Seberapa Sulit Mencintai - Bab 263 Anakmu Juga Milikku

Ia benar-benar ingin mengulurkan tangannya pada Royce, ikut bersamanya, pulang ke rumah milik mereka.

Namun sebelum semua ini terjadi, Anthony berkata padanya.

Asalkan Megan bersedia tinggal bersama Anthony, Anthony akan memberikan semua harta keluarganya pada Royce dan membiarkan Royce mewarisi seluruh harta dan bisnis keluarga mereka.

Saat ini Royce sedang berada dalam keadaan yang sangat sulit, ia terus diserang oleh Nickson, sulit baginya untuk memulai bisnis baru, tidak mungkin juga rasanya ia mencari pekerjaan di sebuah perusahaan.

Kalau ia bisa mewarisi seluruh harta dan bisnis keluarga Anthony, Royce pasti bisa bangkit dan sukses kembali.

Oleh karena itu, Megan menyetujui persyaratan Anthony itu.

Megan memandangi tangan Anthony, air matanya bercucuran, dengan berbalut selimut, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pasti, "Aku tidak akan pergi."

Saat kata-kata itu keluar dari mulut Megan, Anthony pun tersenyum senang.

Senyumannya itu terasa sangat penuh dengan sindiran dan menusuk ke telinga Megan, membuat Megan merasa bertambah sakit hati.

"Bagaimana? Paman?" Anthony berjalan ke hadapan Royce, lalu tersenyum dingin, "Sudah jelas sekali Megan mau ikut dengan siapa, apa kau masih mau menghalangi kami untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh sepasang suami istri? Masih tidak pergi juga!"

Tatapan mata Royce berubah tajam, namun tak terlihat marah.

Ia hanya merasa tidak senang saja.

Setelah terdiam sesaat, tiba-tiba Royce pun tersenyum, lalu duduk di atas ranjang pelan-pelan, tubuhnya terlihat sedikit santai, "Ya sudah, kalau dia tidak pergi, aku jgua tidak pergi, kau memanggilku paman, dan aku sekarang sama sekali tidak punya uang, kalau begitu aku tinggal di sini saja juga, kau biayai kehidupanku juga."

Muka Royce memang tebal, benar-benar diluar dugaan.

Anthony sama sekali tidak pernah mengira, Royce kini memang sudah tidak punya apa-apa lagi, tapi mukanya malah bertambah tebal.

Berani-beraninya dia berkata seperti ini?

Anthony tercengang, seketika ia tidak tahu harus berkata apa.

"Bagaimana pun aku juga sudah pernah tinggal di rumah ini, pamanmu ini sudah tidak punya apa-apa lagi, rawat dan hidupi aku tidak masalah kan?"

Anthony pun mengepalkan kedua tangannya dan menatap Royce dengan tajam, "Paman sekarang sudah tidak punya apa-apa lagi, bahkan harga diri pun juga sudah tidak punya?"

"Iya." Royce sama sekali tidak peduli, dan malah tertawa, "Apa itu harga diri?"

"Kau!"

Seketika Anthony pun naik pitam, tak tahu harus berkata apa lagi, ia menunjuk Royce dan berkata, "Baik, kau memang hebat, kau mau tinggal di sini kan, boleh! Lihat saja kau bisa tinggal berapa lama di sini!"

Lalu, Anthony pun mengambil pakaiannya di atas lantai, dan pergi dari kamarnya.

Di dalam kamar itu hanya terseisa Royce dan Megan.

Cole sudah tertidur di atas paha Royce.

Megan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Royce.

Dirinya saat ini sungguh merasa bahwa dirinya ini sangat murahan, sangat tidak berharga.

Sebuah tangan pun terulur ke arahnya, tangan itu membantu Megan untuk merapikan pakaiannya yang berantakan itu, lalu suara yang sangat merdu pun terdengar di telinganya, "Aku lupa memberitahumu, selama perjanjian kita dalam dua tahun ini, kau tidak boleh bersama dengan siapa pun, dan kau sekarang sudah melanggar perjanjian itu."

Air mata Megan pun menetes, hidungnya terasa perih.

"Bukankah kita sudah berjanji, untuk tidak berkorban untuk satu sama lain?" suaranya sangat rendah dan serak.

Dengan tersendat-sendat, Megan berkata, "Aku tidak ingin melihatmu bersusah payah seperti ini, bahkan..... bakan kalau kau bisa memiliki tiga puluh persen dari apa yang kau miliki dulu, aku rasa itu sudah cukup, Royce, jelas-jelas kau bisa tidak dimanfaatkan oleh orang lain seperti sekarang ini, tapi karena aku......"

Belum saja Megan selesai bicara, Royce pun menyerongkan wajahnya dan mencium Megan.

Seperti anak kecil yang diam-diam mencuri makanan di dapur, Royce pun segera duduk kembali ke tempat asalnya.

Air mata Megan pun berhenti menetes.

Ciuman itu, terasa menggetarkan.

Megan melirik ke arah Royce.

Wajah tampannya itu terlihat sedang tersenyum tipis.

Megan menggigit bibirnya, "Royce......"

"Tak usah berkata apa-apa lagi, pria mana pun pasti akan melindungi wanita miliknya, lagipula, kurasa harta atau pun kekuasaan tak lebih penting dari dirimu."

Perkataan Royce itu seperti obat penguat yang langsung meresap ke dalam hati Megan.

Seketika itu pun Megan merasa, semua yang sudah ia lakukan sungguh sangat berarti.

Royce pantas mendapatkan pengorbanannya.

Tapi entah mengapa, ia juga merasa semakin sedih, air matanya pun mengalir lagi, "Royce......"

Ia mengulurkan tangannya memeluk pinggang Royce, seperti seorang anak kecil yang bersandar dalam dekapannya.

"Tak usah berpikir yang macam-macam, tak usah melakukan apa-apa juga, serahkan semuanya padaku, dua tahun kemudian, aku pasti akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini."

Janji Royce selalu ia penuhi, ia tak pernah mengingkari janjinya.

Hati Megan pun tenang, namun ia mengerti, mengabulkan mimpi mereka itu sungguh tidak gampang.

Sulit rasanya kalau hanya mengandalkan Royce seorang.

Seseorang, yang tidak memiliki apa-apa, dan selalu ditekan oleh orang lain, bagaimana caranya agar dia bisa bangkit berdiri?

Kalau tidak ada bantuan dari orang lain, sungguh sangat sulit.

Sejak hari itu, Royce pun benar-benar tinggal di rumah itu tanpa rasa malu sedikit pun.

Malam itu, James memberi Royce beberapa dokumen, katanya, "Tuan, sebagian besar aset atas nama Nickson sudah dipindahkan diam-diam oleh orang-orang kami, tidak lama lagi, ia pasti harus menyerahkan posisinya sebagai konglomerat nomor satu di Eropa pada orang lain, masalahnya sekarang ada pada istri Nickson, Lindsay, wanita yang memiliki darah Perancis ini tidak biasa, ia memiliki latar belakang yang sangat hebat, aku sudah mengirimkan dokumen-dokumennya ke komputer Anda, bacalah kalau Anda ada waktu luang."

"Lindsay......" Royce menyipitkan matanya, lalu tersenyum dingin, "James, tolong temui William Jing, kurasa Lindsay ini hanya bisa ditaklukkan oleh William."

James tercengang, "Tuan, maksud Anda......"

"Temui William Jing dulu, ia pasti akan memberitahukannya padamu, beberapa hari belakangan ini berhati-hatilah, Nickson si rubah tua ini pasti sudah merasakan sesuatu, kalau tidak ia tidak mungkin was-was seperti ini, ke mana pun aku pergi, ia pasti akan menyuruh Kellu untuk mengikutiku."

"Baik, Tuan juga harus berhati-hati, setelah semua ini berlalu, James pasti akan membalaskan semua dendam Anda pada Nickson."

Royce tersenyum santai, tangan kanannya memegang bibirnya dengan lembut, "Aku akan melakukannya sendiri, jagalah dirimu baik-baik."

Setelah mematikan teleponnya, Royce berkata sendiri, "Lindsay......"

Wanita ini menarik sekali, ia pernah menemuinya di Perancis dulu, dia adalah keturunan keluarga yang terhormat di Perancis.

Kalau begitu, sepertinya ia juga harus menyelidiki bagaimana caranya Nickson menduduki posisi konglomerat nomor satu di Eropa ini dulu.

Kalau tidak, mana mungkin seseorang yang sangat tinggi seperti dia bisa pergi ke 'Gang Liu' dan memiliki hubungan dengan Vera Yan.

Pada hari kedua di rumah Keluarga Xu, Royce tidur dengan sangat pulas, seperti orang yang tidak punya masalah apa-apa, tinggal di rumah orang lain, ia juga tidak merasa aneh atau pun tidak enak hati.

Saat ia berjalan turun ke bawah dengan santainya, Anthony sampai mengira ini adalah rumah milik Royce.

Sudah tidak punya malu untuk tinggal di rumah ini, kenapa ia masih berlagak seperti tidak terjadi apa-apa?

Anthony benar-benar sangat kesal.

Kenapa ia merasa Royce ini tidak bisa diapa-apakan? Apa ia benar-benar sudah tidak punya harga diri lagi?

Anthony meletakkan sumpitnya, lalu berkata dingin, "Rian, hari ini kita harus membicarakannya dengan jelas, dengan tidak tahu malu kau tinggal di rumah orang lain, kau juga masih memikirkan wanita milikku, apa yang kau rencanakan?"

Royce tersenyum, ia turun ke bawah dengan santainya.

Begitu melihatnya, Cole pun berteriak, "Papa......"

"Aku sudah bilang, akulah papamu!" teriak Anthony pada Cole!

Royce berjalan ke depannya, lalu berkata dengan dingin, "Anthony, sebagai paman, seharusnya aku tidak berebut apa pun denganmu, tapi kalau kau harus bersikap seperti ini, tak lama lagi, aku pasti akan membuat wanita milikmu itu menjadi milikku, anakmu, juga akan menjadi milikku."

Perkataan terakhir Royce itu terasa sangat aneh.

Hati Anthony yang mendengarnya pun berdebar kencang.

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu