Seberapa Sulit Mencintai - Bab 359 Gaun Pengantin

Megan dan Royce tampak seperti sepasang suami istri yang sudah lama menikah. Sambil bergandengan tangan, keduanya berjalan di jalanan yang penuh salju.

Sambil menjulurkan lidahnya, Megan menangkap kepingan salju yang jatuh dengan riang gembira. Royce menatapnya dengan penuh kasih sayang, lalu tersenyum dan berkata: "Hati-hati, kamu flu dan menulari aku nanti."

Megan pun membalasnya dengan genit: "Biar saja tertular, aku tidak keberatan."

Royce menghela napas tak berdaya. Kemudian, ia menggenggam tangan Megan erat-erat, dan ketika sampai di tikungan yang ada di ujung jalan, Royce menunjuk ke pasar makanan yang ada di seberang dan berkata: "Lapar tidak, ayo makan malatang."

"Kamu pikir aku babi. Baru saja selesai makan, sudah mau makan lagi sekarang," jawab Megan. Meskipun berkata seperti itu, ia memandang ke arah pasar makanan itu dengan penuh harapan.

Ia masih belum mengubah kebiasaannya yang suka makan larut malam.

Begitu selesai berbicara, mereka berdua melihat seseorang yang tidak asing berjalan keluar dari dalam pasar makanan itu.

Ketika keduanya sedang mengobrol, orang itu berjalan mendekati mereka. Ia mungkin juga melihat keberadaan mereka, sehingga datang mendekat.

Lama tak kelihatan, Harland masih sama seperti dahulu. Hanya saja, mereka tidak menyangka akan bertemu dengannya seorang diri pada tahun baru ini. Ia membawa makanan hangat di tangannya. Begitu melihatnya, mereka pun langsung tahu bahwa Harland hidup seorang diri.

"Huh, kamu tidak pergi ke luar negeri bersama keluargamu? tanya Royce sambil memandang Harland dari atas ke bawah. Ia lalu berkata: "Aku dengar ayah dan ibumu khawatir dan mencarimu."

"Mereka pindah ke luar negeri. Tahun baru di luar negeri tidak sama dengan di dalam negeri. Suasananya berbeda. Lebih baik di dalam negeri saja, sendirian juga nyaman," jawab Harland sambil tersenyum. Melihat Royce dan Megan yang saling bergandengan, ia pun bertanya: "Kalian dari mana saja?"

"Baiklah, jangan tanya lagi. Kamu seharusnya memberitahuku kalau kamu sendirian di tahun baru ini. Sebagai seorang saudara, aku tentu tidak akan melupakanmu," kata Royce sambil berjalan maju, seolah ingin mengajak Harland untuk jalan bersama.

Di luar dugaan, Harland malah berjalan mundur dan menolak ajakan itu dengan berkata: "Lupakanlah. Kalian sedang menghabiskan waktu bersama. Tidak baik kalau aku mengganggu kalian. Ada urusan juga di rumah sakit, aku masih harus bertugas. Aku tidak akan mengganggu kalian. Duluan, ya."

Entah mengapa, Megan merasa bahwa Harland tampak tidak begitu dekat dengan Royce seperti dulu. Tetapi, ia juga tidak tahu apakah itu hanya perasaannya saja.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Harland pun segera meninggalkan mereka. Megan menatapnya dari belakang dan mengerutkan dahi, lalu bertanya: "Ada apa dengan dia? Seperti ada yang tidak beres."

Royce menatap Megan dengan tatapan penuh arti dan bertanya: "Apa kamu masih menyimpan pena yang dia berikan padamu itu?"

"Iya, masih," jawab Megan sambil menganggukkan kepala. Ia kemudian berkata: "Aku sebenarnya ingin mengembalikannya, tapi dia bilang kalau itu adalah hadiah, jadi jangan dikembalikan. Sayang, apa kamu marah?"

"Tidak," jawab Royce sambil memegang erat tangan Megan dan berjalan kembali.

Baru sebentar saja berjalan, Royce tiba-tiba bertanya: "Megan, apa kamu masih ingin belajar kedokteran?"

"Iya. Aku rasa hal-hal yang dulu kupelajari itu benar-benar dapat membantu orang lain. Tapi, aku juga berpikir kalau seandainya aku salah melakukan diagnosis, maka aku akan membahayakan nyawa orang lain," jawab Megan. Masalah pemfitnahan yang terjadi di City Hospital sebelumnya, masih teringat dengan jelas di kepala.

Meskipun itu adalah fitnah, tetapi Megan benar-benar takut. Ia baru menyadari kalau seorang dokter mengemban tugas yang berat. Begitu salah melakukan diagnosis, maka nyawa pasien menjadi taruhannya.

Ia merasa bahwa dirinya belum sampai pada titik itu dan masih harus terus belajar.

"Baik, aku akan meminta James untuk mengundang semua guru datang ke rumah untuk mengajarmu."

Megan tertawa kecil, lalu mengangkat kepalanya dan berkata: "Sayang, kamu ini sungguh keras kepala. Selain diriku, aku rasa tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa tahan menghadapi sifatmu ini."

"Hmm, menurutmu begitu," jawab Royce sambil mengangguk. Ia lalu berkata: "Di dunia ini, hanya kamu yang bisa membuatku menjadi seperti ini."

Ketika tiba di rumah, Gabriel dan Ririn sudah tertidur. James sudah tidak sabar menunggu Royce dan Megan pulang. Begitu mendengar suara pintu dibuka, ia segera berlari ke arah pintu dan membantu membukakan pintu itu. Dengan wajah tak berdaya, ia berkata: "Tuan, jangan memintaku untuk menidurkan kedua anak itu lain kali. Aku benar-benar takut."

Melihat kepahitan di wajah James itu, Megan pun tersenyum dan berkata: "Ririn mengganggumu lagi?"

"Dia bilang dia ingin menjadi istriku. Dia juga bilang akan memaksaku untuk menulis perjanjian pernikahan. Aku tidak bisa apa-apa. Tuan, tolong biarkan aku libur selama beberapa hari. Aku juga ingin berlibur sebentar."

Bagaimanapun juga, mereka hanyalah anak kecil. Melihat James dahulu yang masih kecil hingga saat ini hampir berusia 20 tahun itu, Megan hanya bisa menghela napas panjang.

Setelah mengucapkan beberapa hal dan meminta James untuk pergi, Royce kemudian berkata: "Apa kamu sudah terpikir ingin mengundang siapa di pesta pernikahan nanti?"

Begitu mendengar pertanyaan tersebut, Megan memikirkannya baik-baik, lalu menjawabnya: "Aku tidak punya banyak teman. Undang Herlina saja. Aku tidak peduli dengan yang lainnya."

"Baik, cepat tidurlah."

"……"

Beberapa hari kemudian, Anna telah menentukan tanggal pesta pernikahan mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu setengah bulan ke depan. Hari baik yang dipilihnya itu merupakan hari yang sangat langka. Lagi pula, waktu setengah bulan juga cukup bagi mereka untuk mempersiapkan pesta pernikahan itu.

Pesta akan diadakan di sebuah hotel mewah yang terletak di tepi Lautan Lin. Royce memesan seluruh tempat di sana. Ia mengundang teman-temannya dari luar negeri dan juga siapa pun yang muncul dalam pikirannya.

Undangan, permen, hotel, dan juga pesta pernikahan itu, semuanya diputuskan oleh Royce sendiri.

Tiga hari kemudian, sambil memegang tangan Megan, Royce tersenyum dan berkata: "Ayo, kita pergi untuk mengambil foto pernikahan."

Sore itu, Royce pulang ke rumah setelah selesai mengurus undangan pernikahan. Ia bahkan tidak sempat merapikan pakaiannya, tetapi sudah langsung menggandeng Megan dan membawa kedua anaknya menuju ke toko gaun pengantin.

Karena terlalu tiba-tiba, Megan pun tertegun dan mengomel: "Aku belum siap-siap......"

Royce tersenyum dan berkata: "Jangan khawatir. Aku sudah mempersiapkannya untukmu."

Setelah tiba di toko gaun pengantin, Megan akhirnya mengerti apa yang dimaksud Royce dengan sudah siap.

Royce sudah lama memesan gaun pengantin. Gaun yang dipesan adalah gaun dengan gaya Cina yang memiliki karakteristik suku Yi. Pada gaun itu juga terdapat sulaman Bebek Mandarin berwarna merah. Tatapan Megan tidak bisa lepas dari gaun itu.

Gaun ini adalah gaun yang dahulu ditunjuk oleh Royce dari sebuah toko gaun pengantin ketika ia sedang berjalan menggandeng Megan dan masih tidak memiliki apa-apa.

Dalam pandangan mereka kala itu, gaun pengantin tersebut adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan mereka.

Siapa sangka, setelah bertahun-tahun lamanya, keinginan mereka itu pun akhirnya dapat terwujud.

Megan terpana selama beberapa saat. Ia sepertinya sama sekali tidak menduga kalau gaun pengantin yang dulu diidam-idamkannya itu ada di hadapannya sekarang. Kejutan tak terduga seperti ini membuatnya kehabisan kata-kata.

"Ibu, kenapa mata Ibu merah?" tanya Ririn sambil memeluk kaki Megan dan mengangkat kepalanya.

Megan terkejut dan segera menghapus air matanya, kemudian tersenyum dan berkata: "Kalau begitu, aku coba dulu, ya."

"Baik."

Setelah itu, karyawan toko pun mulai membantu Megan untuk berdandan.

Proses itu kurang lebih membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Royce bermain-main dengan kedua anaknya di toko itu dengan riang gembira, kemudian ia mendengar seseorang berteriak dari belakang: "Tuan, pengantin wanita sudah selesai berdandan."

Royce pun menoleh dan melihat Megan berdiri di sebuah panggung yang ada di belakang tirai. Ia mengenakan gaun pengantin merah bergaya Cina. Mahkota bunga menggantung di kepalanya. Benang emas pada gaun itu menjadi begitu menyilaukan karena cahaya lampu.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu