Seberapa Sulit Mencintai - Bab 56 Kebenaran Yang Mengejutkan

"Jangan pergi!" kata Megan sambil menghentikan Anthony: "Kamu tahu siapa dia kan? Seluruh wilayah Jing State ini adalah miliknya. Bukankah hanya akan menyusahkan saja. Anthony, jangan lakukan ini!"

Anthony menjawabnya dengan penuh amarah: "Benar, dia adalah Tuan Muda Jing State, tapi aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu! Aku akan membereskan masalah ini dengannya. Jika tidak bisa, aku akan melapor pada polisi!"

Anthony adalah seseorang yang sangat keras kepala. Dahulu, ketika ia sedang menempuh pendidikan di bidang hukum, ia juga sama seperti ini. Jika mengalami hal-hal yang membuatnya marah, ia pasti akan turun tangan. Setelah lulus, ia tidak bekerja sebagai pengacara, tetapi sifatnya ini tetap tidak berubah. Terlebih lagi, yang terluka adalah wanita yang paling dicintainya.

"Jangan membuat keributan, Anthony. Besok adalah hari raya kemerdekaan. Lebih baik kita pikirkan mau pergi ke mana. Kalau kamu membuat masalah, apa besok kamu masih punya keinginan untuk pergi?"

Anthony tertegun. Ia menatap Megan dan berkata: "Kamu…… Bukankah kamu bilang tidak pergi?"

"Kita pergi kalau kamu tidak membuat masalah."

Megan tidak ingin Anthony mencari masalah dengan Sonny. Lagi pula, terlepas dari apakah tindakannya itu akan berhasil atau tidak, Sonny jelas tidak akan tinggal diam dengan masalah Yunita ini. Jika Anthony ikut campur, masalah ini tidak akan ada habisnya.

Setelah mendengar perkataan Megan itu, Anthony pun sedikit tersenyum. Ia melihat Lucy yang sedang duduk, lalu menggaruk kepalanya dan berkata: "Kalau…… begitu, aku akan pergi membeli tiket, mari kita pergi ke Kota Tua."

"Oke," jawab Megan sambil menganggukkan kepalanya. Di dalam hati, ia hanya berpikir untuk melupakan masalah ini.

Setelah sedikit menipu Anthony, Lucy menghela napas dan berkata: "Anthony adalah anak yang sangat baik. Kalau saja dia tinggal pada zaman dahulu, siapa pun yang menikah dengannya, orang itu akan menjadi miliknya seumur hidup."

Megan mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti mengapa Lucy tiba-tiba berkata demikian.

Setelah lebih dari dua jam, Handoko akhirnya didorong keluar. Dokter menyebutkan bahwa operasi itu berjalan dengan sukses.

Lucy menangis dan tersenyum setelah mendengar berita tersebut.

Akan tetapi, Megan malah tidak senang. Ia berharap Handoko mati saja agar tidak membahayakan Yunita.

Ketika mengingat Yunita, ia juga tidak tahu sebaiknya harus bagaimana. Ia menyembunyikan Yunita pada Herlina. Sekalipun Sonny mencari di seluruh Jing State, ia pasti tidak mengira kalau Yunita berada di tempat seperti itu.

Tetapi, bagaimana jalan yang harus dilalui Yunita selanjutnya, adalah sebuah masalah besar.

Jika ia memberitahukan masalah ini pada Anthony, pasti Anthony akan membantunya dengan senang hati. Akan tetapi, Anna telah sangat kecewa pada dirinya karena banyaknya masalah yang terjadi belakangan ini. Anna bahkan meminta Anthony untuk menghubungi Nona Zheng secara diam-diam. Jika ia meminta bantuan Anthony untuk mengurus masalah tentang pergantian kartu keluarga dan pendidikan Yunita ini, ia khawatir akan menyebabkan masalah lagi.

Masalah-masalah ini membuat Megan pusing dan sangat kelelahan.

Pada malam itu, kartu kamar di tangannya sangat panas, dan ia pun berjalan di tengah-tengah keramaian.

Kemudian, ponselnya berdering. Ketika dilihat bahwa yang meneleponnya itu adalah Anthony, Megan pun tidak mengangkatnya. Ia mengirimkan SMS kepadanya yang mengatakan bahwa dirinya sedang bekerja lembur di kantor demi hari libur besok.

Anthony pun segera membalas SMS itu. Ia mengatakan kalau dirinya telah membeli tiket kereta api untuk perjalanan ke Kota Tua Qingxia besok.

Megan menggenggam ponselnya. Sesuai dengan perjanjian, ia pergi ke lantai 22 Hotel Huali.

Lantai 22 merupakan ruangan VIP mewah di Hotel Huali. Megan berdiri di depan pintu, ia merasa sedikit gelisah.

Tangannya terangkat dan sedikit menggantung. Ketika ia tengah melamun, tiba-tiba pintu itu terbuka.

Pria yang berdiri di hadapannya itu adalah Royce. Ia mengenakan kemeja putih dan celana kain. Kancing di bagian leher kemeja itu tidak dikancingkan, memperlihatkan jakun dan tulang lehernya. Ada tetesan air di wajahnya yang tampan, mungkin ia baru saja selesai mencuci wajah. Royce tampak bermalas-malasan dan tak teratur.

Royce mengangkat ujung bibirnya dan tersenyum nakal. Tetapi, itu tidak membuat orang membencinya, malah membuat jantung berdegup kencang.

"Masuklah," kata Royce sambil memberi jalan padanya.

Megan terdiam sebentar, kemudian masuk ke dalam.

Royce menutup pintu dan berjalan melewati Megan menuju ke tempat duduk di meja dengan komputer di atasnya itu. Entah apa yang sedang dilakukannya.

"Duduklah sebentar."

Megan berdiri di belakang Royce. Ia menatapnya, kemudian menyadari kalau layar komputer Royce dipenuhi oleh pekerjaan yang sebagian besar dalam bahasa Inggris. Megan tidak memahaminya, tetapi Royce mengerjakannya dengan rapi dan teratur.

Jika dibandingkan dengan lima tahun yang lalu, bagian punggung Royce telah jauh berubah, tampak lebih kuat dan memiliki rasa aman, terutama ketika ia sedang bekerja seperti saat ini, benar-benar semacam memiliki mantra yang mematikan.

Royce…… Dalam lima tahun ini, ia telah banyak berubah.

Tetapi Megan…… Selain belajar merokok, minum, dan berkelahi, tidak ada hal lain yang dipelajarinya.

Sekarang, Megan merasa sedikit rendah diri.

Royce bekerja dengan sangat serius. Ia tidak berbicara apa-apa. Hanya terdengar suaranya mengetik dan membolak-balik dokumen.

Megan duduk di tempat tidur dan menatapnya diam-diam.

Satu jam kemudian, Royce mematikan komputer, lalu memutar kepalanya. Mereka berdua saling bertatapan. Royce tersenyum dan berkata: "Sudah tidak sabar?"

Wajah Megan memerah, lalu berkata: "Bukankah kamu sangat menyayangi Bibi? Mengapa tidak menemaninya di malam hari? Malah pergi selingkuh?"

Royce berdiri. Ia memiliki postur tubuh yang tinggi, yaitu 180 cm. Kemudian, ia berjalan ke depan Megan dan mengulurkan tangan untuk membelai kepalanya, serta berkata: "Aku takut kamu bunuh diri. Siapa yang akan kucari nanti kalau mau selingkuh."

Megan menggigit bibirnya, lalu mendorongnya dan berkata: "Bajingan."

Sambil berbicara, ia mengambil tasnya dan berjalan menuju pintu keluar.

Royce pun tidak menghalanginya. Ia melihat tubuh Megan dari belakang diam-diam dengan penuh ketertarikan.

Ketika telah sampai di pintu, Megan menyadari kalau Royce tidak menghentikannya. Ia pun berhenti dan menoleh ke belakang.

Ia memandang ke arah bawah dan melihat kaki Royce yang mengenakan sandal……

Ada dua jari yang hilang di sana.

Dalam ingatannya, Royce tidak seperti itu.

Megan terkejut. Ia teringat kalau Sonny pernah mengatakan bahwa Royce pernah dipotong tangan dan kakinya beberapa tahun yang lalu.

Jangan-jangan, itu memang benar?

Melihat Megan yang melamun ketika menatap kakinya, mata Royce sedikit gemetar. Kemudian, ia dengan tenang berjalan ke samping dan mengenakan sepatu.

"Royce……" Megan membuka mulutnya dan berkata: "Aku pikir……"

"Jangan bertanya tentang hal-hal yang tidak seharusnya kamu ketahui. Orang yang paling cepat mati di dunia ini adalah mereka yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat," kata Royce dengan raut wajah yang tiba-tiba dingin, bahkan suaranya pun terdengar dingin.

Megan mengerutkan kening dan berjalan dengan perasaan tidak nyaman: "Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi denganmu dalam beberapa tahun terakhir ini. Aku tidak percaya kalau kepergianmu pada saat itu adalah demi uang dan aku lebih tidak percaya lagi kalau kamu meninggalkan aku……"

"Jangan berpikir sebaik itu tentang aku," kata Royce menyela perkataan Megan dengan dingin: "Sudah kukatakan sebelumnya, jika seseorang tidak memperhatikan perkembangan dirinya sendiri, dia tidak akan mendapat tempat di mana pun."

"Tapi, kamu bukan orang seperti itu!"

"Mengapa tidak?" balas Royce sambil tersenyum. Ia kemudian dengan tenang berkata: "Berapa banyak orang di dunia ini yang mau menjadi biasa-biasa saja seumur hidupnya? Apa yang bisa kudapatkan kalau aku bersama denganmu?"

Megan terhuyung: "Jadi, Michelle yang membiayai pendidikanmu? Sekalipun tidak mencintainya, kamu juga akan tetap bersamanya?"

Bola mata Royce bergerak. Tanpa berkata apa-apa, ia menggenggam tangan Megan dan berjalan ke balkon.

Angin hangat bertiup di balkon. Menatap ke kejauhan, seluruh Jing State terlihat dalam pandangannya.

"Lihatlah, betapa indahnya dunia ini. Sayang, keindahannya hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki harta dan kedudukan tertentu."

Megan menoleh dan menatap Royce, air matanya menetes dan tertiup angin: "Jadi, tidak peduli sekeras apa pun aku berusaha, kita tidak akan pernah bisa bersama, ya kan?"

"Benar," jawabnya enteng.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu