Seberapa Sulit Mencintai - Bab 316 Sengsara

Dia terkadang sangat iri pada Megan.

Saat Royce disamping William menjadi Pesuruh, sangat bekerja keras, sampai terkadang beberapa hari beberapa malam juga tidak tidur.

Dia berdiri dikoridor rumah William, sering tengah malam melihat Royce berdiri di rumput menghadapi tongkat kayu latihan.

Namun juga baik.

Saat tubuh dia penuh luka, dia juga bisa mendekati Royce.

Sekali itu, dia mengantar obat untuk Royce, lalu duduk disampingnya, juga disaat langit terang begini.

Dia bertanya Royce: "Kamu begitu berusaha untuk apa, sebenarnya kamu tidak perlu menjadi Pesuruh, datang kesamping aku kerja, aku bisa memberi kamu gaji yang tinggi."

Royce hanya menunduk kepala melihat dia, lalu menggeleng kepala, terus latihan.

Ada sekali dia latihan sampai muntah darah dan masuk ke rumah sakit.

Tiga hari tiga malam, dia yang menjaga disamping Royce.

Dalam tiga hari itu, nama yang di panggil Royce adalah: "Megan."

Waktu itu dia sedang berpikir, mungkin dia sedang mengatakan hari dibulan enam.

Tapi dia tidak menyangka, itu adalah nama seseorang.

Sebagai nona anak orang kaya, disamping Michelle tidak pernah kurang pria, seperti William.

Tapi Michelle tidak pernah suka padanya, dia mencintai Royce.

Disaat siang itu.

Cinta ini benar-benar sangat menakjubkan.

Mungkin bukan karena status keluarga, wajah, kemampuan, terkadang hanya satu tatapan saja sudah suka padanya.

Tapi satu tatapan ini rupanya hubungan tidak baik.

Kemudian Michelle berpikir, jika dia waktu itu tidak begitu gigih dan tidak begitu keras kepala, mungkin dirinya tidak terjadi situasi ini.

Demi balas dendam, bahkan rela menikah dengan Anthony, kehidupan yang sengasara itu bahkan William juga membenci dirinya.

"Michelle! Jangan!" William sangat sedih, dari pelukan Royce merebut mayat Michelle, lalu memeluk erat dia, "Jangan pergi, kamu lihat aku, aku belum menikah dengan kamu, aku belum membawa kamu melihat tempat tercantik didunia ini, kamu bangun dulu, kita segera pergi menikah."

Tapi Michelle yang dalam pelukannya sudah tidak ada respon lagi.

Darah, bukan hanya membasahi rumput, juga memerahi baju Royce dan William.

Sampai Michelle didalam pelukannya kehilangan suhu, William baru dengan tampak sedih mencium dahinya.

Satu tetes air mata juga menetes di pipi Michelle.

"Aku tidak pernah menyalahkan kamu, saat kamu bersama dengan pria lain, aku juga tidak menyalahkan kamu, aku hanya benci, orang yang kamu cintai bukan aku."

William berbisik ditelinganya mengatakan: "Kamu tenang saja, aku akan bantu kamu balas dendam."

Selesai bicara, dia dengan pelan meletakkan Michelle diatas rumput, kemudian pelan-pelan berdiri.

Melihat lingkungan baik yang disana, dia baru merasa rupanya dunia sangat cantik, jika dari awal tidak melakukan hal ini, mungkin dia sama sekali tidak perlu melakukan hal ini.

Hanya saja......semuanya sudah berbeda.

Dia berbalik badan, tanpa ragu berjalan ke arah Yunita.

Ini pertama kali, Yunita melihat seluruh tubuh William penuh dengan kekejaman.

Hawa itu membuat orang takut, disaat ini dia bahkan merasa, William seperti orang yang datang dari neraka dan ingin mengambil nyawa dia.

Benar, saat dia berjalan sampai depan Yunita, tanpa ragu menampari dia.

Tamparan itu, langsung membuat setengah wajah Yunita bengkak.

"Sengaja kan?" William mengurut tangannya, "Pembunuh, apa tujuan kamu?"

'Pembunuh' Kata ini, saat terdengar Yunita membuatnya dia merasa sangat menyakiti telinga.

Dia menutup wajah, setelah memuntah darah dia menatap William: "Aku......"

"Jangan jelaskan pada aku, Yunita utang ini aku akan perhitungkan dengan kamu, kamu membunuh wanita yang aku cintai, kamu tunggu, aku pasti akan membuat kamu sengsara!"

Melihat tatapan William yang penuh dengan benci ini, hati Yunita menjadi sakit.

Dia tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan dia, hanya merasa sangat sedih.

Dia ingin jelaskan, dirinya bukan pembunuh.

Tapi kenyataannya adalah Michelle yang memanggil dia datang kesini, jika tidak dia tidak akan mati.

Sekejap Yunita tidak bisa jelaskan, dalam hati sangat sedih, tidak nyaman, tapi tidak bisa lampiaskan.

William hanya tertawa dingin, didepan Yunita langsung menelepon.

Tidak lama, telepon tersambung.

William langsung berkata: "Aku ingin segera memonopoli semua kerja sama Yunita didalam pasaran, dalam waktu satu minggu, aku ingin perusahaan dia bangkrut! Segera laksanakan."

Yunita sekejap melotot dengan tidak menyangka melihat William.

Setelah dia menutup telepon, Yunita baru sadar kembali lalu menarik baju dia.

Tapi William hanya dengan dingin melihat tangannya, berkata: "Lepaskan tangan jorok kamu."

Tubuh Yunita gemetar, tangan juga pelan-pelan turun.

William berbalik badan pergi, mata Yunita juga memerah, meskipun dia dengan kuat menahan perasaannya, tapi tetap tidak bisa ditahan.

Perusahaan itu, dari dia tamat sampai sekarang, semuanya dia usaha sendiri, baru ada penghasilan hari ini.

Setiap keuangan, setiap kerja sama, dia semua lakukan sendiri.

Dengan susah payah baru mendapatkan hasil ini, hanya karena perkataan William langsung hancur.

Yunita menyeka air mata, lalu berkata pada dia, "Tuan William, aku mohon kamu, bisakah jangan begini......"

"Kamu berlutut memohon aku." William tidak berbalik badan: "Kamu berlutut, mungkin aku masih bisa pikirkan."

Yunita tidak mengatakan apapun, langsung berlutut dibelakang William.

Setelah William mendengar suara, baru berbalik badan melihat Yunita.

Saat melihat dia berlutut dalam hati ada suatu perasaan yang tidak bisa diungkapkan.

"Kenapa? Harga diri kamu begitu tidak berharga?"

Yunita menunjukkan senyuman yang pucat, melihat sindiran William hanya berkata: "Aku tidak ingin, sehari tidak ada makan, aku tidak disaat aku dipukul tidak bisa melawan, aku lebih tidak ingin melihat saat orang yang aku pedulikan di maki orang, aku hanya bisa tidak berdaya, harga diri dibandingkan ini, tidak penting."

Sambil berkata Yunita juga dengan pelan mengetuk kepala, lalu berkata: "Aku bisa terus berlutut, berlutut sampai kamu puas."

William juga dengan pelan menunduk kepala melihat, tidak tahu apa yang dipikirkan dalam hatinya.

Setelah diam sejenak, dia mendadak tertawa berkata: "Kalau begitu kamu terus berlutut saja, aku sama sekali tidak berencana membiarkan kamu, Yunita, aku sudah katakan, aku akan membuat kamu sengsara."

Royce mengerutkan dahi, kemudian berdiri berjalan sampai samping Yunita dan menggandeng dia berdiri, lalu dengan serak katakan: "Jangan khawatir, tidak apa-apa."

"Royce!" William memegang erat tangannya, dengan marah berkata: "Kamu jangan bangga, jika bukan karena dia, Michelle tidak akan mati."

Royce melihat tampak William begini, mendadak merasa khawatir.

Dia tidak pernah melihat dia begini, apalagi mengatakan kata seperti ini.

Kemudian William menunjuk Royce berkata: "Wanita ini, adalah adik dari istri kamu dan orang yang dia bunuh adalah ayah kamu, utang ini aku akan memperhitungkan dengan kamu!"

Royce baru tahu, lalu melihat Nickson yang digeladak, dia baru mengerti.

Rupanya tujuan dia, bukanlah Megan.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu