Seberapa Sulit Mencintai - Bab 168 Harus Pergi!

Sungguh sangat ajaib, anak ini bisa tetap hidup, pandangan mereka yang sangat meremehkan dan mengejek Megan pun kini berubah menjadi pandangan kagum dan terkejut, benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat.

Jane berkata, di suku ini hanya ada seorang 'bomoh' saja, dan 'bomoh' itu hanya bertugas untuk mengobati Tetua, dan ia selalu memikirkan semua ramuan dan mantra sihirnya sendiri dengan menggunakan obat-obatan herbal dari dalam hutan.

Oleh karena itu, Megan merasa nyawa orang-orang di sini benar-benar besar.

Mungkin untuk mencegah terkena penyakit, orang-orang di sini selalu melatih kebugaran mereka sejak kecil, bahkan anak kecil pun juga punya otot yang kuat.

Hanya wanita saja yang menyedihkan, karena saat melahirkan akan mengeluarkan banyak darah, orang-orang suku ini merasa kalau darah adalah 'dosa'. Dan 'dosa' ini adalah bencana dari langit, harus diisolasi, kalau mereka bisa tetap hidup, barulah mereka boleh tetap hidup di desa ini.

Di hari Megan datang, ia melihat seorang wanita yang baru saja melahirkan dikurung di dalam pondok, sekeras apa pun ia meronta dan memohon, tak ada yang menghiraukannya, sepertinya semua orang sudah sangat terbiasa dengan keadaan seperti ini.

"Jane, mengeluarkan banyak darah saat melahirkan adalah hal yang wajar, kenapa kalian harus mengurungnya?"

Megan dijuluki 'Bomoh' oleh sang Tetua, dan sekarang tinggal di dalam rumah kayu di desa itu, bisa dibilang kedudukannya lumayan tinggi.

Dan Jane menjadi teman pengikutnya, dengan hati-hati ia berkata, "Mana mungkin ini adalah hal yang wajar, kalau ia mengeluarkan darah, berarti ia 'berdosa'."

Pemikiran Jane sudah berubah menjadi sama dengan orang-orang di tempat ini, ia tak bisa mengerti akan hal yang wajar yang dimaksud oleh Megan.

"Tapi kalau seorang ibu yang baru saja melahirkan dikurung seperti itu, mereka pasti akan mati."

Jane menganggukkan kepala, "Iya, oleh karena itu orang-orang yang 'berdosa' jarang sekali bisa tetap hidup, karena itu adalah hukuman dari Tuhan!"

"Bukan, Jane, mereka baru saja melahirkan dan dibuang begitu saja ke tempat yang kotor seperti itu, lukanya pasti akan terinfeksi dan mati, bukan karena Tuhan menghukum mereka!"

Jane mengerutkan keningnya sedikit, menatap Megan dengan sedikit bingung.

"Kau dulu pernah tinggal di desa yang beradab, kenapa kau bisa dicuci otak oleh orang-orang di sini."

"Desa?" Jane memiringkan kepalanya, "Sebenarnya, banyak hal yang sudah tak kuingat dari masa laluku, bahkan Bahasa Mandarin saja aku juga tidak bisa mengatakannya dengan lancar, ada banyak huruf juga yang aku sudah lupa."

Megan tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan pada Jane, kehidupan di dunia luar sana sangat berbeda dengan di sini, orang-orang di sana sangat beradab, ada alat-alat dan teknik-teknik kesehatan yang sangat maju, mereka tak akan membiarkan nyawa orang lain melayang begitu saja.

Di dalam hatinya ia bertekat, ia harus segera meninggalkan tempat ini.

Malam itu, selagi orang-orang di sana sedang tidur, Megan pun pergi ke pondok di sebelahnya itu diam-diam.

Ibu yang baru saja melahirkan itu sudah dikurung seharian penuh.

Saat ia membuka pintunya, terciumlah aroma darah yang sangat tajam.

Megan tak tahu bagaimana caranya berkomunikasi dengan dia, ia pun langsung menggenggam tangannya.

Ibu itu pun kurang lebih mengerti apa tujuan Megan datang kemari, karena di tempat ini, tidak akan ada orang yang mau bersentuhan dengan orang 'berdosa' tanpa sebab.

Ia meletakkan sebongkah gula ke tangan Megan, lalu berkata sesuatu, namun tak lama ia pun kehilangan kesadarannya.

Megan memeriksa nafas di hidungnya.

Sudah mati.

Ia mati begitu saja di hadapannya.

Ini pertama kalinya Megan melihat orang mati, ia terdiam sejenak, tak lama, ia pun segera berlari dari tempat itu, kembali ke kamarnya dengan sangat panik, ia bersandar di balik pintu, wajahnya sangat pucat.

"Mati......" Bibir Megan gemetaran, "Dia sudah mati......"

Dengan panik, ia pun membuka tangannya, sebongkah gula.

Hanya sebongkah, ini adalah gula yang hanya bisa didapatkan dari dunia luar, mungkin ini adalah sesuatu yang sangat berharga.

Mungkin maksudnya, ia ingin agar Megan menjaga dan merawat anaknya dengan baik.

Megan sangat ketakutan, sangat amat ketakutan.

Di tempat ini sama sekali tidak ada peraturan, sama sekali tidak ada hukum, yang ada, hanya peraturan-peraturan tidak masuk akal mereka di sini.

Kalau mengeluarkan darah, berarti harus mati, ia melihat tangannya sendiri, kalau dirinya tidak menyelamatkan anak 'Tetua' itu, apa dirinya saat ini sudah tidak bernyawa lagi?

Seketika, Megan pun merasa panik......

Malam itu, Megan tidak berani tidur, otaknya dipenuhi dengan bayang-bayang saat wanita itu meninggal tadi.

Keesokan paginya, Jane datang dan mengetuk pintu Megan, "Bomoh, Tetua jatuh sakit, coba lihat dia."

Megan sama sekali tidak bisa tidur semalaman, ia pun membuka pintu sambil terhuyung-huyung.

Jane pun mengulurkan kepala kecilnya ke dalam, "Bomoh, cepat, bomoh yang satunya lagi sudah sampai."

Desa ini dianugerahi lagi dengan seorang bomoh baru, Megan, bagi Jane, ini adalah anugerah dari Tuhan.

Di desa itu hanya Tetua dan bomoh saja yang boleh tinggal di rumah kayu, orang-orang lainnya hanya bisa tinggal di dalam pondok jerami atau pondok dari lumpur.

Saat Megan sampai di rumah Tetua, bomoh yang satunya lagi sepertinya sedang melakukan sihir di halaman rumahnya, kelihatannya sangat misterius.

Jane berbisik di telinga Megan, "Sepertinya penyakit Tetua sangat parah, bomoh saja sudah mulai memohon pada Tuhan dan meminta agar Tetua bisa melewati masa krisisnya."

"Apa penyakitnya bisa sembuh setelah memohon pada Tuhan?"

"Jangan berkata seperti itu." kata Jane sedikit kesal, "Ini bukan penyakit, ini adalah ujian yang diberikan Tuhan pada Tetua, kalau ia bisa melewatinya, ia pasti akan lebih hebat dalam menuntun kita."

Megan benar-benar tidak bisa berkomunikasi dengan Jane, tiba-tiba, sang bomoh itu pun berlutut di atas tanah, seluruh penduduk desa pun duduk di sebelahnya dan komat-kamit berkata sesuatu.

Tetua duduk di depan, wajahnya sangat pucat, padahal sebenarnya ia adalah seorang pria yang sangat kekar, namun sekarang ia terlihat seperti orang yang sangat lemah.

Dari dulu, Megan tidak pernah percaya dengan dewa atau pun setan, kalau sakit ya sakit.

Setelah melakukan upacara sihir satu pagi penuh, Tetua tetap saja tidak kunjung membaik.

Bomoh itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jane memegangi tangan Megan dengan wajah yang memelas, "Habislah, kata bomoh, kali ini Tetua tidak bisa."

Megan berjalan maju ke depan dan melihat Tetua itu.

Sebenarnya ia juga tidak mengerti ilmu-ilmu kedokteran, beberapa ilmu yang mudah semua ia pelajari dari buku kedokteran yang diberikan oleh Harland.

Untung saja, penyakit Tetua itu adalah penyakit kecil.

Namun di sini, mereka malah mengira bahwa penyakit itu adalah hukuman dari Tuhan.

Ia berjalan ke dalam hutan di sekitar sana, setelah mencari sesaat, ia pun memetik beberapa jenis rumput dan dedaunan, lalu berkata pada Jane, "Katakan pada Tetua, penyakitnya akan sembuh setelah makan ini."

Jane terkejut bukan kepalang, setelah berpikir sesaat dan yakin bahwa Megan tidak berbohong, barulah ia menerjemahkan perkataan Megan itu pada sang Tetua dengan terbata-bata.

Setelah mendengarnya, Tetua pun terlihat sangat marah, dan para penduduk di sana mulai mengambil batu dan mereka lemparkan pada Megan dengan marah.

Megan menutupi kepalanya sambil berteriak, "Jane, apa maksud mereka!"

Jane juga sedikit marah, "Apa maksudmu, kalau kau menyuruh Tetua makan rumput-rumput ini dan dia mati, kita semua pasti akan habis!"

"Ia hanya heatstroke biasa, bunga-bunga ini adalah bunga frangipani, dengan makan ini keadaannya pasti akan membaik, aku tidak bohong!"

Jane tidak percaya, para penduduk dan Tetua lebih tidak percaya lagi.

Bomoh yang satunya lagi berdiri di samping dan memandangi Megan dengan mata yagn merendahkan.

Sang Tetua pun melambaikan tangannya, dan Mengan langsung ditangkap dan disekap di dalam kandang sapi.

Jane tidak mau membantunya lagi, ia berdiri di luar dan berkata, "Kau sudah keterlaluan, kali ini, serahkan saja nasibmu pada Tuhan!"

"Jane, dengarkan aku, rumput dan bunga ini tidak beracun, berikan ini pada Tetua, kalau dia mati, aku akan mati bersamanya, tapi kalau dia hidup, bukankah itu adalah hal yang baik?"

Bujukan Megan itu sedikit berguna.

Jane tergerak sesaat dan bertanya, "Benarkah?"

"Jane, dulu saat kau di desa, apa kau pernah mendengar heatstroke?"

"Heatstroke?" Jane berpikir sejenak, "Sepertinya pernah."

"Kalau begitu cobalah untuk memberikannya pada Tetua, paling nanti aku hanya perlu menemaninya ke alam baka!"

Yang membuat hati Megan sakit, bukanlah Jane yang tidak berbuat apa-apa, namun karena tempat ini ternyata seketinggalan itu, bahkan demam dan heatstroke biasa saja bisa membuat mereka ketakutan setengah mati.

Megan memegangi liontinya dan bersumpah, ia harus pergi dari tempat gila ini!

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu