Seberapa Sulit Mencintai - Bab 281 Mengerti Dengan Jelas

Anthony tertawa sinis.

Padahal diingatan Megan, Anthony bukanlah orang yang seperti ini.

Ia sangat lemah lembut dan rendah hari. Saat marah pun ia tidak pernah marah untuk waktu yang lama.

Tetapi saat ini ia sudah menggila, sampai-sampai Megan merasa sangat sulit untuk mengenalinya.

"Tahukah kau betapa manyak tenaga yang kugunakan untuk kabur dari penjara itu?" Anthony mencengkeram wajah Megan : "Tetapi begitu aku keluar, semuanya sudah tidak ada."

"Keluarga, teman, perusahaan, anak, semuanya menghilang, Megan. Tahukah kau aku terus-terusan membayangkan seandainya kita kembali ke masa lalu? Aku bahkan sampai membayangkan seandainya Rian Zhou selamanya adalah pamanku!"

Suara Anthony semakin lama terdengar semakin keras.

Megan pun akhirnya memahami rencana Anthony. Ia mulai merasakan tubuhnya memanas, bahan kesadarannya pun mulai memudar.

"A-Anthony..." rintih Megan, "Aku sungguh merasa bersalah padamu. Tapi ini sudah kelewatan, tak bisakah kita bicarakan baik-baik?"

"Bicarakan baik-baik?" cengkeraman Anthony semakin kencang pada wajah Megan : "Pernahkan kalian berpikir untuk berbicara baik-baik denganku saat kalian menjerumuskanku ke penjara? Apakah Rian berencana akan melepasku begitu saja? Tidak! Dia menginginkanku mati! Dan kalau aku mati kau juga harus ikut bersamaku!"

"Apa yang kau katakan? Ia sudah menikah dengan wanita lain dan pindah ke luar negeri, berhentilah mengacau."

"Menikah?" Anthony tertawa sinis dengan sarkastik : "Kau adalah segalanya baginya, bagaimana mungkin ia menikah dengan orang lain? Megan Zhao, kalau kau ingin menipuku, cobalah dengan alasan yang lebih masuk akal."

Setelah mendengar itu, Megan mendengar sebuah suara 'biip', seperti suara sebuah mesin.

Megan pun mengerutkan alisnya, ia sudah tidak tahan dengan rasa panas yang ia rasakan.

"Berikan mesinnya padaku, menurutlah."

Suara Anthony semakin samar-samar.

Saat itu Megan hanya ingin melemparkan dirinya ke laut untuk melegakan rasa panas yang ia rasakan.

Ia mulai menggeliat dan mendesah kesakitan.

Anthony yang memperhatikannya dari samping, melihatnya seperti itu membuatnya sedikit kehausan.

Tubuh Megan sangatlah bagus, walaupun sudah melahirkan seorang anak.

Ia pun tidak bisa menahan dirinya dan mengulurkan tangannya untuk meraih Megan. Tetapi melihat mesin itu, ia pun menarik tangannya kembali.

Panas, sangat panas... Ini membuat Megan...merindukan Royce...

Samar-samar, ia mendengar suara pintu didobrak.

Anthony memekik sesaat, sebelum berteriak : "Aku telah menelan kartu memori itu, kalau kau tidak ingin Megan dipermalukan, berikan Gerwin padaku dan setor 200 miliar tunai padaku, dan berlutut minta maaf padaku!"

"Dasar orang gila!"

Megan bisa mendengar suara berkelahi, lalu ia mendengar seseorang berkata : "Baiklah, Anthony, persyaratan itu akan aku lakukan. Tunggu kabar dariku besok."

Setelah itu, Megan pun digendong naik ke lantai atas.

"Royce... Royce...," rintih Megan sambil meletakkan tangannya di dada orang itu. Ia merasa sedikit lega dari suhu panas sebelumnya.

Ia pun merasakan dirinya dibaringkan di atas kasur.

Lalu seseorang duduk di sisinya. Samar-samar ia melihatnya dengan jelas.

Rangka wajahnya, sangat indah bagaikan sebuah lukisan.

Nafas hangatnya berhembus di lehernya, sepasang tangan hangat itu sedang menggenggam kedua tangannya.

Orang itu mendekat ke telinganya dan berkata : "Jangan pikir terlalu banyak, serahkan saja padaku."

Megan menggigit bibirnya, merasa sangat familiar...

Perlakuannya yang lembut dan hangat.

Setelah watu berlalu, Megan mulai sedikit pulih. Ingatannya mulai kembali. Ia hanya bisa panik khawatir tanpa tahu harus bagaimana.

Tidak ada sehelai pakaian di tubuhnya. Manusia bodoh pun pasti tahu apa yang telah terjadi.

Ia mencengkeram selimutnya erat-erat dengan wajah yang memucat.

Sedangkan orang yang berbaring di sampingnya sepertinya sedang tertidur lelap.

Megan hanya bisa terbaring di kasur meratapi apa yang baru saja terjadi.

Ia tidak tahu harus bagaimana. Tidak tahu apakah ia masih punya muka untuk bertemu dengan Royce.

Memikirkan itu air matanya mulai mengalir.

Ia mengulurkan tangannya meraih benda tajam di sisinya. Tanpa mengetahui benda apakah itu, ia langsung mengarahkannya ke orang di sampingnya dan menusuk orang itu.

Ia mendengar suara pekikan sbelum merasakan orang itu terduduk dan berteriak : "Apakah kau sudah gila! Kau ingin membunuhku?"

Suara ini...

Megan tercengang, membeku di tempat.

"Sialan, kau serius?" orang itu memegangi tangannya yang beralir darah hangat. Ia terburu-buru turun dari ranjang, sepertinya sedang mencari sesuatu untuk mengobati lukanya.

Megan masih terduduk di kasur, kepalanya terus memikirkan suara tadi.

Sangat mirip dengan Royce...

Royce...

"Dasar biadab!" Megan menggeram, matanya berlinang air mata : "Akan kubunuh kau!"

"Terserah kau kalau berani," orang itu sepertinya marah, dan langsung pergi ke lantai bawah.

Tidak lama, seseorang naik dan bertanya : "Nona Zhao, apa yang terjadi?"

Wanita yang menyambutnya.

Air matanya tidak bisa berhenti mengalir mengingat-ngingat apa yang terjadi barusan. Ia dan orang itu. Entah berapa kali.

Semakin dipikirkan semakin sedih.

"Saya lupa memberitahu nona, tuan rumah kamu bermarga Yan." wanita itu tertawa kecil lalu berjalan pergi meninggalkan Megan duduk sendiri di kasurnya dengan kebingungan.

"M-marga Yan?" ulang Megan.

Ia mulai menyadari. Apa yang terjadi barusan, ditambah peristiwa yang terjadi Kecamatan Ruan kapan hari.

Ia melompat turun dari ranjang dengan panik. Meraba-raba dinding mencari pintu dan berteriak : "Apakah itu kau, Royce? Royce!"

Tak ada jawaban.

Megan tahu ia pasti tadi sudah melukainya, apalagi ia tidak tahu benda apa itu. Mungkin saja gunting, atau pisau. Yang jelas benda itu cukup untuk melukai seseorang.

Disaat ia semakin resah, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka.

"Katakan sekali lagi, kau bilang kau ingin membunuhku?" dari suara dingin itu Megan thau ia sedang marah.

Kali ini Megan pun bisa mendengarnya dengan jelas.

Orang ini.

Royce Yan. Pasti tidak salah lagi.

Mungkin karena terlalu terkejut.

Atau mungkin karena tidak percaya Royce Yan akan berdiri di hadapannya.

Megan hanya bisa berdiri diam di tempatnya.

Tidak tahu harus bagaimana.

Royce menghela nafas memecah keheningan, "Aku harus pergi ke rumah sakit. Darahku terus mengalir sampai sekarang."

"A-apakah kau baik-baik saja?"

"Aku hampir mati." geram Royce sedikit kesal, "Padahal aku sudah menolongmu, kau malah mau membunuhku."

'Menolong'.

Wajah Megan memerah, ia menunduk mengerucutkan bibirnya dan berkata : "M-maafkan aku, a-aku tidak tahu..."

"Sepertinya khasiat obatnya masih belum hilang. Sudahlah, karena aku orang baik aku akan menolongmu sekali lagi."

Mengatakan itu, Royce menggendong Megan lagi dan berjalan kembali ke arah ranjang.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu