Seberapa Sulit Mencintai - Bab 369 Kenapa Tidak Mau

Megan bisa dibilang cukup mengenal James dengan baik, ia tahu sebelum Kelly terkena masalah, ia selalu menganggang Kelly sebagai seorang kakak, tapi masalah yang menjerat Kelly pada akhirnya bukanlah suatu masalah yang bisa dikendalikan oleh orang lain.

Semua ini adalah takdirnya.

Megan menghela nafasnya sambil bersandar dalam pelukan Royce, baru saja ia hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba pintu kamarnya pun terbuka.

Sebuah kepala muncul dari pintu itu, mata orang itu berputar melihat seisi kamar itu, lalu memandangi Royce dan Megan yang berada di atas ranjang.

Megan tersenyum, ia mengulurkan tangannya dan berkata, "Gabriel, sini."

Namun, Royce tidak tampak tersenyum seperti Megan, dengan menekuku wajahnya ia berkata, "Sudah selarut ini, kau harus pergi tidur, jangan bermain terus."

Gabriel membuka pintu kamar itu, lalu berjalan ke hadapan mereka berdua.

Ia adalah seorang anak kecil yang bisa memperhatikan ekspresi wajah orang lain, seketika ia pun bisa melihat bahwa Royce sedang tidak senang, aneh sekali, belakangan ini sepertinya Royce selalu bersikap ketat kepadanya, tapi tidak pada Ririn.

"Mama." teriak Gabriel dengan suara lugunya, "Aku ingin tidur dengan Mama, aku ingin Mama membacakan dongeng untukku."

"Baik, ayo sini." Megan mengulurkan tangannya pada Gabriel, lalu menggendongnya.

Wajah Royce pun berubah suram, "Anak kecil harus tidur sendiri, tidak boleh tidur dengan orang dewasa, nanti tidak bisa tumbuh besar lho."

"Hush......" Megan melotot ke arah Royce, "Jangan takut-takuti anak kecil, hari ini kau tidur di kamar lain saja."

Begitu mendengar ucapan Megan, Royce tercengang sejenak, ia menggigit bibirnya, lalu mengambil bantalnya dan berjalan ke luar.

Sebelum ia melangkah keluar kamar, ia berkata, "Anak ini sudah besar, besok aku akan mengantarkannya ke taman kanak-kanak, dan menginap di sekolah."

Megan melihat bayangan Royce yang keluar dari kamar itu dengan perasaan kesal namun konyol, ia tak bisa mengungkapkan perasaannya itu dengan kata-kata, Gabriel baru umur berapa, mengapa Royce sama sekali tidak terima kalau Gabriel dekat dengannya, bagaimana kalau Gabriel besar nanti.

Royce ini, tampangnya memang terlihat sangat dingin, tapi kalau ia sudah membuka seluruh hatinya pada seseorang, di dalam hatinya itu juga ada rasa sombong dalam dirinya.

Begitu melangkah keluar, Royce pun menghentikan langkah kakinya, menunggu Megan untuk keluar dan meminta maaf padanya.

Tapi setelah lima menit berlalu, orang itu sama sekali tidak keluar, Royce pun membalikkan kepalanya, lalu melihat Megan yang sedang menidurkan Gabriel, kedua orang itu sedang bercakap-cakap ria sambil tertawa, benar-benar sudah melupakan keberadaan Royce.

Royce pun menggigit bibirnya, matanya tampak sangat dingin, dengan kesal ia pun pergi dari sana.

Keesokan paginya, batang hidung Royce sama sekali tidak nampak.

Meskipun Megan tak berkata apa-apa, tapi dalam hatinya ia tahu bahwa Royce sedang marah, tapi ia tidak ingin selalu memanjakannya, oleh karena itu ia juga tidak mempedulikannya.

Tapi hatinya tetap merasa sakit, oleh karena itu ia memasak satu meja penuh, setelah Royce pulang siang nanti, Megan juga akan membelikannya satu buket bunga mawar, lalu menunggunya di depan pintu.

"Suamiku......" teriak Megan dengan manja.

Sambil membawa jas di tangannya, Royce berdiri di atas tangga dan melihat ke arah Megan, ia berusaha menekan perasaan di dalam hatinya, lalu tersenyum dingin dan berkata, "Bukankah kau sudah tidak mau padaku? Untuk apa memanggilku suamimu?"

"Dasar kau ini, anak kecil saja juga cemburu." Megan berjalan ke hadapannya, lalu memberikan buket bunga mawar itu pada Royce dan mencium pipinya, dengan manja ia berkata, "Sudahlah, Royce, hatiku bisa sakit."

Kedinginan Royce di hadapan Megan hanya bertahan sebentar saja, begitu mendengar suara Megan dan melihat bunga yang ia berikan, seketika hatinya pun luluh, Royce pun langsung mendekap Megan dalam pelukannya, "Hatimu bisa sakit juga ternyata, kukira kau sudah bosan padaku."

"Jangan bercanda, aku tidak akan pernah bosan padamu seumur hidup." Megan tersenyum pelan, lalu menggenggam tangan Royce, "Di luar dingin, ayo cepat masuk, aku sudah menyiapkan satu meja makanan untukmu."

Royce juga tidak tega terus marah pada Megan, ia menggenggam tangan Megan dengan erat, lalu berjalan masuk ke dalam rumah, "Aku sudah mencarikan sebuah sekolah internasional untuk dua anak kita, aku ingin agar mereka bisa sekolah di sana, menginap di sana juga."

"Kau benar-benar ingin menyuruh mereka menginap di sana juga." Megan menatap ke arah Royce sambil tercengang, "Mereka kan masih kecil."

"Pendidikan yang baik harus diterapkan dari kecil." kata Royce dengan serius, "Lagipula, di dalam sekolah itu banyak sekali hal-hal yang menyenangkan, jauh lebih asyik daripada di rumah."

"Kau!" Megan pun kesal dan tak tahu harus berkata apa, ia tahu Royce marah, tapi ia tidak menyangka bahwa Royce akan benar-benar mencarikan sekolah untuk anak-anaknya, meskipun anaknya memang sudah seharusnya pergi ke sekolah, tapi Megan khawatir anaknya akan ketakutan, ia tidak tega membiarkan anaknya pergi.

Melihat Megan yang kesal itu, Royce pun langsung memeluknya dan menghiburnya, tak lama, Gabriel dan Ririn pun berlari ke bawah dan berteriak, "Mama, Papa, aku lapar, mau makan."

Melihat kedua anaknya yang sangat lucu itu, Megan semakin tidak tega dan sedih, "Kalau kau benar-benar ingin mengantar mereka ke sekolah, aku harus melihat sekolah itu sendiri, bukankah waktu itu kau berkata bahwa Kelly dan Nickson ada di Jing State, aku takut."

"Tak perlu khawatir, aku sudah menyiapkan beberapa orang di sekolah, Nickson tahu jelas bagaimana sifatku, kalau dia benar-benar berani menyentuh anakku, aku juga akan tidak segan-segan padanya, aku akan membuatnya tidak bisa mendapatkan peti mati sekali pun."

Mendengar perkataan Royce itu, Megan pun merasa sedikit lebih tenang.

"Tapi mereka sudah selama ini berada di Jing State, dan tak ada kabar sama sekali, apa mereka sudah pergi?"

Sudah beberapa hari berlalu, Kelly dan Nickson sudah berada di Jing State hampir setengah bulan, namun sama sekali tidak ada kabar, Megan berpikir, apa mungkin kedua orang ini bukan datang untuk menyerang dirinya atau pun Royce, tapi ada maksud lain.

Royce hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan Megan itu, ia hanya mengelus-elus kepala Megan, lalu memandanginya dengan pandangan penuh cinta, "Sudahlah, tak usah dipikirkan lagi, kau hanya perlu bersembunyi di bekakangku saja, ayo makan, aku juga sudah lapar."

Lalu, Royce pun berjalan ke dapur dan mencuci tangannya, Megan memandangi bayangan Royce itu, setelah menghela nafas panjang, ia pun duduk di tempatnya.

Setelah selesai makan, Royce dan Megan memutuskan untuk membawa kedua anaknya pergi melihat sekolah mereka, kalau anak-anak ini tidak suka, mereka harus memikirkan rencana lain lagi.

Di luar sangat dingin, setelah Megan membungkus tubuh kedua anaknya menjadi seperti bakcang, barulah mereka berangkat.

Setelah mobil mereka berangkat, ada sebuah mobil lain yang ikut di belakang mobil mereka, orang di dalam mobil itu mengenakan sebuah kacamata hitap, dengan dingin ia berkata, "Royce selalu melakukan sesuatu dengan sangat hati-hati, susah sekali untuk mencari kelemahannya sekarang, kurasa kesempatan kita berhasil tidak begitu tinggi."

"Tenang saja." suara seorang pria yang sangat berat pun terdengar dalam mobil itu, "Royce memang selalu melakukan sesuatu dengan sangat hati-hati, tapi kau jangan lupa pada apa yang telah ia lakukan dulu saat di Echo, kalau sampai masalah ini tersebar keluar, pasti akan menggemparkan."

"Tapi, dengan kemampuan Royce, sangat mudah baginya untuk menekan hal itu."

"Masalahnya, apa Megan akan diam saja setelah mengetahuinya." pria itu pun tersenyum licik.

Perjalanan dari rumah ke sekolah kurang lebih sekitar setengah jam.

Sekolah internasional ini memiliki sistem pengajaran dari taman kanak-kanak sampai SMA, guru-guru di sekolah itu adalah guru-guru yang sangat terkenal di tingkat internasional, uang sekolahnya selama satu tahun saja mencapai ratusan juta.

Setelah Megan dan Royce turun dari mobil, Ririn pun segera berlari ke arah pintu dan berteriak, "Mama, tempat ini cantik sekali."

Penghijauan di sekolah ini dilakukan dengan sangat baik, di bagian TK sekolah ini, karena mereka juga memikirkan masalah perkembangan otak anak-anak, sekolah ini pun didesain dengan banyak warna, sehingga anak-anak seumuran Ririn akan langsung tertarik pada warna-warna di tempat itu.

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu