Seberapa Sulit Mencintai - Bab 279 Maaf

Bukan pertama kalinya Cole memanggil orang lain dengan sebutan 'Papa'.

Setiap kali ia melihat ada pria yang tampan di desa, ia selalu memanggilnya 'Papa'.

Oleh karena itu Megan juga tidak menaruh perkataan Cole itu di dalam hati, ia duduk dengan santai di halaman sambil berjemur matahari.

Tak tahu bagaimana caranya, si keponakan pemilik rumah itu bisa membuat Gerwin dan Cole bermain dengan puas dan sangat gembira.

Bahkan sampai Megan tertidur di halaman sana, tak ada orang yang membangunkannya.

"Mama." tiba-tiba, sebuah tubuh yang sangat kecil bersandar ke dalam pelukannya.

Megan pun terbangun, ia melihat sekelilingnya, gelap gulita.

Tiba-tiba terdengar suara Robin dari atas kepalanya.

"Kudengar, kau pernah belajar ilmu kedokteran."

Megan mengangkat kepalanya, mencoba untuk melihat wajah Robin dengan jelas, tapi seberusaha apa pun dia, tetap saja tidak jelas.

Ia mengangguk-angguk, "Belajar sedikit saja, jangan dengarkan mereka bicara sembarangan."

"Aku menderita sebuah penyakit di kota, dokter tidak bisa mengobatiku, apa kau bisa memeriksaku?" suaranya sangat rendah, dan agak sedikit serak-serak basah.

Megan tercengang, ia sedikit tidak bersedia.

Apalagi sebenarnya ia sama sekali tidak ingin mengaitkan hal-hal berbau kedokteran pada dirinya sendiri.

Setelah melihat ekspresi Megan yang agak sedikit ragu, Robin pun berkata, Aku akan membayarmu, di desa ini, uang juga lumayan penting, setidaknya kau bisa membeli beberapa kebutuhan sehari-hari di kota, lagipula, anakmu juga perli nutrisi, tak mungkin mereka tiap hari harus makan lobak dan sayur-sayuran saja kan."

Begitu mendengarnya, wajah Megan pun memerah.

Ia menggigit bibirnya dan berkata, "Aku, aku tidak bisa melihat, anakku juga......"

"Kalau gitu periksa aku, kalau aku ada waktu aku akan menjaga anak-anakmu, lalu membantumu membelikan kebutuhan sehari-hari di kota."

"Apa tidak terlalu merepotkan."

"Tidak, kita kan saling bertukar saja."

Setelah mendengar jawaban Robin, Megan pun tidak berani menolak, karena dirinya sekarang buta, Cole dan Gerwin tidak bisa makan makanan yang baik sekarang.

Sempat beberapa kali, Cole bahkan menangis karena ingin makan daging.

Dipikir-pikir, dirinya benar-benar tidak bisa merawat kedua anaknya itu dengan baik.

"Ya sudah, duduklah, di mana masalahnya, kuperiksa dulu."

Robin duduk di depan Megan, lalu mengulurkan tangannya pada Megan dan menunjuk ke dadanya, "Aku pernah tertembak oleh pistol penembak burung di bagian dada, beberapa waktu lalu, aku sempat terbaring cukup lama di rumah sakit."

"Pistol penembak burung?"

Menarik sekali, di kota memang jarang ditemukan, tapi di desa sering, beberapa warga desa terkadang membuat sebuah pistol dari tanah liat untuk menembak burung.

Kekuatannya tak kalah dengan pistol sungguhan.

"Tapi kau masih bisa hidup? Kau sempat pergi ke gerbang kematian kan."

Kata Megan sambil bercanda, namun Robin hanya mengiyakannya dengan pelan.

"Memang, aku sempat pergi ke pintu gerbang kematian, tiga bulan lalu aku juga lumpuh total."

Kondisinya jauh lebih parah dari yang Megan bayangkan, ia segera mengulurkan tangannya dan berkata, "Di mana lukamu, coba kuraba sebentar."

Robin memegang tangan Megan, anehnya, tangan Robin terasa sangat hangat.

Megan tercengang sejenak, tangannya dibawa ke bagian dadanya, melewati jaket panjangnya itu dan masuk ke dalam.

Dadanya terasa sangat panas.

Tangan Megan bisa merasakan detakan jantung Robin yang sangat keras, dan ada sebuah lubang kecil.

Sungguh aneh sekali, Megan malah merasa sedikit kasihan pada Robin ini.

Tempat ini, kalau lebih ke samping sedikit saja, Robin pasti akan tak bernyawa.

"Kenapa seceroboh itu? Bisa-bisanya tertembak oleh pistol penembak burung?" begitu melontarkan pertanyaan dari mulutnya, Megan pun merasa bingung pada dirinya sendiri.

Mengapa...... tiba-tiba ia sepeduli ini pada orang asing?

Robin menatap Megan dalam-dalam.

Detakan jantung yang terasa di tangan Megan, terasa semakin keras.

Robin...... sedang canggung? Takut? Khawatir? Atau...... malu?

Kenapa, jantungnya berdetak secepat ini.

Megan pun segera menarik tangannya kembali dengan panik, "Sekarang tubuhmu sedikit lemah, sembuhkan saja perlahan-lahan, jangan kerjakan sesuatu yang terlalu berat."

TIba-tiba, terdengar suara seseorang dari pintu, "Apa Dokter Kecil ada di rumah?"

Dari suaranya, sepertinya itu adalah suara bibi tetangga.

Megan segera menjawab, "Bibi Wu, ada apa?"

"Oh, kau ada di sini, Dokter Kecil." sapa Bibi Wu sambil berjalan masuk ke dalam, ia bertanya, "Itu, apa kau hari ini ada waktu, makanlah di rumah kami, Louis, anakku bilang ia ingin bertemu denganmu."

Belakangan ini, banyak sekali orang yang datang mencari Megan dengan alasan seperti itu.

Maksudnya, mereka menyukai Megan, ingin mengenalkan Megan pada kerabat atau anak mereka dan menjodohkan mereka.

Bagaimana pun Megan adalah seorang wanita yang mengerti akan ilmu kedokteran, meskipun sudah memiliki dua anak, tapi masih tetap sangat cantik.

Namun tak disangka, belum saja Megan membalasnya, sang pemilik rumah pun tiba-tiba berjalan kemari dan menarik Bibi Wu, katanya, "Ayo keluar, kuberitahu ya, kau tidak bisa menyentuh adik kecil itu......"

Mereka berdua berjalan menjauh, dan akhirnya Megan pun tak bisa mendengar perkataan mereka lagi.

Namun di saat seperti ini, tiba-tiba Megan kembali teringat pada Royce.

Di dalam kepalanya, wajah Royce yang nakal itu kembali muncul lagi.

Tak tahu apa kabarnya dia sekarang? Apa ia sudah menikah dengan Kelly?

Di malam setelah Robin datang, Megan tak bisa tidur.

Gerwin membalikkan badannya dan menatap Megan, "Kenapa orang dewasa punya banyak pikiran seperti itu, apa orang dewasa tidak bisa hidup tenang dan bahagia bersama-sama?"

Megan tersenyum dan mengelus wajah Gerwin, "Kita punya banyak pikiran agar kita masing-masing bisa hidup dengan lebih baik."

Tiba-tiba, Gerwin terduduk dan melihat ke arah Cole, "Keningnya panas sekali, apa dia demam?"

"Demam?" Megan terkejut dan segera memegang kening Cole.

Ternyata benar, panas sekali, Megan pun segera memeriksa denyut nadi Cole.

Gawat sekali, denyut nadinya sangat rumit.

Sepertinya bukan demam biasa.

Megan pun segera turun dari ranjang dan membuka pintu, namun begitu ia membuka pintu, ia malah tertabrak tubuh Robin.

Ia bisa mengenalinya, karena di tubuh Robin, ada aroma obat yang sangat lembut.

"Robin, cepat tolong aku, apa kau punya mobil, apa kau bisa mengantarkan anakku ke kota!"

Megan sangat panik, ia bahkan tidak sempat mengenakan sepatu.

Robin menatapnya dalam-dalam, tanpa bicara panjang lebar, ia segera menggendongnya dan membawanya keluar.

"Kau mau membawaku ke mana, anakku masih ada di dalam."

Megan memukul dada Robin sekuat tenaga, namun tenaga Robin terlalu besar, sekeras apa pun Megan memukulnya, Robin tetap tidak berkutik.

"Jangan ke mana-mana, dengarkan perkataanku." suara Robin terdengar sangat tenang.

Sepertinya Megan mendengar suara mobil, lalu, ia pun dimasukkan ke dalam kursi mobil bagian belakang.

Tak lama, ia pun mendengar suara Gerwin dan Cole.

"Terima kasih." Megan sedikit menunduk, dengan sedikit menyesal ia bertanya, "Berapa lama kita akan sampai ke kota?"

Robin tidak menjawab.

Saat Megan datang ke Desa Ruan, ia menghabiskan waktu seharian penuh.

Tapi Robin hanya menghabiskan tiga jam saja.

Setelah Cole dilarikan ke rumah sakit, Robin pun tiba-tiba berjalan ke depannya, lalu jongkok, dan memegang kaki Megan dengan tangannya.

Karena terkejut, Megan segera melangkah mundur ke belakang.

Suara Robin yang serak itu terdengar di telinganya, "Jangan bergerak, satu lagi......"

Ia terdiam sesaat, lalu melanjutkan, "Apa kau punya suami?"

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu