Seberapa Sulit Mencintai - Bab 360 Kecuali Kamu

Rambut hitam Megan disanggul ke atas, sedangkan kalung mutiara dan jumbai tersembunyi di dalam rambutnya. Sungguh indah dan cantik. Tubuh Megan begitu mungil, sehingga sangat cocok mengenakan gaun itu. Kedua sisi rok menggantung ke bawah. Dan kakinya mengenakan sepasang sepatu bordir merah dengan sulaman awan keberuntungan.

Dari kejauhan, wajah cantik Megan terlihat samar-samar. Yang terlihat hanyalah sepasang mata yang jernih dan juga bibir merahnya.

Jika tidak tahu siapa Megan, benar-benar akan mengira seperti orang yang datang dari zaman dahulu, yang memancarkan aura cantik klasik dan membuat orang begitu terpesona.

Royce telah melihat Megan mengenakan berbagai macam pakaian, yang sederhana, imut, cantik, semuanya telah dilihatnya. Tetapi, ia belum pernah melihat Megan mengenakan pakaian seperti saat ini.

Ia tiba-tiba teringat dengan sebuah kalimat yang berkata: berjalan selangkah demi selangkah dan menoleh ke belakang dengan senyuman yang memesona.

Royce tertegun. Matanya memandang Megan yang begitu cantik, seolah sedang melihat seorang wanita cantik pada zaman dahulu. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya itu.

Bahkan Ririn pun berteriak: "Ibu cantik, Ibu cantik."

Ini membuat karyawan yang berdiri di sebelah Megan tidak dapat menahan senyumnya.

Megan pura-pura terbatuk dan berkata: "Sayang, apa ini cukup bagus?"

Royce sangat terkejut mendengar pertanyaan itu dan segera tersadar dari lamunannya. Ia berpikir kalau dirinya sudah melihat banyak sisi dari dunia ini, tetapi ia malah dibuat menjadi seperti ini dengan dandanan Megan. Bukankah ini sungguh konyol?

Ia pun segera memalingkan wajahnya dan berkata: "Aku, aku ganti pakaian dulu. Kedua anak ini kubawa bersamaku."

Setelah selesai berbicara, Royce juga tidak melihat Megan dan segera menuju ke ruang ganti.

Megan beberapa kali memanggilnya, tetapi Royce sama sekali tidak memandangnya.

"Apa-apaan ini......" kata Megan mengomel. Ia lalu berkata: "Apa gaun ini terlihat jelek di tubuhku? Ah, tidak mungkin......"

Tidak butuh waktu lama bagi Royce untuk berganti pakaian. Setelah itu, ia juga membantu Gabriel dan Ririn untuk berganti pakaian. Ketika mereka keluar, Megan sangat terkejut hingga tidak bisa berkata apa-apa.

Penampilan Royce cenderung lebih modis. Sepertinya tidak ada yang bisa menandingi ketampanannya saat mengenakan setelan jas. Jadi, Megan pun tidak bisa membayangkan seperti apa penampilan Royce jika mengenakan setelan bergaya Cina.

Di luar dugaan, begitu keluar dari ruang ganti, Royce tampak begitu tampan. Ia seolah cocok mengenakan pakaian apa pun.

Royce masih tidak memandang Megan. Ia berjalan mendekatinya dan tiba-tiba berkata di telinga Megan: "Aku telah membeli pakaian ini. Kita bisa mengenakannya lagi di rumah nanti."

Megan tertegun dan menatap Royce dengan heran. Belum sempat membuka mulutnya, fotografer yang ada di sana berkata: "Silakan Tuan dan pengantin wanita pergi ke studio. Kita akan bersiap-siap untuk mengambil foto."

Royce mengangguk, kemudian menggandeng tangan Megan dan anak-anaknya untuk menuju ke studio.

Studio itu sangat sederhana, sebuah ruangan kuno dengan dua ruangan kecil di depannya. Sungguh luar biasa.

Megan memeluk Ririn, sedangkan Royce memeluk Gabriel. Mereka berdua duduk di depan ruang utama. Ketika tombol shutter kamera itu ditekan, Royce tersenyum dan berkata dengan lembut: "Sayang, kamu sangat cantik."

Wajah Megan memerah, dan pada saat itu juga, pose mereka telah diabadikan.

Wajah Megan memerah, sedangkan Royce berdiri tegak. Tangan kanannya diletakkan di atas meja, memperlihatkan cincin nikah yang ada di jari manisnya, sedangkan tangan kirinya memeluk Gabriel. Terpancar ketampanan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dari dirinya.

Pada hari itu, hanya tiga set yang diambil dan semuanya diambil dalam pakaian bergaya Cina seperti yang dikatakan Megan dahulu.

Ketika foto sudah dicetak, karyawan toko itu secara khusus mengantarkan hasil foto ke rumah mereka.

Megan sudah tak sabar untuk membuka foto pernikahan itu. Mereka berempat terlihat begitu bahagia dan penuh kehangatan di dalam foto tersebut.

Megan pun berteriak: "Sayang, cepat kemarilah. Lihat, foto pernikahan kita sudah datang."

Royce mengelap tangannya dan berjalan keluar. Ketika melihat Megan di dalam foto itu, ia tersenyum dan berkata: "Kita letakkan foto itu di ruang tamu supaya semua tamu yang datang dapat melihat istriku."

Megan memelototinya dan berkata: "Tak tahu malu!"

"Tidak ada yang memalukan. Istriku cantik, mengapa harus ditutup-tutupi. Aku harus menunjukkannya agar para bujangan itu semuanya iri denganku."

Setelah itu, Royce mengambil foto pernikahan tersebut dan langsung memakukannya pada dinding ruang tamu.

Wajah Megan sedikit memanas. Ia menatap Royce dengan malu-malu dan berkata: "Benar-benar diletakkan di ruang tamu, ya. Aku agak malu."

"Aku begitu tampan, malu apa," jawab Royce. Lalu, ia kembali berkata dengan sedikit kesal: "Aku tidak peduli. Ini adalah keputusanku."

Megan gagal membujuk Royce. Semua orang pada awalnya mengatakan bahwa foto pernikahan seharusnya diletakkan di dalam kamar, tetapi Royce memaksa untuk meletakkannya di ruang tamu.

Kemudian, Megan akhirnya tahu. Royce bisa memandangi foto pernikahan itu seharian. Ia terkadang bisa memandanginya selama lebih dari sepuluh menit.

Jika foto pernikahan ini diletakkan di dalam kamar, ia khawatir tidak akan punya waktu untuk melihatnya.

Beberapa waktu kemudian, Royce masih belum puas dan ia meminta orang untuk memperbesar ukuran foto itu, sehingga membuat seluruh dinding di ruangan itu menjadi foto pernikahan mereka.

Ririn dan Gabriel begitu gembira. Mereka tersenyum melihat foto mereka sendiri setiap hari. Royce pun demikian. Ia tidak bosan-bosan melihat foto itu.

Megan lama-kelamaan menjadi tidak tahan dan akhirnya bertanya pada Royce: "Mengapa kamu harus meletakkannya di ruang tamu. Setiap hari melihatnya, membuatku kesal."

"Kamu tidak mengerti tentang ini," jawab Royce sambil tersenyum. Ia memeluk Megan dan berkata: "Aku tidak bosan melihatmu. Kamu ini tidak mengerti pria. Untung saja hari itu tidak di rumah. Kalau tidak, aku tidak akan tahan melihatmu mengenakan gaun itu."

Megan teringat dengan kejadian pada saat itu dan masih sedikit tidak mengerti, kemudian ia berkata: "Kamu tidak mau melihatku waktu itu, aku pikir kamu tidak menyukainya."

"Karena aku sangat menyukainya, makanya aku tidak berani melihatmu," jawab Royce sambil mencium dahi Megan. Ia kembali berkata: "Sama seperti seorang bayi, aku ingin menjaganya baik-baik."

Megan tersenyum dan memarahi Royce karena terus bercanda. Keduanya bersenda gurau sebelum akhirnya tertidur.

Mendekati hari resepsi pernikahan, Megan merasakan ada ketakutan dan kecemasan di dalam dirinya yang sulit dijelaskan.

Setengah bulan kemudian, resepsi pernikahan itu diadakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Pagi-pagi sekali, Megan sudah bangun. Ia melihat Anthony mengirimkan SMS yang berbunyi: "Semoga Bibi dan Paman hidup bahagia selamanya."

Royce juga bangun pagi-pagi. Sambil mengenakan pakaian, ia berkata: "Entah ada apa dengan Harland. Dia bilang kalau dia tidak bisa datang hari ini karena ada urusan. Padahal waktu itu dia bilang tidak ada apa-apa."

"Mungkin ada operasi yang harus dilakukan di rumah sakit. Maklum kalau dia tidak bisa datang."

Royce mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi.

Pada pukul lima, mereka berdua bangun dan bersiap-siap. Semua undangan sudah dikirim. Banyak orang yang datang pada hari itu. Bagaimanapun juga, Royce memiliki status sosial yang tinggi. Siapa pun yang diundang olehnya pasti tidak sabar untuk menghadiri pesta tersebut, kecuali Harland.

Anna juga datang ke vila lebih awal. Ia mengundang banyak sanak saudara. Banyak makanan kecil seperti permen-permen, telur merah, kue-kue, dan sejenisnya yang dipersiapkan di dapur.

Anna juga secara khusus menyisir rambut Megan dan berkata: "Wanita yang sudah menikah pasti akan berbeda. Kamu harus menjalani hidup yang bahagia bersamanya seumur hidup."

Megan menatap Anna dengan mata yang memerah, kemudian ia mengangguk pelan.

Anna juga mengambil sebuah anglo supaya dilangkahi oleh Megan ketika dirinya keluar dari ruangan.

Sambil menggandeng tangannya, mereka turun ke bawah. Suara petasan terdengar di telinga, sungguh meriah.

Di kerumunan para undangan pesta, Megan samar-samar melihat sosok Harland.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu