Seberapa Sulit Mencintai - Bab 155 Mempermainkan Hati Orang

Seketika, Megan Zhao langsung terjatuh dari lantai 3.

Anthony Xu melihat Megan Zhao terjun kebawah, sebelumnya, dia merasa, Megan Zhao tidak akan berani, karena masih banyak yang dia miliki.

Tetapi tidak diduga, walaupun harus meninggalkan dunia ini, juga tidak sudi untuk disentuh oleh Anthony Xu.

Anthony Xu segera berlari kearah balkon, dia menangkap sesuatu, tapi itu hanyalah sehelai rambut Megan Zhao.

Hari itu, sinar matahari sangat terik, seharusnya di hari yang pernah ada, Anthony Xu harusya sedang melukis atau membaca puisi, bersama dengan ayahnya di ruangan.

Tapi sekarang dia memaksa dan membunuh wanita yang paling dia cintai.

Dia akan ingat selamanya, Megan Zhao mengenakan dress berwarna merah, dengan rambut yang di kuncir, terlihat begitu segar.

Lantai 3, tidak tinggi, dan juga tidak rendah, bagian otak belakang Megan Zhao mengenai tanah, seketika darah berwarna merah mengalir di rerumputan, warna dari darah itu, terus mengalir, seperti bungan Datur, cantik dan mengenaskan.

Ingatan, jika di telan oleh waktu, maka Megan Zhao sedang berjalan di antara kekacauan, tidak melihat orang, tidak dapat menyentuh apapun, hanya selembar kertas putih.

Entah berjalan berapa lama, mungkin satu hari, mungkin satu bulan, mungkin satu tahun.

Akhirnya, dia mendengar orang berbicara.

“Adrian Gu, aku ingin kamu menolong dia! Apapun bayarannya!”

“Dia sudah mengalami kematian otak, dan waktu mengantarnya terlalu lama, kamu...... silahkan berduka.”

“Berduka apa! Aku beritahu kamu, kalau hari ini kamu tidak bisa menolong ddan menghidupkan dia, aku akan membuatmu hilang dari dunia ini!”

“Bisakah kamu tenang sedikit? Anthony Xu juga terjun, keadaan dia lebih baik dari Megan Zhao, kita harus menolong Anthony Xu terlebih dahulu!”

“Aku tidak peduli, kamu harus menolong Megan Zhao terlebih dahulu!”

“Royce Yan, kamu bukan orang seperti ini, kamu tenanglah, keponakanmu masih ada harapan.”

Sangat berisik, sangat berisik...... siapa yang berbicara tanpa henti di telinganya.

Sangat ingin menyuruh mereka berhenti.

……

Angin sepoi-sepoi di pantai, dengan rasa yang sedikit asin, dia bertelanjang kaki, berdiri di bebatuan, dengan rambut pendek yang cantik, memakai dress berwarna putih, sungguh menyegarkan.

“Megan, mari makan.” Di dalam ruangan, pria dengan kemeja putih, tubuh tegap, dan wajah tampan, memanggil namanya.

Dia tersenyum, seperti anak-anak, dia berlari masuk tanpa memakai sandal: “Kak Adrian, aku sudah lapar.”

“Aku sudah memasak mie yang kamu sukai, nanti malam jangan makan BBQ lagi, kemarin malam jam 11, aku melihatmu maling-maling makan lagi, sungguh tidak patuh.” Adrian Gu sengaja mengeluarkan raut wajah seram, dan ekspresi marah.

Megan Zhao segera memonyongkan bibirnya, sedikit terlihat sedih: “Aku kan lapar, siapa menyuruh kamu tidak memberiku makan.”

“Kamu si kucing serakah, malah mengatai orang lain, kamu tidak boleh makan BBQ lagi, bisa sakit, tahu tidak?”

Selesai bicara, telepon Adrian Gu berbunyi, matanya bersinar sejenak, kemudian tersenyum dan berkata: “Megan makanlah, kakak mau menangani sesuatu.”

“Iya!”

Adrian Gu melihat dia yang patuh, tersenyum, lalu berjalan kelantai 2.

“Bagaimana keadaan dia?”

“Lumayan, kamampuan tubuhnya masih sangat lemah, tidak bisa menerima rangsangan yang terlalu berat, kamu jangan khawatir.”

“Baiklah, anak dia dengan Anthony Xu aku sudah menyuruh Kelly merawatnya.”

Adrian Gu menghela nafas, kemudian berjalan masuk kamar.

Semenjak satu tahun yang lalu, Megan Zhao terjun dari lantai 3, dan di pastikan mengalami kematian otak, dia menjadi lumpuh, kemudian Adrian Gu dan tim dokter melakukan banyak operasi kepada Megan Zhao, akhirnya Megan Zhao pun dapat sadar.

Dia tidak bisa terbebani, saat terbebani ia langsung pingsan.

Ingatannya terkadang bisa baik, terkadang tidak jelas.

Kemudian dokter psikologi yang merawatnya mengatakan, saat hamil Megan Zhao menderita depresi berat, kematian otak sekali ini, membuat otaknya terbebani, karena hal ini jadi terkadang dia bisa ingat dirinya siapa, tapi terkadang, dia pun tidak ingat.

Saat dia tidak ingat, Adrian Gu mengatakan dirinya adalah kakak Megan Zhao, mereka kakak aadik tinggal disini.

Disaat itu, dia pernah satu kali teringat Royce Yan dan Anthony Xu.

Tapi saat itu, dia berkata: “Aku harap selamanya aku tidak tahu siapa diriku sebenarnya.”

Disaat pingsan untuk kedua kali, seperti yang dia katakan, dia tidak ingat lagi.

Bahkan tidak tahu, kapan dia akan ‘tersadar’ kembali.

Adrian Gu duduk di depan komputer, dia merasa kepalanya sangat sakit.

“Kakak?” Di luar pintu, sebuah kepala kecil muncul tiba-tiba, raut wajah yang lucu, seperti anak kecil.

Adrian Gu pun segera menjadi semangat, dia tersenyum kepada Megan Zhao: “Megan, sudah selesai makan?”

“Iya, sudah selesai.” Megan Zhao mendorong pintu perlahan, dan berjalan kesamping Adrian Gu, dia berkata dengan sedikit marah: “Waktu itu kakak bilang akan membeli kue untukku, tapi sampai sekarang tidak ada.”

Ekspresi wajah Megan Zhao sangat sedih.

Akhirnya Adrian Gu paham, kenapa dulu Royce Yan selalu mengatai Megan Zhao rakus, ingatannya tidak jelas, tapi mulutnya tidak berhenti.

Dia menunduk dan melihat, Megan Zhao tidak memakai sandal, dia pun mengerutkan alis: “Kenapa tidak memakai sandal?”

“Kakak bisa memakainya untukku.” Kemudian, Megan Zhao berjalan kesamping, dan mengambil sandal Adrian Gu yang lebih besar, meletakkan ketangan Adrian Gu, dan berkata: “Kakak pakailah untukku.”

Adrian Gu menghela nafas, dia memegang kaki Megan Zhao yang lembut, sesaat, dia sedikit tidak fokus.

Dia terus melihat kearah atas, melihat Megan Zhao yang seperti wanita berumur 18 tahun, senyum yang cantik, rambut pendek, membuatnya semakin cantik, dirinya yang memang cantik, sekarang, semakin cantik.

Hati Adrian Gu sedikit tergerak, dia melapas sepatu, dan berkata dengan dingin: “Kamu sudah besar, pakailah sendiri.”

“Heng!” Megan Zhao memakai sepatu dengan marah, lalu segera pergi.

Walaupun kehilangan ingatan, tetapi emosinya masih tidak berubah.

Adrian Gu hanya tersenyum tidak berdaya, selesai mengerjakan tugas, sudah pukul 3 sore.

Air di gelasnya sudah habis, dia pun turun lantai untuk mengambil air, ia melihat Megan Zhao duduk di sofa, dan terlihat marah.

“Kenapa ini, siapa yang membuat Megan marah.”

Megan Zhao memutar kepala, tidak meladeni Adrian Gu.

“Kamu ini, semakin tidak punya aturan.” Adrian Gu mengelus kepalanya, walaupun perkataanya tidak enak di dengar, tapi dipenuhi dengan rasa sayang.

Rasa sayang ini, tidak di sadari, bahkan Adrian Gu sendiri tidak menyadarinya.

“Jika kamu seperti ini lagi, kakak akan pergi.” Adrian Gu sengaja mengeluarkan ekspresi marah.

“Kamu pergilah.” Megan Zhao masih tidak menoleh: “Kalu pergi jangan kembali lagi.”

“Baiklah, kamu jangan menyesal.” Ucap Adrian Gu, kemudian segera berjalan pergi.

Saat sampai di pintu pembatas, dia berhenti, dan berdiri di baliknya.

Megan Zhao mendengar tidak ada suara lagi, dia marah, dan berdiri, memakinya: “Nanti aku tidak akan meladeni kakak lagi, aku akan tinggal sendiri, heng!”

Selesai bicara, dia berjalan naik kelantai atas dengan marah, tetapi karena berjalan terlalu cepat, tidak sengaja terkena kaki meja, dan dia pun jatuh.

Adrian Gu segera berjalan mendekat, dan berkata: “Kenapa ceroboh seperti ini?”

Saat mengangkat kepala, terlihat Megan Zhao yang sedang tertawa: “Aku tahu kakak tidak pergi.”

Tiba-tiba Adrian Gu mulai sadar, sebenarnya Megan Zhao dan Royce Yan, adalah orang yang berkepribadian sama, saat memainkan hati orang, mereka sangat hebat.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu