemetar.

Tapi tidak tahu kenapa, Yunita tidak takut hanya mengangguk kepala: "Berlutut di mana?"

"Itu, berlutut di depan, aku sudah membawa foto dia pulang! Berlutut sehari semalam! Mengerti tidak?"

"Oh." Yunita menjawab.

Tampak yang tidak ada banyak ekspresi ini, membuat William tidak senang.

Jari telunjuk dia mengetuk dimeja lalu melototi Yunita dan bertanya: "Kamu benar-benar diluar dugaan aku, aku tanya kamu, hari itu kamu berlutut satu malam di rumah duka, apakah kamu tidak takut?"

Pertanyaan ini William sudah pikirkan sangat lama.

Jangan bilang wanita tercintanya, dia sudah meninggal dan berbaring di sana, masih harus berlutut di sampingnya satu malam.

Sendirian!

Dia benar-benar tidak tahu keberanian Yunita ini dari mana.

Tapi tidak sangka, Yunita dengan tenang berkata: "Tidak takut, aku masih mengatakan cerita padanya."

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu