Seberapa Sulit Mencintai - Bab 357 Orang Tua

Megan sengaja berbuat demikian. Royce telah sangat memanjakan Megan, sehingga tidak peduli apakah itu benar atau tidak, ia tidak akan menjadikan tubuh Megan sebagai bahan lelucon.

Royce pun tidak mempermasalahkannya dan segera masuk ke dalam kamar dengan lesu. Megan merasa cukup bangga karena telah memperkirakan hal ini sebelumnya.

Keesokan paginya, Royce mempersiapkan banyak hadiah. Ia mengatakan kalau hadiah-hadiah itu adalah untuk Festival Lampion yang akan segera tiba. Selain itu, ia masih harus mempersiapkan untuk pesta pernikahan mereka.

Ia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, sehingga ia berpikir untuk menunggu Anna dan yang lainnya kembali terlebih dahulu, supaya mereka sekeluarga dapat berkumpul bersama.

Royce sangat sibuk, sedangkan Megan sedang tidur dengan nyenyak. Ketika ia terbangun, waktu sudah hampir menunjukkan pukul sembilan. Begitu membuka mata, ia melihat Royce sedang berdiri di depannya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana dan tatapan matanya penuh dengan senyuman.

Melihat Megan sudah bangun, Royce pun mengulurkan tangan dan membelai wajahnya sambil berkata dengan lembut: "Sayang, ayo pulang, cepat bangunlah."

Megan mengeluarkan suara kecil, kemudian mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang Royce sambil berkata manja: "Aku masih ingin tidur……"

"Jangan menyulitkanku hanya karena aku adalah seorang pria," kata Royce tak berdaya.

Megan tiba-tiba teringat kalau ia telah berbohong pada Royce kemarin dengan mengatakan kalau dirinya sedang datang bulan. Hal ini membuat Royce pergi ke kamar mandi beberapa kali dalam semalam.

Sadar bahwa leluconnya sedikit berlebihan, ketika melihat kelopak mata Royce yang pucat itu, Megan tahu bahwa Royce tidak tidur dengan nyenyak semalam. Ia pun merasa kasihan, tetapi juga merasa itu adalah hal yang lucu.

Megan menyandarkan kepalanya pada leher Royce, kemudian menghembuskan napas dan berkata: "Tidurlah bersamaku sebentar, hanya sebentar saja……"

"Megan, jangan main-main lagi," jawab Royce sambil meraih tangan Megan. Ia lalu berkata kembali: "Sungguh, aku akan marah."

Meskipun berkata demikian, tetapi tidak tampak ada ekspresi kemarahan di wajah Royce, yang ada malah raut wajah tak berdaya.

Megan mengulurkan tangannya ke arah leher Royce yang terbuka itu.

Rumah itu sangat nyaman dengan adanya pemanas yang dinyalakan. Megan baru saja mengeluarkan tangannya dari dalam selimut dan meletakkannya di dada Royce. Sungguh nyaman. Royce menyipitkan matanya, kemudian segera meraih tangan Megan dan berdiri. Ia pun berkata: "Hentikan. Aku mau mandi dulu. Kamu bersiap-siaplah untuk kepulangan kita."

Mana mungkin Megan rela membiarkan Royce pergi. Ia pun segera memeluk pinggang Royce dan menariknya ke tempat tidur: "Royce, aku ingin......"

Jika seorang pria menghadapi masalah seperti ini, ia tentu tidak akan membiarkannya begitu saja. Apalagi, Megan adalah wanita yang dicintainya, sehingga Royce pun terus bersikap sabar padanya. Dengan suara yang serak, ia berkata: "Jangan main-main lagi. Sungguh."

Megan tertawa kecil, kemudian berkata di telinga Royce: "Bodoh, aku berbohong kepadamu kemarin."

Royce tertegun selama beberapa saat, kemudian ia mencubit pinggang Megan dengan kedua tangannya dan berkata: "Gadis bodoh, katakan sekali lagi kalau berani."

Megan melihat ekspresi dingin yang terpancar dari tatapan Royce. Ia menarik lehernya dan berkata pelan: "Aku juga tidak ingin membohongimu. Siapa, siapa suruh kamu…… Ah…… Royce!"

Megan akhirnya merasakan akibat dari perbuatannya sendiri yang membuatnya cukup kesakitan.

Setelah berputar-putar di atas ranjang selama lebih dari satu jam, Royce akhirnya bangun dan berkata: "Kamu istirahat saja di rumah. Aku akan memberi tahu Kakak dulu."

Megan mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut dan menatap Royce dengan penuh kemarahan, serta berkata: "Tidak! Siapa yang tahu apa yang akan kamu katakan! Aku ikut!"

"Kamu bisa jalan?" tanya Royce sambil menoleh ke arah Megan. Dengan suara sedikit menantang, ia kembali bertanya: "Kamu yakin?"

Dengan wajah yang memerah, Megan pun menganggukkan kepala keras-keras dan menjawab: "Aku yakin!"

Melihat Megan yang bersikeras seperti itu, Royce pun mengenakan banyak pakaian untuk Megan, hingga tidak dapat ditambah lagi. Ia lalu berkata: "Baiklah, sudah boleh jalan."

"Royce, kamu membuatku terlihat seperti bakcang. Apa-apaan ini!" kata Megan yang merasa kesulitan untuk mengangkat lengannya sendiri.

"Dasar bodoh. Di luar sedang turun salju besar. Apa kamu ingin menularkan penyakitmu!" kata Royce sambil menunjuk dahi Megan. Kemudian, ia membungkuk dan mencium pipinya, serta berkata dengan penuh kepuasan: "Istriku sangat cantik, seperti seorang gadis berusia 18 tahun."

Megan pun menatap Royce dan berkata: "Dasar tua!"

Royce tertawa dan segera memeluk Megan untuk berjalan keluar.

Megan berteriak-teriak, tetapi Royce tetap tidak melepaskannya.

Udara di luar sangatlah dingin. Begitu pintu dibuka, angin dingin langsung bertiup masuk. Untungnya saja Royce mengenakan banyak pakaian untuk Megan, sehingga ia tidak kedinginan.

Begitu mereka duduk di dalam mobil, ternyata Gabriel dan Ririn juga sudah ada di dalam. Dan masih ada James yang duduk di depan.

Melihat pipi Megan yang memerah, James pun pura-pura terbatuk dan berkata: "Tuan, Anda ini terlalu lama. Lain kali, bisakah lebih cepat sedikit?"

"Aku baik-baik saja, hampir tidak bisa bangun."

Megan menggertakkan giginya dan memukul dada Royce keras-keras, tetapi Royce malah menggenggam tangannya erat-erat, kemudian tersenyum dan berkata: "Baik, baik. Lain kali pasti lebih cepat."

"Royce! Apa yang kamu katakan!" kata Megan yang merasa bahwa wajahnya sangat panas seperti terbakar.

James terbatuk lagi, tampak sedikit canggung.

Ririn membuka matanya dan bertanya pada Megan dengan tatapan yang polos: "Kenapa Ibu marah dengan Ayah?"

"Ibu tidak suka Ayah begitu lambat. Ayah akan lebih cepat lain kali. Ririn sudah menunggu lama, ya?"

"Iya, aku bosan di dalam mobil. Kakak James bilang kalau Ayah dan Ibu sedang melakukan sesuatu untuk melahirkan seorang adik perempuan untukku."

Perkataan Ririn itu membuat Megan tidak berani mengangkat kepalanya dan menatap siapa pun. Pipinya memerah seperti buah apel.

Royce mengerutkan bibir dan menendang kursi James sambil berkata: "Dasar cerewet."

James berkata: "Tuan, aku melakukannya demi kesejahteraan Anda. Mengapa Anda marah."

"Ayo, jalan, jangan banyak bicara!"

"……"

Anna telah kembali bersama Kakek dan Nenek. Dengar-dengar, pada malam itu, Anthony menangis semalaman tanpa henti. Ia sudah hampir 30 tahun, tetapi masih menangis seperti anak kecil.

Setibanya di rumah, Megan melihat ada petasan yang telah disiapkan di depan pintu, yang sepertinya hendak dinyalakan ketika mereka pulang.

Setelah mobil telah berhenti, Anna keluar terlebih dahulu. Begitu melihat mereka, ia pun melambaikan tangannya dan berkata: "Cepatlah, makanan sudah hampir siap."

Megan melihat Anna, kemudian ia kembali menatap Royce. Tiba-tiba, ia merasakan kehangatan di dalam hatinya.

Setelah masuk ke dalam rumah, mereka mendapati Kakek dan Nenek yang duduk di sofa menonton opera dengan begitu terpesona, sedangkan Anthony sedang membantu di dapur. Ia terlihat seperti lebih bersinar dibandingkan dirinya yang dulu.

"Kak, aku membeli beberapa makanan kesehatan. Makanlah bersama Ayah, Ibu, dan mertua."

"Ayah dan Ibu ada di atas. Mereka menangis semalaman kemarin," jawab Anna. Ia menghela napas panjang dan kembali berkata: "Aku tidak menyangka kalau Ayah dan Ibu akan jadi seperti ini."

Ketika Royce mendengar hal tersebut, raut wajahnya berubah menjadi serius. Ia kemudian naik ke lantai atas seorang diri. Di sana, ia melihat Ayah dan Ibu Zhou sedang duduk dan memandangi foto masa kecil Royce dan Anna dengan pandangan kosong.

Royce pelan-pelan berjalan masuk dan berteriak: "Ayah, Ibu, ayo makan."

Keduanya terpana dan menoleh ke belakang dengan memakai kacamata. Mereka melihat kalau yang datang itu adalah Royce, kemudian berkata: "Royce, mengapa kamu tidak mengatakan apa-apa tentang kakakmu yang masih hidup. Aku kira kami benar-benar akan melihat kepergiannya."

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu