Seberapa Sulit Mencintai - Bab 431 Ayo Ke Kabupaten

Kimmy Ning tahu Leo Wu hanya memuji diri sendiri, tapi baru pertama kalinya dia mendapat uang sebesar ini, Kimmy Ning juga merasa ‘bangga’.

“Paman Wu, kita.. kita simpan saja uangnya.”Kimmy Ning melipat uangnya baik-baik, memasukkannya ke dalam tas, lalu sambil tertawa menghampiri Leo Wu: “Lihat, kita untung banyak!”

Leo Wu juga tidak menyangka, Kimmy Ning membuat beberapa bakcang, bahkan masih membuat reputasi yang bagus. Baru kali ini pertama kalinya ada orang yang datang hanya untuk sebuah bakcang.

Tapi setelah menerima uang, menghadapi banyaknya pelanggan, Kimmy Ning merengut. Leo Wu sama sekali tidak pernah membantu membuat bakcang ini, dia bilang sendiri bukannya tidak ingin membantu, tapi dia sangat ceroboh. Mengerjakan hal yang seperti ini, hasilnya tidak akan bagus, malahan bisa merusak hasil karya Kimmy Ning.

Ratusan bakcang ini dilakukan oleh Kimmy Ning sendiri, memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi untuknya.

“Paman Wu, atau aku minta bantuan saja pada bibi tetangga sebelah saja.” Kimmy Ning mengrenyitkan dahi sambil berkata: “Aku buat sendirian pasti tidak bisa, bakcangnya banyak begini.”

Leo Wu berpikir-pikir lalu berkata: “Kimmy, apa kau tahu pohon besar mengundang angin?”

“Pohon besar mengundang angin?” Kimmy Ning berpikir sejenak, lalu ia mengerti apa yang dimaksud Leo Wu: “Paman Wu, maksudmu sudah ada orang yang...”

“Benar.”Ekspresi Leo Wu nampak curiga: “Lihat penjualan bakcangmu ini, sudah terdengar hingga ke orang tuamu. Apalagi orang yang yang jauh, mereka pasti terpikirkan ingin mencoba makananmu. Di perjalanan pulang kau liat bibi tetangga sebelah sedang membuat bakcang juga, kau bilang Hari Festival Kapal Naga, masih kesal saja, bukannya ini demi kau?”

Setelah dipikir, memang benar, kejadian di desa terjadi begitu saja. Kejadian kecil dan sepele yang terjadi langsung tersebar begitu saja.

Kimmy Ning bekerja dengan membuat bakcang, entah sudah mengundang iri berapa orang. Mereka juga bekerja dengan membuat bakcang, pasti ada orang yang ingin melihat keunikan disini, membuat sendiri dan menjualnya.

Berpikir sampai disini, Kimmy Ning berkata: “Paman Wu, aku lega, punyaku diisi sayuran, aku sendiri yang mau, bahkan jika ada yang mau menirunya pun tidak bisa,tenang saja.”

Leo Wu mengangguk: “Kimmy Ning, aku tidak membantu apapun, tanganku sangat cerobh dan kau tahu itu. Jika merusak rasa, tidak akan ada yang mau beli, tapi aku bisa membantumu mengurus daunnya, mencuci beras atau sejenisnya.”

Kimmy Ning sedikit curiga, hari-hari ini Leo Wu berubah banyak, tidak pergi berjudi, bahkan masih bilang akan membantunya mengurus daun.

“Terima kasih, Paman Wu.”Kimmy Ning tersenyum dengan manisnya, siang hari mereka berdua pergi kebun buluh, memetik daun untuk daun bakcang. Tenaga Leo Wu sangat besar, sekalinya mencabut padi bisa langsung beberapa kilo sekali ambil.

Setelah bagi tugas, pekerjaan Kimmy Ning berkurang banyak. Setelah mewarnai ketan, lalu mulai membungkus bakcang.

Waktu yang ditentukan adalah 1 minggu, Kimmy Ning sudah menghitung waktunya, sehari membuat 100 buah, maka dalam 1 minggu akan terbuat 700 buah. Kelihatannya tidak akan jadi masalah.

Tapi sebelumnya belum ada pesanan, Kimmy Ning membuat sehari lalu itirahat sehari. Sekatang setiap hari harus membuat 100 buah, cukup makan waktu dan tenaga.

Leo Wu sering mendapati Kimmy Ning sibuk hingga pukul 2-3 belum tidur, usia semuda ini terpaksa memiliki lingkar hitam mata.

Leo Wu merasa ada yang tidak beres, lalu ia pergi ke kabupaten,dengar-dengar sarang burung walet bagus untuk kesehatan, maka dia membeli beberapa obat di kabupaten.

Tidak tahu mana yang asli dan palsu, juga tidak tahu apakah membeli barang yang benar atau tidak. Uang sudah habis lumayan banyak, Leo Wu tidak berencana untuk mengatakan hal ini kepada Kimmy Ning, yang penting beli sarang burung walet, bagi mereka adalah barang yang mahal.

Saat pulang, Kimmy Ning masih membungkus bakcang, tapi sudah ada makanan di atas meja.

“Kimmy Ning.”Leo Wu memanggilnya: “Sini!”

“Iyaaa!”Begitu mendengar, Kimmy Ning langsung menaruh apa yang ditangannya dan beranjak: “Paman Wu, ada apa mencariku?”

“Nih, aku beli ini untukmu.”Leo Wu menaruh sarang burung walet di meja makan: “Kata pemilik toko, rebus sarang burung walet ini dengan air, tambah sedikit gula, rasanya akan jadi sangat enak.”

Kimmy Ning mengambil benda itu, tertulis jelas ‘sarang burung walet’, dia tidak tahu harga barang ini, tapi mendengar orang lain pernah berkata, sarang burung walet sama dengan emas, sangat mahal!

“Paman Wu, ini mahal kan!” Kimmy Ning merengut: “Aku tidak bisa memakannya, cepat kembalikan.”

“Kau itu kurus, beberapa hari ini selalu sibuk, aku rasa rak dan tulangmu itu tidak ada bedanya, makanlah sedikit, kan sudah dibeli.”

Kimmy Ning merasa tidak tega, walaupun Leo Wu mencari uang lewat judi, tapi sebenarnya dia bukanlah orang kaya, sarang burung walet ini pasti mahal.

Teringat yang dia lakukan untuknya, pergi ke kabupaten membeli sarang burung walet, ini sudah merupakan hal yang cukup merepotkan. Kalau dia menolak lagi, hanya akan mengecewakan Leo wu saja.

Setelah dipikir-pikir, ia berkata: “Paman Wu, dimakan bersama saja. Setelah mereka membayarku, aku akan membelikanmu ginseng.”

Selesai bicara, Kimmy Ning berbalik berjalan menuju dapur, melanjutkan kerjanya.

Leo Wu diam-diam melihat bayangnya, menggeleng kepala dengan pasrah, lalu bergumam: “Anak ini... membelikanku ginseng...”

Kimmy Ning pertama kalinya makan sarang burung walet, memasaknya sesuai arahan Leo Wu, rasanya enak juga.

Dia mengambilkan semangkok untuk Leo Wu, mereka berdua makan bersama, suasana terasa hangat dan mebahagiakan, seperti suasana keluarga.

Tapi Kimmy Ning yang dilihat Leo Wu, membuatnya ingin menaruh mangkok. Tiba-tiba ia merasa, sebenarnya dia tidak pantas untuk Kimmy Ning, demi seorang anak, dia merepotkan Kimmy Ning seumur hidup, sebenarnya sangat tidak baik.

Dia pantas mendapatkan yang lebih baik.

Terpikirkan ini, Leo Wu bungkam.

Kimmy Ning tidak bisa menebak isi pikiran Leo Wu, setelah memakan habis, ia berkata: “Paman Wu, malam ini aku sibuk lagi, nanti aku akan merebuskan air mandi untukmu, tidak apa kan?”

“Iya.”Leo Wu menjawab: “Tidak usah merebus lagi, hari ini aku tidak mandi, cepat selesaikan, tidur cepat.”

“Iya, baiklah.”

Dia mengintip ke dapur, Kimmy Ning tenggelam dalam kesibukannya, latihan membuatnya terbiasa dan makin ahli, sekarang sedang membungkus bakcang, hanya butuh 1 menit.

Walaupun begini, ini sebuah hal yang susah dikerjakan sendirian.

Leo Wu tahu tidak bisa membantu apa-apa, juga tidak ingin mengganggu Kimmy Ning.

Dia terus sibuk seminggu ini, setiap hari sibuk kerja, dan akhirnya bakcang sudah selesai sesuai pesanan.

Hari itu, bakcang yang dibuat Kimmy Ning selesai, sudah bisa di taruh di ruang tengah.

Ketika tamu datang, mereka dengan terkagum berkata: “Wah , Kimmy hebat! Satu minggu saja kau sudah selesai mengerjakan semuanya!”

“Ini pekerjaanmu, bakcang yang anda semua inginkan sudah siap, silakan bawa.”

Semua orang merasa puas dengan hasil kerja Kimmy Ning, tidak memeriksanya, juga tidak melihatnya, hanya memberikan sisa bayarannya, membawa bakcang dan pulang.

Kimmy Ning membawa uang seribu itu ditangan, lalu mencari Leo Wu dan berkata: “Paman Wu, bawa aku ke kabupaten, sudah lama aku tidak kesana, aku ingin membeli barang.”

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu