Seberapa Sulit Mencintai - Bab 282 Dua Pilihan

Megan bisa merasakan kemarahan Royce.

Walaupun ia tidak bisa melihatnya, tetapi Royce agak kasar.

Ia hanya bisa merintih kesakitan : "Sakit."

Mendengar itu, Royce pun mulai berubah lembut.

Setelah usai, Royce hanya terdiam, duduk di sampingnya.

Megan bsia membayangkan raut wajah marah Royce.

"Royce, maafkan aku..." raut wajah Megan terlihat sangat sedih, "Aku tidak tahu itu kau..."

Royce mengambil sebuah tali untuk menghentikan pendarahan, ia berdiri sambil mengobati dirinya. Mendengar perkataan Megan, ia balas bertanya : " Apa yang terjadi dengan pengelihatanmu?"

"Aku terjatuh, lalu langsung kehilangan kedua pengelihatanku," jawab Megan terkekeh pelan, "karena itulah aku tidak mengenalimu."

Ia tiba-tiba merasakan tekanan pada kasur itu. Royce duduk di sisinya, menatap kedua matanya. "Kenapa tidak pergi?"

Megan tidak menjawab.

Mereka sudah sekitar empat bulan tidak bertemu. Ia kira janji mereka dua tahun itu sudah tidak berlaku lagi sepeninggal Royce.

Ia bahkan bisa membayangkan Royce menikahi Kelly Ning.

Jadi baguslah kalau ia tidak bisa melihat. Akan lebih baik lagi kalau ia juga tidak bisa mendengar.

"Dengar-dengar kau sudah menikah dengan Kelly Ning," ucap Megan datar. Namun Royce bisa mendengar sedikit kesedihan di suaranya.

Tanpa menunggu balasan Royce, Megan lanjur berbicara : "Apakah ayahmu memperbolehkanmu pulang kemari?"

Megan sudah lama tinggal di Kecamatan Ruan yang berada dipinggiran. Ia sama sekali tidak tahu-menahu tentang persoalan di luar.

Ia hanya bisa membayangkan Royce membawa Kelly berlibur ke Perancis, dengan Nickson. Ia pasti mendengarkan semua ucapannya.

Bagaimanapun juga, ini bukanlah masa lalu.

"Kau berharap aku dan Kelly menikah?"

Megan terdiam sejenak, menggelengkan kepalanya, lalu mengangguk : " Aku berharap kamu menikah dengannya. Tetapi juga tidak berharap demikian. Apakah aku sudah gila?"

Setelah berkata demikian, air matanya mulai mengalir lagi.

Ia sudah berusaha menahan diri, menahan emosinya, tetapi perasaannya sudah meluap sampai ia tidak bisa menahannya lagi.

Royce dan Kelly menikah, setidaknya bisa memastikan bahwa Royce tidak akan hidup sengsara.

Tetapi pernikahan mereka, bagi Megan bukanlah sebuah kabar yang menyenangkan.

Ia tidak tahu bagaimana harus menahan perasaannya. Ia hanya bisa berusaha untuk tidak terlihat terlalu bodoh.

Siapa sangka, Royce malah mengulurkan tangannya dan memeluk Megan : "Katakanlah padaku, apa saja yang terjadi beberapa bulan ini?"

"Aku baik-baik saja," jawab Megan singkat, sembari memaksakan seulas senyuman, "Sungguh."

Senyuman yang dipaksakan itu memancarkan kesedihannya semakin jelas.

Royce pun tidak bertanya lagi.

Hanya saja ia menghilang di hari kedua.

Megan merasa aneh. Keluar dari kamar itu, ia berteriak tetapi tidak ada yang menjawab. Tetapi sesaat kemudian wanita yang memanggil Royce dengan sebutan 'tuan' itu datang menghampirinya dan berkata : "Tuan sedang keluar, tidak akan kembali untuk sementara."

"Kemana perginya?"

"Keponakannya sedang mencarinya. Sepertinya ada masalah serius."

Keponakan?

Ia ingat kemarin Anthony datang dan meminumkannya obat.

Samar-samar juga ia mendengar Anthony mau mengambil foto?

Lalu Royce datang dan Anthony mengajukan banyak syarat.

Megan tidak sebodoh itu. Ia juga tahu obat apa yang diminumnya kemarin. Apalagi orang itu mengambil foto-foto dirinya, ia pasti bermaksud buruk.

Royce pergi mencari Anthony.

"Beritahu aku alamatnya. AKu akan pergi mencarinya. Atau bawa aku kesana." Megan menarik lengan wanita itu dengan panik.

Anthony bisa melakukan hal sekejam ini, pasti ia sudah tidak waras lagi.

Ia pasti tidak akan peduli saat menghadapi Royce dan terus mengajukan persyaratan yang tidak-tidak.

Ia takut Anthony akan menggila.

Melihatnya kewalahan seperti itu wanita tadi langsung menyadari bahwa ada yang tidak beres.

Mengetahui Megan tidak bisa melihat, ia langsung membawanya ke lokasi keberadaan Anthony.

Setibanya di sana, wanita itu terus menggandengnya sampai ke depan pintu masuk. Ia bisa mencium wangi bunga.

Bunga gardenia.

Bunga kesukaan Anna.

Semua bunga yang ada di halaman rumah itu adalah bunga gardenia.

Jangan-jangan, ini adalah rumah Keluarga Xu?

Megan mengulurkan tangannya menyentuh pagar besi itu.

Ia mendorong pelan genggaman wanita tadi, dan menggumam pelan : "Sampai di sini saja, saya masuk sendiri. Tidak perlu menemaniku."

Setelah mengucapkan itu, ia pun berjalan masuk mengikuti ingatannya tentang jalan kecil itu.

Belum mendekat, ia langsung mendengar suara Anthony.

"Jangan omong kosong denganku. Aku mau 100 juta, tunai. Seharusnya bagimu ini bukanlah hal sulit. Lalu, serahkan Gerwin padaku."

"Kau pikir aku akan menuruti persyaratanmu begitu saja?" balas Royce datar.

Anthony tertawa sinis tak peduli.

"Selama aku di penjara, aku mulai menyadari, percuma berpikir positif tentang orang dan hal-hal di dunia ini. Sama sepertiku dan Megan. Sama sepertiku dan kamu. Jangan berbicara tentang perasaan denganku. Aku sekarang hanya mempedulikan keuntungan."

Anthony sudah berubah drastis. Semua wataknya sudah berubah seperti orang asing.

Royce mengerutkan alisnya. Melihat Anthony yang seperti ini membuatnya merasa sedikit kasihan.

Sepeninggalan Anna, Andrew, hingga kakek neneknya, peristiwa buruk yang terus bergiliran ini sudah merubah dirinya.

Royce pun berkata dengan tenang, "Anthony, aku sudah mengutus orang untuk memulihkan perusahaanmu. Hanya saja sedang dalam masa perbaikkan, bukannya gulung tikar."

"Berhentilah mengatakan hal-hal itu. Aku bukan sedang menikmati hidup. Kudengar kau bahkan sudah menerima usaha keluargaku, beraninya kau mengatakan hanya untuk membantuku?" Anthony mendengus kesal : "Tetapi dengarkan aku, di tanganku sekarang sudah ada barang ancaman, kalau kau tidak mau Megan kupermalukan di depan publik, turuti semua perkataanku."

Kartu memori di tangan Anthony itu adalah gambar yang diambilnya saat Megan diminumkan obat.

Video seperti ini kalau sampai tersebar di internet, tidak bisa dibayangkan hasilnya.

Royce berpikir sejenak : "Apa yang kau mau? Uang? Akan kuberikan padamu."

"Uang?" Anthony mendengus kesal : "Saat ini aku sudah tidak peduli dengan uang, Rian. Yang aku inginkan sekarang hanya tiga hal ini. Kalau kau mau mengambil kartu memori ini, pertama, beri aku 100 juta, dua, serahkan Gerwin padaku, tiga, suruh Vera Yan berlutut meminta maaf padaku."

Megan samar-samar teringat, Anthony kemarin sudah mengajukan semua itu. Ingin mrmbuat Royce meminta maaf. Kenapa tiba-tiba berubah menyadi Vera Yan?

Royce mulai merokok, dan menghembuskan asapnya : "Vera tidak mungkin datang. Kedua kakinya sudah tidak bisa berjalan."

"Bukankah itu lebih baik?" balas Anthonym sama sekali tidak menunjukan rasa simpati, malah tertawa senang : "Rian, sekarang di hadapanmu ada dua hal, satu hal adalah cinta, sedangkan yang satunya adalah keluarga. Lakukanlah pilihanmu. Kalau kau menyuruh ibumu berlutut di hadapanku, aku tidak akan ragu untuk menyerahkan kartu memori ini."

Ini adalah sebuah permainan.

Anthony ingin Royce menghadapi sulitnya menaruhkan dua hal yang dicintainya. Ia ingin balas dendam.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu