Seberapa Sulit Mencintai - Bab 321 Berlutut Dulu

Royce ingat, Megan sebenarnya sangat takut gelap.

Setiap mati lampu atau cuaca berpetir, dia juga akan takut sampai menyusut ditempat tidur.

Saat itu, dia setiap hari mengangkat batu bata sampai malam, terkadang jam 9 atau 10 baru pulang.

Tempat tinggal mereka adalah rumah tua, jika melebihi beban listrik, pasti akan mati lampu, ini juga masalah yang sering terjadi.

Ada sekali hujan badai ditambah mati lampu, saat itu dia bergegas menyelesaikan pekerjaan lalu pulang dan melihat Megan menyusut ditempat tidur, lalu menangis dan memanggil nama dia.

Tampak dia sangat kasihan juga membuat orang sakit hati.

Dia bergegas berjalan kedepan, juga takut bajunya mengotori dia, jadi duduk di samping dengan hati-hati membujuknya: "Megan, kamu kenapa?"

"Royce......" Megan dengan takut melihat dia, air mata masih ada diwajah, lalu dengan gemetar katakan: "Aku, jika aku sudah jorok, apakah kamu masih menginginkan aku?"

"Pei, kamu jangan asal bicara." Royce mengerutkan dahi, kemudian mengelus rambutnya: "Jangan asal bicara, aku bisa sakit hati."

Mata Megan memerah, tampak dia yang menahan perasaan ini membuat Royce sakit hati.

Dia tidak tahu Megan kenapa bisa menjadi begini, sampai akhirnya dia baru menyadari Megan ada kecenderungan bunuh diri, baru tahu rupanya dalam lubuk hatinya ada rasa tidak berdaya dan tidak percaya diri.

Dia takut Handoko melakukan hal seperti itu terhadapnya dan membuat dia selamanya malu bahkan tidak berani menghadapi Royce.

Juga takut, Royce karena ini akan bosan padanya bahkan membenci dia.

Dia ingat, waktu itu Royce berkata padanya.

"Megan, jika suatu hari aku Royce tidak ingin kamu lagi, pasti karena aku sudah mati."

Dia juga memeluk Royce menangis, tangannya memegang pisau.

Dia sebenarnya tidak suka menangis, tapi tidak tahu kenapa setiap berkaitan tentang masalah Royce, air mata dia pasti tidak terkendali.

Jadi Royce merasa dirinya berutang pada Megan, dimasa muda dia, tidak memberi dia kehidupan yang baik, membiarkan dia mengikuti dirinya hidup susah.

Dia dulunya sekali demi sekali mengatakan pada dirinya, harus sama seperti seorang pria, harus memberikan Megan kehidupan yang senang.

Tapi kenyataan sangat tak berdaya, bukan dia ingin lakukan, sudah bisa dilakukan.

Dia mendorong Megan pada Anthony, karena dia menyadari, Anthony lebih cocok dengan Megan daripada dirinya.

Anthony sangat tenang, elegan, status keluarga juga baik.

Dengan begini baru bisa memberi kebahagian pada Megan.

"Royce......Royce?" Dari telinga mendadak terdengar suara yang lembut.

Seolah-olah sedang memanggil nama dia.

Dia membuka matanya, lalu melihat seorang wanita duduk disampingnya.

"Sudah sadar, dokter cepat lihat, sudah sadar!" Suara wanita sangat senang.

Royce sebenarnya bangun dihari kedua.

Hanya saja dia tidak sangka orang yang duduk di depan dia bukan Megan, tapi Kelly.

"Megan di mana?" Dia dengan pelan bertanya.

Kelly terkejut, ekspresi juga kaku sejenak, mungkin tidak menyangka, bahwa Royce yang baru sadar akan duluan bertanya Megan di mana.

"Dia......" Kelly menunduk kepala: "Masih ditempat Tuan Nickson, seharusnya tidak ada masalah."

Royce mendengar ini, dengan lemah membuka selimut.

Kelly melihat ini bergegas menarik dia: "Apa yang kamu ingin lakukan, luka kamu belum sembuh, jangan bergerak dulu."

"Aku bukannya sudah menyuruh orang menolongnya? Mengapa masih bisa di sana?" Royce terluka parah, bahkan tidak memiliki banyak tenaga untuk berbicara.

Kelly sangat sakit hati, bergegas memegang tangannya: "Tuan, bisakah kamu jangan bergerak dulu, aku suruh orang pergi cari, jika sudah temukan pasti akan kabari kamu."

Selesai bicara Kelly memaksa dia untuk kembali ke tempat tidur.

Royce terluka parah, jadi tidak ada tenaga untuk melawan, dengan wajah yang pucat melihat Kelly: "Kamu lebih baik menjamin bahwa perkataan kamu sekarang ini benar, bukan palsu, jika tidak tunggu aku sembuh......"

Kelly bisa mendengar keluar, perkataan Royce ini sangat serius dan membawa ancaman.

Hanya saja Kelly tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya mengangguk kepala saja: "Aku tahu, aku sekarang pergi urus."

Selesai bicara Kelly membantu Royce rapikan selimut baru keluar.

"......"

Masalah itu sudah berlalu sepuluh hari.

Michelle juga sudah meninggal selama sepuluh hari.

Setelah orang Keluarga Sun mendengar kabar Michelle meninggal, semua datang kesini.

Ini adalah masalah besar, Keluarga Sun diluar negri sangat kaya dan status juga tinggi.

Apalagi ini adalah satu-satunya anak Keluarga Sun, meninggal begini pasti akan tanya masalah ini.

Meskipun harta dan bisnis Nickson sudah direbut, tapi orang yang dikelas tinggi juga mengerti.

Royce adalah anak Nickson yang diluar nikah, meskipun sudah direbut Royce, tapi status dan posisi Nickson masih terpapar disana.

Jadi jika membalas dendam pada Nickson, tidak realistis.

Meskipun begini, Keluarga Sun juga harus menemukan orang yang bersalah ini.

Dan orang itu adalah Yunita.

"Wanita murahan, kamu yang membuat putri aku meninggalkan?"

Suara 'Bam', Ayah Su mengambil gelas yang dimeja dan memukul ke arah dahi Yunita.

Disamping ada yang memegang Yunita, membuat dia tidak bisa bergerak, hanya bisa menerima pukulan gelas itu.

Pukulan itu membuat kepala Yunita berdarah, tapi tidak bisa bergerak, hanya bisa dipegang orang ini.

"Aku beritahu kamu, masalah ini tidak akan selesai, Keluarga Sun juga tidak akan membiarkan kamu!" Ibu Sun menyeka air mata berkata: "Sekarang bawa dia ke rumah duka, biarkan dia berlutut selama tiga hari tiga malam!"

Yunita melihat tampak mereka begini, juga merasa sedih.

Dia dengan sikap Megan berbeda, sedikit lemah, dalam kondisi begini, dia tidak melawan, karena merasa Keluarga Sun sangat kasihan.

Michelle juga kasihan.

Dia sudah mencintai Royce seumur hidup, juga membenci dia seumur hidup, akhirnya meninggal karena dia.

Yang paling penting adalah, masalah ini memang karena dia, jika bukan dia memanggil Michelle kesana, mungkin tidak akan terjadi hal ini.

Orang Keluarga Sun dengan paksaan membawa Yunita ke rumah duka dan berlutut disamping Michelle.

Dia bahkan bisa melihat jelas Michelle yang sudah dimake-up cantik, menakutkan juga kasihan.

Orang yang baik-baik, bisa meninggal begitu saja.

"Berlutut!" Orang yang disamping menendang lututnya, suara 'Bam', lalu Yunita baru berlutut dilantai yang dingin.

"Kamu lebih baik jangan bangun, jika tidak, situasi kamu akan lebih kacau dari ini, pikirkan perusahaan kamu dan karyawan itu......"

Karyawan itu rata-rata mengikuti Yunita dari mulai bisnis sampai sekarang, jika bangkrut, mereka juga akan kehilangan pekerjaan.

Dia menjadi panik, lalu menarik orang yang disamping: "Aku, aku akan berlutut, kalian jangan melakukan hal yang kejam itu, para karyawan itu tidak bersalah, yang salah adalah aku, kalian sama sekali bisa mencari orang untuk menggantikan posisi aku, tidak perlu menghancurkan perusahaan itu."

Ibu Sun juga menyeka air mata, lalu berjalan keluar dari aula dan dengan dingin berkata: "Masalah ini bisa dibahas lagi, kamu berlutut dulu."

William yang didepan pintu ini juga melihat adegan ini, mata yang biru ini juga terlihat sedih.

"Michelle......" Dia dengan suara kecil memanggil, hati selalu merasa kosong.

"Tuan, perlu masuk ke dalam jelaskan, karena......"

"Karena apa?" William dengan dingin melihat dia: "Semua ini karena Yunita, dia berlutut juga wajar, jika digantikan dengan aku pasti sudah membunuh dia!"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu