Seberapa Sulit Mencintai - Bab 277 Kami yang Salah

Wawan mati dengan sangat mengenaskan, sebenarnya tidak ada orang yang tahu jelas mengapa dia tiba-tiba bisa mati, yang jelas ia menggila di atas ranjangnya, lalu tak lama ia pun mati.

Benar-benar sangat tiba-tiba.

Setelah Wawan meninggal, barulah kakek dan nenek Wawan berani menceritakan masalah ini pada ayah dan ibu Wawan yang berada di kota.

Masalah ini sungguh sangat besar, sampai desa tetangga sebelah pun juga mengetahuinya.

Oleh karena itu, sekarang Desa Ruan mempunyai nama panggilan baru, Desa Setan.

Sejak Megan kehilangan pandangannya, ia jarang keluar rumah, demi menjaga Cole dan Gerwin, ia pun mengeluarkan uangnya dan membeli bahan-bahan makanan dari sang pemilik rumah.

Sikap sang pemilik rumah pada Megan juga tidak begitu ramah, tiap kali Megan hendak membeli bahan makanan padanya, ia selalu memaki Megan dengan sebutan 'Pencuri Anak'.

Namun Megan tidak memasukkan perkataan itu ke dalam hatinya, hanya saja sekarang ia tidak bisa melihat lagi, ia selalu kesulitan dalam memasak makanan untuk Cole dan Gerwin.

Sampai akhirnya, tangan Megan pun penuh dengan bekas luka cipratan minyak dan sebagainya.

"Beritahu aku bagaimana caranya, aku saja yang masak." Tubuh Gerwin yang kecil itu berdiri di hadapan Megan, "Aku tahu bagaimana caranya, kau tak usah melakukannya lagi."

Megan tersenyum, mengelus-elus kepala Gerwin, namun Gerwin malah menghindar.

Tangannya terdiam di tempat itu, rasanya sedikit memalukan.

Gerwin menunduk sedikit, lalu berkata, "Cepat katakan, jangan sampai Cole kelaparan."

Ia tidak bisa melawan Gerwin, ditambah lagi dengan matanya yang tidak bisa melihat itu, ia hanya bisa mengatakan bagaimana cara memasaknya, dan membiarkan Gerwin yang melakukannya.

Namun tak di sangka, malam itu, terjadilah sebuah peristiwa yang aneh lagi di Desa Ruan itu.

Kali ini, anak sang pemilik rumah.

Dengar-dengar katanya, sama seperti Wawan, tiba-tiba ia jatuh pingsan.

Keesokan paginya, para warga desa itu pun berkumpul kemari.

Mereka masih belum bisa keluar dari bayang-bayang peristiwa yang menimpa Wawan, namun tak disangka peristiwa itu kembali terjadi lagi.

"Desa ini adalah Desa Setan, benar apa yang mereka katakan!" teriak seseorang dari kerumunan itu tiba-tiba, "Tempat ini benar-benar Desa Setan, tidak bisa ditinggali!"

"Iya, sepertinya benar apa yang dikatakan oleh peramal itu, kita harus pindah dari sini."

"Tapi kita sudah tinggal di sini sejak para leluhur kita, kita harus pindah ke mana?"

Megan membuka pintunya sedikit, mendengarkan celotehan-celotehan orang-orang di halaman, sepertinya para warga desa itu sedang berkumpul lagi.

Cole menunjuk ke arah mereka, lalu berteriak, "Mama, ada banyak orang."

Perkataan Cole itu langsung menarik seluruh perhatian para warga di sana, mereka segera menunjuk ke arah Megan dan berteriak, "Wanita ini, sejak dia datang ke desa kita, desa kita selalu tertimpa masalah yang sangat aneh, usir dia dari sini!"

"Iya, sejak dia datang, masalah yang datang semakin banyak, usir mereka dari sini!"

"Usir mereka!"

Megan segera menutup pintunya, lalu menggendong Gerwin dan Cole duduk di atas ranjang.

Warga desa di luar semakin marah, mereka mengambil batu-batu dari tanah dan melemparkannya ke jendela Megan sambil berteriak menyuruhnya pergi dari sana.

Cole pun menangis, Gerwin menutup mulut Cole dengan lembut, lalu menatap Megan dan bertanya, "Apa ada cara menyelesaikannya?"

Baru saja Gerwin selesai berbicara, tiba-tiba mereka pun mendengar suara sang pemilik rumah yang berteriak, "Aduh, Chloe sudah tidak bisa tertolong lagi, ia sudah sekarat, bagaimana ini!"

Lalu, terdengar suara para warga yang berdiskusi dan ingin mengundang seorang Pendeta Tao untuk datang kemari, mereka juga berkata bahwa mereka ingin pindah dari desa ini, lalu berkata ingin mengusir Megan pula.

Yang jelas mereka membicarakan soal banyak hal.

Kali ini Megan tidak ingin melakukan apa-apa, bagaimana pun ia tidak bisa melihat apa-apa sekarang, kalau ia keluar, pasti ia akan mati.

Tiba-tiba, ia pun mendengar suara teriakan sang pemilik rumah, "Kumohon, Para Dewa Khayangan, Para Buddha, kalau Kalian ingin mengambil nyawa manusia, ambil saja nyawaku, jangan biarkan anakku mati, kumohon pada Kalian, aku bersujud pada-Mu, jangan ambil anakku, aku bersujud pada-Mu."

Lalu, Megan pun mendengar suara benturan kepala sang pemilik rumah itu ke tanah.

Megan yang berada di dalam rumah pun bisa mendengar suara benturan yang keras itu.

Ia ingat, saat ia baru datang kemari, sang pemilik rumah selalu bersikap baik padanya, meskipun belakangan ini memang sedikit sinis, tapi orang-orang di desa ini memang sungguh sangat percaya pada hal-hal mistis dan takhyul.

Mungkin sang pemilik rumah juga merasa bahwa Megan adalah pembawa sial, makanya ia bersikap seperti itu pada Megan.

Setelah dipikir-pikir, untuk apa ia bersikap keras pada seorang ibu?

Gerwin bisa melihat bahwa Megan sedikit tergerak, tangan kecilnya itu ia letakkan di atas tangan Megan, dengan suara imutnya ia berkata, "Kata Kakak, kalau kau sudah memutuskan ingin melakukan sesuatu, kau juga harus mempersiapkan diri untuk menerima apa yang akan terjadi kelak."

Megan tersenyum, "Dia berkata seperti itu padamu?"

Gerwin mengangguk-angguk dengan keras, "Iya, dia juga berkata, sebenarnya kau lumayan pintar."

Megan menundukkan kepalanya, senyum di bibirnya itu membeku.

Royce...... Apa kau baik-baik saja di luar sana?

Setelah berpikir sejenak, ia pun menyuruh Cole dan Gerwin untuk tetap tinggal di dalam rumah, tidak boleh pergi ke mana-mana, lalu ia pun turun dari atas ranjang dan berjalan keluar.

Para warga di halaman sedang pusing-pusingnya memberikan usul dalam masalah anak sang pemilik rumah, tak ada seorang pun yang melihat Megan berjalan keluar.

Siapa sangka, Megan berjalan menyusuri jalan kecil di pinggiran sana diam-diam.

Halaman ini, tidak besar, Megan ingat jalannya dengan jelas, meskipun ia tidak bisa melihat, tapi ia bisa berjalan ke sana dengan ingatannya.

Namun, saat Megan hampir sampai ke kamar Chloe, ada seorang warga yang melihatnya, lalu berteriak, "Cepat, si pembawa sial itu akan beraksi lagi!"

Megan pun mendengar sepertinya ada banyak orang yang sedang berjalan ke arahnya.

Kali ini, Megan tidak akan tinggal diam, ia segera menyerang para warga desa itu, dan seketika, beberapa orang warga pun terkapar di atas tanah.

"Ya Tuhan, siluman ini bisa ilmu sihir, dia pandai berkelahi!"

"Cepat tangkap dia, usir dari sini!"

Megan pun memaki mereka, "Bodoh!"

Lalu segera masuk ke dalam kamar Chloe.

Setelah melihat kehebatan Megan, sang pemilik rumah pun segera berdiri di depan Chloe dan menghadangnya, "Kau, jangan apa-apakan anakku, kalau kau mau mengambil nyawa seseorang, ambil saja nyawaku."

Megan mendorong sang pemilik rumah itu, lalu berjalan ke depan Chloe dan memeriksa denyut nadinya.

Para warga di sana hanya melihatnya saja, tak ada yang berani maju ke depan.

Setelah Megan memeriksa denyut nadinya, ia bertanya, "Kapan ia mulai seperti ini, apa yang ia makan?"

Tiba-tiba, suami sang pemilik rumah itu mengambil sebuah kayu panjang dan ia arahkan ke kepala Megan.

'Brak', darah pun keluar dari kening Megan, kemudian menyusuri hidungnya dan menetes ke bawah.

Begitu melihat darah, para warga desa pun panik.

Suami sang pemilik rumah pun juga ketakutan dan langsung melempar kayu itu, lalu berkata dengan panik, "Si, siapa suruh kau menyentuh anakku."

Megan mengusap darahnya, sambil menahan rasa sakitnya ia berkata, "Anakmu terkena epilepsi, Dewa Sungai apanya, Wawan kemungkinan besar juga begitu, kondisi di desa ini sangat terbelakang, kalau kalian sungguh ingin menyelamatkan anak kalian, segera bawa anak kalian ke kota, kalau tidak, nasibnya akan sama seperti Wawan."

Setelah menahan rasa sakitnya untuk menyelesaikan ucapannya itu, Megan pun jatuh pingsan.

Sebenarnya tidak bisa melihat lagi juga tidak begitu buruk, terkadang, yang ia lihat di hadapannya hanyalah bayangan Royce.

Sama seperti sekarang, ia selalu merasa, Royce sedang berada di sebelahnya, sama sekali tidak pernah meninggalkannya.

Ia mendengar suara tangisan Cole di telinganya, bahkan Gerwin pun sepertinya juga sedang menangis.

Megan merasa agak pusing, entah siapa menyuguhkan air minum kepadanya.

Pada akhirnya, Gerwin pun mengatakan bahwa Megan sudah pingsan selama lima hari.

Saat ia terbangun, ia tetap saja tidak bisa melihat apa-apa.

Namun sang pemilik rumah malah berlutut di hadapannya, lalu bersujud padanya dan berteriak, "Kau adalah dewa, kau adalah dewa, terima kasih kau sudah menyelamatkan Chloe kami."

"Maaf, dulu kami yang salah, maaf!"

Setelah mengetahui bahwa Megan sudah terbangun, pasangan suami istri itu segera berlutut dan bersujud minta maaf di hadapan Megan.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu