Seberapa Sulit Mencintai - Bab 362 Semuanya Adalah Kebetulan

Sebenarnya William Jing dan Yunita Li juga datang, namun karena mereka mendengar bahwa Sonny Bai juga datang, jadi ia tak berani mendekat dan hanya berdiri jauh-jauh dari sana.

Saat ia melihat Royce mengendarai kuda di jalan untuk membukakan jalan bagi Megan, seketika ia pun merasa sangat iri pada Megan.

Kenapa di dunia ini bisa ada orang seperti ini, menunggu pasangan hidupnya selama belasan tahun, kalau orang itu tidak muncul, mungkin ia akan tetap menunggu orang itu sampai seumur hidup.

Ia sangat iri pada perasaan cinta seperti ini.

Cuaca hari ini lumayan dingin, saat ia merapatkan jaketnya, tiba-tiba, ada sebuah jaket yang terpasang ke pundaknya.

Ia pun menoleh ke belakang, dan melihat William sedang berdiri di belakangnya.

William pun melihat ke arah Yulita melihat, seketika, William pun juga melihat Sonny, ia mengerutkan keningnya, namun tak berkata apa-apa.

Angin laut pun bertiup pelan ke telinga Yunita, sambil menggigit bibirnya, ia berkata, "Aku agak sedikit lelah, aku kembali dulu."

Namun tak disangka, William malah menggenggam tangannya, dengan suara yang sangat dingin ia berkata, "Kau masih menyukainya?"

Tentu saja Yunita tahu siapa yang dimaksud William itu, ia pun menghela nafas dan menatap ke arah William, dengan lembut ia menjelaskan, "Aku dulu pernah mencintainya, namun sekarang yang tersisa hanyalah kesedihan dan kepasrahan, William, jangan buka luka lamaku lagi."

Lalu, Yunita pun melepaskan genggaman tangan William dan masuk ke dalam hotel.

William yang melihat bayangan Yunita pergi dari sana terus melamun panjang.

Sonny bermain bersama orang-orang lainnya dengan sangat gembira, mereka sedang bermain jujur atau tantangan, lalu sekarang adalah giliran Megan, dengan bersemangat ia berteriak, "Wah, Kakak Ipar ya, kau pilih jujur atau tantangan."

"Aku, aku......" Megan pun berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku pilih jujur saja."

"Baik! Jujur!" Sonny bertambah senang, seolah telah berhasil membuat Megan masuk ke dalam jebakannya, dengan tersenyum ia bertanya,"Kau dan suamimu pertama kali, ehem, umur berapa!"

Baru saja Sonny selesai bertanya, orang-orang di sana pun mulai berteriak heboh, bahkan Anna pun juga ikut tertawa, anak-anak muda zaman sekarang memang banyak tingkahnya.

Begitu Anna mengalihkan pandangannya, ia pun melihat Anthony yang sedang berdiri di sudut ruangan, ia pun langsung menyimpan kembali senyuman di wajahnya, lalu berjalan ke arah Anthony, lalu bertnaynya dengan pelan, "Anakku, kau kenapa?"

Anthony menundukkan kepalanya, namun ia tetap saja tidak bisa menutupi rasa kesepian di matanya itu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak apa-apa, aku hanya sedikit lelah saja."

"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, namun kedua orang itu saling mencintai, kita juga tidak perlu memikirkan hal yang bukan-bukan, benar kan?" bujuk Anthony, "Setelah serentetan peristiwa ini terjadi, kau pasti juga sudah melewati banyak masalah, tak usah terlalu memaksakan dirimu."

"Aku tahu." suara Anthony terdengar sangat pelan.

Di tengah kerumunan orang-orang itu, wajah Megan yang baru saja ditanyai Sonny itu pun memerah, Royce pun segera berdiri dan berjalan ke depan Megan untuk melindunginya, sambil menujuk ke arah Sonny ia berkata, "Jangan menanyakan pertanyaan itu!"

"CEO Zhou, ini tidak boleh, itu tidak boleh, permainan ini membosankan sekali."

"Iya, iya, kenapa kau melindungi istrimu sampai seperti ini, berlebihan sekali."

Mereka pun menyindir Royce sambil tertawa.

Megan mendorong Royce, lalu berkata, "Kalau begitu, kalau begitu aku pilih tantangan!"

"Boleh, tantangan juga boleh." Sonny juga tidak ingin menentang Megan, dengan tersenyum ia berkata, "Kalau begitu kau dan CEO Zhou harus berciuman di hadapan semua orang, bagaimana teman-teman?"

"Tadi kau bilang jangan buat orang bermesra-mesraan, tapi sekarang kau malah menyuruh mereka seperti itu, apa maksudmu!" kata salah seorang penonton di sana.

Sonny pun menyangkalnya, "Apa yang kau tahu, ini namanya permainan yang seru! Kakak Ipar, ini pilihanmu sendiri lho, jangan curang!"

Wajah Royce pun berubah suram, baru saja ia hendak berkata sesuatu, Megan pun menjinjitkan kakinya dan mencium bibirnya dengan pelan, setelah itu ia langsung melangkah mundur ke belakang, wajahnya berubah merah seperti sebuah apel, ia tak berani menatap Royce lagi.

Orang-orang di sana pun langsung berteriak histeris, mereka segera mengeluarkan handphone mereka masing-masing dan mengambil momen spesial itu.

Royce meraba-raba bibirnya sendiri, beberapa saat kemudian, barulah ia tersadar dan langsung memeluk Megan dalam dekapannya, sambil menunjuk ke arah orang-orang di sana ia berkata, "Kami tidak akan bermain lagi dengan kalian, kalian hanya bisa mengerjai istriku saja!"

Lalu, Royce pun menggandeng tangan Megan dan mengajaknya berjalan ke arah ruangan yang gelap di sana.

Begitu melihat mereka pergi, orang-orang lainnya juga tidak memaksa mereka untuk tinggal di sini, bagaimana pun ada banyak orang di sana, mereka pun langsung melanjutkan permainnan mereka lagi.

Pantai di malam itu dihiasi dengan bintang-bintang yang bersinar bak bola api yang sangat terang, sinarnya tak menyinari seluruh pantai itu, namun kelap-kelip bintang di langit yang menghiasi gelapnya malam di pantai itu tampak sangat indah.

Dinginnya angin malam berhembus kemari, Royce berdiri di hadapan Megan, ia mengangkat wajah Megan, lalu tersenyum dan berkata, "Tadi saat Sonny memberimu pertanyaan itu, apa kau masih sedang memikirkannya?"

"Mana mungkin aku memikirkannya?" wajah Megan pun memerah, ia membalikkan kepalanya dan berkata, "Dasar tidak tahu malu."

Tiba-tiba, Royce pun memeluknya dengan sangat erat, lalu menyandarkan dagunya pada kening Megan, ia berkata, "Aku yang sekarang adalah orang yang paling bahagia di dunia ini, Megan, apa kau tahu, aku yang dulu selalu mengira kalau kita tidak akan bisa bersama seumur hidup."

Megan bisa mendengar detak jantung Royce dengan jelas, ia memeluk pinggang Royce dengan erat dan berkata, "Royce, aku agak sedikit ingin berterima kasih pada Handoko, kalau bukan karena dia, mungkin, aku tidak akan bisa bertemu denganmu."

"Sebenarnya, tidak ada dia pun, kita juga sudah ditakdirkan untuk saling bertemu."

Perkataan Royce itu, ditambah dengan suara hembusan angin laut masuk ke dalam telinga Megan, ia mengangkat kepalanya melihat ke arah mata Royce dengan wajah yang sedikit bingung.

"Apa kau masih ingat, lagu sekolah Provinsi Meng?" Royce mengecup kening Megan, lalu berkata dengan suara seraknya, "Sebenarnya, sudah lama aku menyukaimu, dulu di luar sekolah, aku pernah melihatmu menyanyikan lagu sekolah di atas panggung, aku ingat, hari itu kau mengenakan rok berwarna putih, atasan berwarna biru, rambutmu dikuncir satu."

Megan tercengang, terbelengu dengan sangat sangat lama.

"Aku juga mengikutimu, hari itu, aku bukan pergi untuk meminta yang perlindungan, aku berputar-putar cukup lama di bawah rumahmu, cukup-cukup lama, sampai akhirnya kau lompat dari jendela, dan aku menangkapmu."

Perkataan Royce itu membuat Megan sangat terkejut, ia memegang tangan Royce, lalu berkata dengan panik, "Maksudmu, sebenarnya, kau sudah lama menyukaiku?"

"Kalau tidak, apa kau pikir di dunia ini ada begitu banyak kebetulan? Kebetulan aku pergi ke sana untuk meminta uang perlindungan? Kebetulan bertemu denganmu yang lompat dari jendela? Kebetulan aku selalu muncul saat kau terkena masalah?" Royce tersenyum pelan, "Megan, tidak ada kebetulan sebanyak itu, hanya karena, aku mencintaimu, oleh karena itu, semua ini menjadi kebetulan."

Perkatannya itu membuat Megan merasa sangat terkejut dan hangat.

Kenapa di dunia ini ada orang yang selalu memanjakanmu, mencintaimu seperti ini.

Seberapa banyak keberuntungan yang ia gunakan untuk bertemu dengan Royce?

Megan pun masuk ke dalam pelukan Royce seperti seorang anak kecil, dengan sedikit terisak ia berkata, "Royce, kenapa aku bisa sebahagia ini, kenapa aku bisa bertemu denganmu, aku kira, aku akan selalu hidup dalam kegelaman seumur hidupku ini."

"Kau dan aku sudah ditakdirkan untuk bersama." Royce menyandarkan kepalanya ke atas kepala Megan, lalu melepaskan jaketnya dan ia pasangkan ke tubuh Megan, "Karena, aku juga tidak bisa menjauh darimu, aku juga merasa bahwa aku sudah menggunakan seluruh keberuntunganku untuk bertemu denganmu, Megan, berjanjilah padaku, kita harus selalu bersama-sama seumur hidup ini."

Air mata Megan menetes ke bawah, ia mendorong tubuh Royce perlahan-lahan, lalu mencium bibir Royce, "Kita tidak akan saling meninggalkan satu sama lain! Janji!"

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu