Seberapa Sulit Mencintai - Bab 366 Bawalah Pulang Saja

"Ma, maaf." kata Kimmy dengan panik, ia juga tidak melihat siapa orang yang ia tabrak itu.

Tubuh James jauh lebih tinggi dari Kimmy, mungkin karena kehidupannya di desa sangat susah, tubuh Kimmy tidak tumbuh sampai setinggi Kelly, umurnya sudah delapan belas tahun, tapi tingginya masih belum sampai seratus enam puluh sentimeter.

Kalau dilihat sekilas, ia terlihat seperti seorang anak kecil yang berlari keluar dari rumah, awalnya James tidak mempedulikannya, tapi tak disangka, saat ia menundukkan kepalanya, ia pun melihat wajah Kimmy yang merah dan membengkak itu.

Belum sampai James berkata apa-apa, Kimmy pun segera berlari dengan panik dari sana.

James merasa ada yang tidak beres, ia melihat ke arah rumah Keluarga Ning, lalu melihat Ibu Ning yang terlihat kesal dan membawa sebuah tongkat kayu di tangannya.

"Anak ini, kenapa tidak mau menurut, untuk apa sekolah, sudah seharusnya anak perempuan itu bekerja di rumah, yang seharusnya sekolah itu anak laki-laki, dasar!"

Sebenarnya, James sudah pernah mendengar sedikit bagaimana keadaan Keluarga Ning, Keluarga Ning turun-temurun sudah hidup di dalam desa ini, tak banyak yang pernah meninggalkan desa ini, wajar saja kalau pemikirannya agak terbelakang, sama seperti keluarga yang lebih mementingkan anak laki-laki daripada anak perempuan, Keluarga Ning selalu memberikan apa yang terbaik untuk anak laki-laki terkecil mereka, dengar-dengar katanya mereka juga sempat ingin menikahkan Kelly yang dulu masih berumur lima belas tahun agar bisa mendapatkan mas kawin yang besar.

Tapi Kelly kabur dan hidup di luar sejak saat itu, entah kabar ini benar atau tidak.

Tapi sepertinya, kabar bahwa Keluarga Ning lebih mementingkan anak laki-laki daripada anak perempuan tampaknya bukanlah kabar yagn palsu.

Sepertinya, Kimmy baru saja dipukuli oleh Ibu Ning, gadis kecil ini berbeda sekali dengan Kelly yang keras itu, kalau yang dipukuli barusan ini adalah Kelly, ia pasti sudah menampar balik ibunya.

James menghela nafasnya, lalu melihat ke arah Kimmy pergi tadi, ia pun berjalan perlahan-lahan ke arah sana sambil bergumam, "Keluarga ini, benar-benar, sepertinya wajar saja kalau Kelly pergi dari keluarga ini, daripada dipaksa bekerja keras untuk membiayai sekolah adik laki-lakinya, lebih baik bekerja di luar sendiri saja, tapi lihat dulu pekerjaannya baik atau tidak."

Namun yang membuat James tidak menyangka, ternyata Kimmy ini berlari ke pinggiran sungai dan memegang sebuah tongkat kayu di tangannya, ia memukul-mukul permukaan sungai itu dengan sekuat tenaga.

Musim dingin di pedesaan, sebagian besar jauh lebih dingin dari musim dingin di perkotaan, jadi wajar saja kalau permukaan sungai di desa membeku.

James melihat ke arah Kimmy yang sedang memukul-mukul permukaan sungai itu sambil bergumam sendiri, "Aku hanya ingin sekolah saja, aku tidak mau tinggal di sini selamanya, aku mau jadi orang sukses, aku akan membuktikannya pada kalian, anak perempuan juga bisa lebih sukses dari anak laki-laki!"

Baru saja ia selesai bicara, permukaan es itu pun pecah.

Melihat air sungai di sana mengalir keluar perlahan-lahan, Kimmy pun menurunkan tangannya perlahan-lahan, lalu berjalan ke arah bebatuan besar di sana dengan kesal, dan duduk di sana.

Baru saja ia duduk, tiba-tiba ia pun mendengar sebuah suara dari semak-semak, "Kau ingin sukses dengan cara apa? Berkelahi? Bertarung? Atau menjadi anggota mafia?"

Semua ini adalah hal-hal yang pernah dilakukan oleh Kelly, mungkin karena hal itu pula, James merasa Kimmy tak akan jauh berbeda dari Kelly.

Kimmy yang terkejut dengan perkataan James itu langsung membalikkan kepalanya, begitu melihat mata James, keberanian dalam hatinya pun langsung menghilang, setelah mundur beberapa langkah, ia pun berkata, "Kata Ibu, orang yang diam-diam mendengar perkataan orang lain, lidahnya akan dipotong."

Perkataan ini kalau keluar dari mulut Kelly, James pasti mengira kalau Kelly sudah gila.

Namun, sungguh sangat aneh dan kebetulan sekali, seorang gadis yang rupanya sangat mirip dengan Kelly mengatakan perkataan seperti ini dengan polos dan lugu, malah membuah James teringat kembali pada saat dirinya masih bersama-sama dengan Kelly.

Seketika ia merasa, kalau dari awal Kelly tetap adalah Kelly, tidak berubah, mungkin saja......

Tiba-tiba James pun tersenyum dan berkata, "Nih, kuberitahu, mendengarkan perkataan orang lain diam-diam memang tidak baik, tapi aku bisa mengajarimu pelajaran di sekolah, kau mau tidak?"

Saat James mengatakannya, wajahnya masih tersenyum, senyumannya sangat tipis, bibirnya terangkat sedikit ke atas, sangat indah sekali.

Kimmy sama sekali tidak berani menatap mata James, ia menundukkan kepalanya, wajahnya memerah, entah karena kedinginan atau karena malu, dengan terbata-bata ia berkata, "Kau mengajariku pelajaran sekolah, kau kelihatannya juga tidak begitu tua, apa kau bisa?"

"Aku sudah berumur dua puluh." James berjalan ke samping Kimmy, tubuhnya yang tinggi itu berdiri di samping Kimmy, dan tinggi Kimmy hanya sampai di dadanya saja.

"Pikirkanlah." suara James terdengar sangat nyaring dan jelas seperti pemuda-pemuda biasanya, "Pikirkanlah baik-baik."

Lalu, ia pun membalikkan badannya dan pergi dari sana, setelah itu barulah Kimmy berani melihat ke arah James.

Pemuda itu berjalan dengan santai dan menggaruk-garuk belakang kepalanya dengan tangannya, jari-jarinya sungguh sangat bagus, di bawah sinar matahari, ia tampak seperti sebuah lobak yang sangat putih dan bersih, kelihatan jelas sekali bahwa ia tak pernah melakukan pekerjaan yang berat.

Mungkin ia adalah anak keluarga orang kaya.

Kimmy menebak-nebak sendiri dalam hatinya, kalau dia adalah anak keluarga orang kaya, mungkin belajar darinya adalah suatu pilihan yang tepat, karena bagaimana pun orang kaya sudah bersekolah dari mereka kecil, berarti seharusnya kemampuan mereka tidak lebih rendah dari guru-guru di kabupaten.

Seketika, Kimmy pun merasa sendang, perasaan marah dan kesal di dalam hatinya itu pun juga langsung menghilang.

Ia segera berlari ke rumahnya, lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri, ia mengeluarkan semua buku yang ia letakkan di bawah ranjang, Kimmy sangat suka belajar, oleh karena itu ia membungkus semua bukunya dengan koran-koran bekas, begitu dibuka, bukunya tampak seperti buku baru, ia bahkan tak berani menulis catatan di dalam buku itu.

Sejak ia putus sekolah saat SMA satu, ia tidak pernah belajar lagi, siapa yang mengira kalau ternyata ia akan memiliki kesempatan untuk belajar lagi!

Ia segera mengeluarkan bukunya, dan membawa sebuah pensil yang hanya tersisa separuh, lalu berjalan ke rumah Paman Li, ia menengok-nengok ke dalam rumah, dan ia pun melihat James yang sedang duduk di dalam kamarnya.

Meksipun Kimmy tumbuh besar di desa, tapi ia sangat sopan dan mengerti tata krama, ia berjalan sampai ke depan pintu, lalu mengetuk-ngetuk pintu James, dengan pelan ia berkata, "Apa perkataanmu tadi masih berlaku?"

James tercengang, ia mengangkat kepalanya, dan melihat Kimmy sedang berdiri di depan pintu sambil membawa buku di tangannya.

James pun tersenyum, sambil mengulurkan tangannya ia berkata, "Berlaku."

Kimmy melihat tangan James, sangat putih dan bersih, ia sama sekali belum pernah melihat tangan yang seindah ini, ia menatap tangan itu sambil melamun, hampir saja ia tersandung sudut meja karena menatapnya.

"Kau sudah pernah mempelajari apa saja?" James mengambil bukunya, lalu membalik-baliknya sejenak.

"Pelajaran-pelajaran kelas SMA satu saja."

"SMA satu......" James berpikir sejenak, "Ya sudah, aku akan mengajarimu, kau harus mendengarkannya baik-baik, kalau suatu hari nanti aku pergi, tak ada lagi yang mengajarimu."

Saat itulah Kimmy baru mengetahui bahwa ternyata James mungkin saja bisa pergi suatu saat nanti.

Ia takut dirinya tidak memiliki kesempatan untuk belajar lagi, jadi saati ia tidak bekerja, ia selalu datang mencari James.

Semua yang ia ajarkan selalu dicatat oleh Kimmy pada koran bekas atau kertas bekas orang lain, rupanya yang sangat serius itu sungguh membuat James sangat iba padanya.

"Pensilmu sudah hampir habis ya." James melihat ke arah pensilnya itu, dengan mengerutkan keningnya ia berkata, "Apa kau tidak punya pensil lagi di rumah?"

Wajah Kimmy memerah, "Semua pensil diberikan pada adikku, ini adalah pensil yang kusembunyikan diam-diam, tidak apa-apa, aku juga bisa menggunakan pantat panci untuk menulis, hasilnya sama saja."

"Mana bisa." James terlihat sedikit kesal, ia berjalan ke arah kopernya, lalu mengeluarkan semua pensil yang ia bawa sendiri, "Untukmu semuanya, oh, ada satu lagi yang ingin kuberikan untukmu."

"Apa?"

"Bukalah kedua tanganmu."

Kimmy membuka kedua tangannya, James pun meletakkan sebuah jeruk kecil ke tangan Kimmy, sambil tersenyum ia berkata, "Penghargaan untukmu, bawalah pulang saja."

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu