Seberapa Sulit Mencintai - Bab 172 Maaf, Royce

Royce langsung mendorong tubuh William, tubuhnya terasa sedikit gemetaran, namun ia bisa menyembunyikannya dengan baik, emosinya sama sekali tidak berubah.

Setelah William terlepas, ia pun berteriak murka, "Bunuh dia!"

"Baik." Melihat orang-orang berkulit hitam itu membawa senjata, Royce pun mengeluarkan handphonenya sambil tersenyum, "Dengarkan aku, bunuh Michelle Sun,"

Seketika wajah William pun berubah panik, ia berteriak, "Jangan! Jangan!"

Royce meletakkan handphonenya, lalu berkata dengan dingin, "William, apa kau tahu, kalau ingin menganjam seseorang, gunakan kelemahannya, bukan kekuatanmu, namun sayang, kau tidak punya kemampuan untuk melindunginya."

Lalu, Royce pun membalikkan tubuhnya dan naik ke atas, sedangkan orang-orang berkulit hitam itu, tak ada satu pun yang berani menyentuh Royce.

Dia seperti petarung yang baru saja kembali, ia naik ke atas selangkah demi selangkah, tak ada seorang pun yang berani menyentuhnya.

Sesampainya di lantai tiga, ia kembali terlihat seperti pria bajingan, ia menghisap rokoknya, melihat Megan yang disekap, ia pun tersenyum santai dan berkata, "Megan, aku datang untuk menjemputmu pulang."

Seketika, air mata Megan pun jatuh bercucuran!

Momen saat ini terasa seperti mimpi!

Royce Yan! Royce miliknya, muncul di hadapannya, dia datang untuk menjemputnya!

Orang-orang berkulit hitam yang menyekap Megan pun ketakutan dan segera melepaskan Megan.

"Royce!" teriak Megan, ia segera berdiri dan berlari ke arah Royce.

Ia memeluknya dengan hangat, seperti dulu.

Tubuh Royce sangat tinggi, sangat amat tinggi, dan Megan hanya bisa bersandar sampai ke dadanya.

Megan tampak seperti seekor burung yang sangat kecil, yang sedang terbang ke dalam pelukannya.

Pelukan ini adalah utang yang harus dibayarkannya pada Megan.

Di tubuh Royce, tercium aroma wangi yang tipis.

Ia mengelus kepala Megan, dengan suara seraknya ia berkata, "Kau kurusan."

"Iya!" Megan menganggukkan kepalanya, "Maaf! Royce, aku minta maaf, aku yang salah! Pukul saja aku, maki saja aku!"

Ia mengangkat tangan Royce, lalu memukulkannya pada wajahnya sendiri.

Royce segera menghindar dan mendekap Megan dalam pelukannya, matanya penuh dengan kehangatan, "Sudah sudah payah aku menolongmu, hatiku bisa sakit kalau aku memukulmu."

Perkataan 'hatiku bisa sakit' itu bagaikan kejutan yang menyentuh hati Megan.

Ia menggigit bibirnya, tak bisa mengatakan perasaan hatinya saat ini.

Sudah bertahun-tahun, ia terus memikirkan saat-saat ketika Royce pergi tanpa pamit darinya, ia selalu merasa, Royce yang bersalah, Royce yang pergi meninggalkannya dan lari bersama wanita lain.

Setelah ia pergi, tiap malam ia selalu menangis merindukannya, bahkan dalam setahun itu, ia hampir tidak pernah tidur, tiap kali ia menutup matanya, bayangan Royce pasti muncul di hadapannya.

Saat bertemu dengannya kembali, ia sudah menikah wanita lain, dan ia sudah menikah dengan keponakannya.

Ia mengira, seumur hidup ini, ia tak akan pernah lagi berhubungan dengannya.

Namun sekarang, ia sangat bersyukur pada kesempatan yang sudah diberikan padanya ini.

Ia menangis, ia bersembunyi dalam pelukannya, menangis seperti seorang anak kecil.

Royce menghela nafasnya, lalu mengelus kepalannya dan menggondongnya turun ke bawah.

William menatap Royce dengan dingin, "Semua yang sudah kau lakukan pada Michelle tak akan kubiarkan begitu saja, Rian Zhou, jangan kira aku tidak bisa menyentuhmu!"

Royce tertawa dingin, "William, kau memang tak bisa menyentuhku!"

Mendengar perkataan Royce, wajah William pun berubah murka!

Kenapa dulu ia harus menyelamatkan Royce dari tempat itu! Kini akibatnya, dirinya tidak bisa melawan Royce sama sekali!

Semua orang pun memandangi Royce menggendong Megan meninggalkan tempat itu.

Tidak ada seorang pun yang berani menyentuh mereka.

Sekujur tubuh Royce memancarkan aura yang dingin dan dahsyat, siapa pun yang diliriknya, pasti akan langsung gemetar ketakutan.

Ia berjalan sampai ke pinggiran jalan, lalu memasukkan Megan ke dalam mobil.

Megan memegangi tangannya, dengan panik ia berkata, "Kau mau pergi ke mana?"

Ia mengelus-elus kepalanya, "Sayang, tunggu aku, ada masalah yang harus kuselesaikan, satu lagi, makan yang banyak, dadamu mengurus, aku tidak suka."

Megan pun tercengang dan melihat dadanya sendiri, wajahnya memerah.

Ia mengangguk-angguk menurut.

Setelah pintu mobil tertutup, terdengar alunan lagu yang tenang dalam mobil.

Semua ini, terasa seperti mimpi saja......

Ia telah meninggalkan tempat itu, ia mengira dirinya akan tetap tinggal di tempat itu seumur hidup.

Dan, ia bertemu dengan Royce.

Royce miliknya......

Ia melihat keluar, melihat Royce membalikkan badannya dan berjalan kembali dengan santai.

Lalu, seluruh orang pun mengelilingi Royce.

"Royce!" Megan berteriak sambil memukul-mukul kaca jendela mobil.

Dari jendela mobil, ia melihat Royce membuang puntung rokoknya, lalu memukul perut William, semua orang-orang berkulit hitam itu mengepungnya, namun Royce sama sekali tidak panik, sama sekali tidak takut.

"Royce bisa terluka, cepat putar balik mobilnya!"

Namun sang sopir sepertinya sama sekali tidak khawatir, ia tersenyum dan berkata, "Nona Zhao, tidak perlu takut, mereka bukan tandingan Tuan Zhou, Tuan Zhou bisa mengalahkan mereka dengan mudah, ia hanya ingin membalas perbuatan mereka terhadapmu saja."

"Tapi......"

"Dulu, Tuan Zhou pernah melawan sepuluh orang seorang diri, lawannya membawa senjata, namun dalam lima menit saja, ia bisa mengalahkan semuanya, karena itu Tuan William Jing memutuskan untuk membawanya keluar dari tempat bernama Echo itu, jadi kau tidak perlu khawatir."

Setelah melalui semua ini, Megan pun mulai mengerti, mengapa waktu itu Royce berkata, ia ingin berdiri di puncak tertinggi di dunia bukan karena uang dan harta, karena ia ingin agar tidak diganggu oleh orang lain.

Dari jendela mobil, Megan melihat situasi di belakang sana.

Royce memang sangat hebat, tak masalah baginya untuk melawan belasan orang seorang diri.

Namun Megan tetap merasa hatinya sakit.

Royce yang dulu, tak bisa melakukan apa pun selain berkelahi, apa saja yang terjadi padanya sehingga dirinya berubah menjadi seperti ini.

Sang sopir menghentikan mobilnya di depan pintu sebuah villa.

Dengan gemetaran, Megan berjalan masuk ke dalam, kemewahan villa itu jauh lebih tinggi dari yang Megan bayangkan, semua desain interior di dalamnya sama seperti yang ia imajinasikan dulu.

Gaya Laut Mediteranian, dekat dengan lautan, ada tatami, bisa berjemur matahari dengan santai, di dalam rumah juga harus ada bunga yang segar, dengan begitu rumah itu akan terasa lebih nyaman.

Di tengah-tengah ruang tamu, ada sebuah lampu kristal yang sangat besar, sungguh sangat mewah.

Ia memandangi lampu kristal itu, dan air matanya pun menetes.

Di hari-hari ketika mereka berdua tak punya uang sepeser pun, saat Royce mengajaknya pergi berjalan-kalan, ia selalu berkata suatu saat nanti mereka pasti akan memiliki rumah milik mereka sendiri.

Mereka berjalan di sebuah toko lampu hias, menatap lampu-lampu di dalam sana dengan sangat iri.

Megan berkata, "Kapan kita bisa memiliki lampu seperti ini?"

Royce bertanya, "Kau ingin lampu seperti apa?"

Megan pun menunjuk ke arah lampu yang paling mahal di sana, sama seperti lampu kristal di villa itu.

Megan membuka mulutnya, tiba-tiba ia merasa tenggorokannya sangat kering, "Apa...... yang sudah terjadi padanya?"

Sang sopir yang berdiri di sebelahnya pun tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Dipukuli, dijual, dipoting jari kakinya, merangkak keluar dari lumpur, menjadi anak buah William Jing.

Beberapa tahun ini, segala kepahitan yang telah dirasakan Royce jauh lebih banyak dari garam yang dimakan oleh Megan.

Tiba-tiba, Megan pun merasa sangat benci pada dirinya yang keras pada Royce dulu.

Sebenarnya Royce tidak salah, ia hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang 'Paman'.

Namun Megan, tidak pernah mempercayainya.

Hari itu, Megan berdiri di bawah lampu itu sambil melamun panjang.

Sampai akhirnya, terdengar suara dari belakangnya, "Sudah kurus, kotor, jelek, jangan harap aku akan memelukmu tidur malam ini."

Ia membalikkan kepalanya, ia melihat Royce yang bersandar di samping pintu dengan santai, wajahnya yang tampan itu tergores sedikit luka-luka kecil.

Namun semua itu tetap tidak menutupi ketampanannya.

Megan menggigit bibirnya, wajahnya memerah.

Royce berjalan ke arahnya perlahan-lahan, lalu membungkukkan badannya dan berbisik di telinga Megan dengan suaranya yang serak-serak basah, "Lama tidak bertemu, Megan kecil."

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu