Seberapa Sulit Mencintai - Bab 358 Punya Atau Tidak, Tidaklah Penting

"Mengingat saat itu, ketika kamu pergi, aku sangat khawatir padamu. Takut kalau sesuatu yang buruk terjadi. Kemudian, kamu menghilang tanpa kabar. Kami semua mengira kalau kamu sudah mati. Ayahmu benar-benar cemas hingga tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, kamu kembali juga. Tapi, mengapa kakakmu juga ikut-ikutan. Untung saja ini semua tidak benar-benar terjadi. Kalau tidak, aku dan ayahmu tidak tahu harus bagaimana menjalani hidup ini."

Air mata Ibu Zhou menetes ketika mengucapkan kata-kata tersebut. Ia melepas kacamata dan menyeka air matanya, lalu berkata: "Ah, waktu berlalu begitu cepat. Dalam sekejap saja, sudah tiba di hari tua."

"Ibu, jangan bicara yang tidak-tidak," kata Royce sambil berjalan mendekat. Ia kembali berkata: "Tenang saja, selama ada aku, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada kalian. Lagi pula, anakmu ini sangat hebat, tidak ada yang berani menggangguku."

Ibu Zhou sebenarnya tidak ingin Royce menjadi bos besar. Ia merasa bahwa Royce menjadi orang biasa saja sudah sangat baik. Seandainya Vera tidak membuat masalah pada saat itu, kehidupan Royce pasti tidak akan seperti saat ini, penuh dengan bahaya dan ketidakpastian.

Tetapi, masalahnya telah sampai pada titik ini, dan tidak ada yang perlu dikeluhkan lagi.

Ketika turun ke bawah, ia melihat Megan sedang duduk di sofa, sedangkan kedua anak itu duduk di sebelah kakek dan nenek mereka.

Entah apakah karena adanya kedua anak kecil itu, raut senyum di wajah kakek dan nenek menjadi begitu jelas.

"Makanan sudah siap! Ayo makan!" teriak Anna. Ia menyajikan banyak makanan di atas meja makan itu.

Setelah semuanya duduk bersama di meja makan, mereka pun menyadari bahwa mereka begitu tenang dan damai ketika berkumpul bersama. Ini lebih penting dari apa pun juga.

Anna juga mempersiapkan anggur yang baik di rumah itu. Setelah menuangkan segelas anggur untuk tiap-tiap orang, ia pun menjadi orang pertama untuk meminum anggur tersebut.

Melihat hal ini, Anthony mengerutkan alisnya dan berkata: "Ibu, jangan minum banyak-banyak."

Anna melambaikan tangannya untuk memberi tanda agar Anthony tidak perlu khawatir. Ia menyeka noda anggur di mulutnya dan berkata: "Aku sama sekali tidak menyangka masih bisa kembali. Aku selalu berpikir kalau aku akan mati di luar. Mungkin juga tidak akan pernah kembali lagi seumur hidupku dan tidak dapat melihat anakku, Ayah dan Ibu, dan juga suamiku."

Mereka semua dapat melihat bahwa suasana hati Anna sedang sangat baik. Hanya saja, karena terlalu baik itulah, maka juga bisa menyebabkan sesuatu yang menyedihkan.

Anthony pun menundukkan kepalanya. Kemudian, ia menuang segelas anggur dan tiba-tiba berdiri menghadap ke arah Royce sambil berkata: "Paman, aku telah melakukan kesalahan sebelumnya. Dengan segelas anggur ini, aku akan bersulang untuk menghormatimu."

Sesudah berbicara, Anthony mengangkat kepalanya dan meneguk anggur itu.

Megan tertegun. Semenjak kepergian Anna, Kakek, dan Nenek, kepribadian Anthony menjadi susah ditebak. Ia seolah berubah menjadi orang lain.

Anthony yang sekarang sudah tidak pemarah lagi, lebih mirip seperti ketika di universitas dulu.

Ia mungkin sudah bisa menerima keadaannya. Kalau tidak, bagaimana mungkin ia menjadi seperti saat ini.

Royce pun menanggapinya. Ia menuang segelas anggur dan menghabiskannya dalam sekali tegukan, kemudian berkata: "Anthony, ini bukan salahmu. Ini semua karena aku yang tidak dapat mengurusnya dengan baik. Aku harap keluargaku dan orang yang kucintai bisa hidup bahagia. Hanya saja, ada terlalu banyak pilihan di dunia ini. Sedikit saja melakukan kesalahan, akibatnya bisa fatal. Yang bisa kulakukan adalah menjaga semua orang dengan sebaik mungkin."

Megan mengulurkan tangannya dan menggenggam jari kelingking Royce erat-erat, lalu berkata dengan suara pelan: "Sayang, jangan minum banyak-banyak."

Royce mengangguk, kemudian tersenyum dan berkata: "Jangan bicarakan hal-hal yang menyedihkan lagi. Aku dan Megan berencana untuk mengurus pesta pernikahan kami dengan baik. Ini juga sebagai hadiah untuknya."

Royce mengatakan hal itu sambil menggenggam tangan Megan dan tersenyum padanya.

Anthony melihat interaksi di antara mereka berdua. Jika dikatakan bahwa dirinya tidak sedih, tentu saja bohong. Ia benar-benar mencintai Megan. Selama bertahun-tahun ini, ia sempat membencinya, bahkan ingin membunuhnya. Tetapi, ia tidak dapat memungkiri kalau dirinya mencintai Megan.

Sejak hari di mana Royce dan dirinya membicarakan tentang masa lalu Megan itu, ia tiba-tiba tersadar bahwa sebenarnya cinta di antara mereka itu tidak seperti yang dipikirkannya.

Mereka telah berhubungan selama bertahun-tahun, sejak muda hingga dewasa, dan telah mengalami banyak hal bersama. Dan perasaan ini, seberapa besar kepercayaan dan ketekunan yang mereka butuhkan untuk sampai pada kondisi yang seperti sekarang ini?

Anthony tidak rela, tetapi ia juga tidak berani membayangkannya. Pada akhirnya, ia pun mengerti bahwa Royce dan Megan mungkin pada kehidupan sebelumnya sudah sepakat untuk terus menjadi sepasang suami istri untuk selamanya, dan siapa pun tidak dapat memisahkan mereka.

Anna tidak menyukai Megan, tetapi setelah melalui begitu banyak hal, ia pun akhirnya memahami perasaan Megan dan Royce, sehingga ia berkata: "Pesta pernikahan ini harus dipersiapkan pelan-pelan, jangan sembrono seperti sebelumnya. Aku akan memilih hari yang baik untuk mengadakan pesta ini."

"Baik, terserah Kakak saja," jawab Royce sambil tersenyum dan mengambilkan makanan favorit Ayah dan Ibu Zhou. Mereka sekeluarga bersukaria bersama.

Pemandangan indah seperti ini merupakan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Megan sebelumnya.

Selesai makan, Anna mengajak kedua anak kecil itu ke depan untuk menyalakan petasan. Pemandangan salju di luar ditambah dengan suara petasan itu sungguh menciptakan suasana tahun baru.

Anthony diam-diam memberikan sebuah angpao pada Megan. Dengan mata yang memerah, ia berkata: "Bibi, ini untukmu. Terimalah."

Hari itu, pada tanggal 12 bulan pertama, Anthony memanggilnya dengan sebutan bibi untuk pertama kalinya.

Pada akhirnya, ia pun mengakui Royce dan juga Megan.

Megan menerima angpao itu dan hatinya pun terasa hangat. Kemudian, ia berkata: "Anthony, kamu pasti akan menemukan yang lebih baik."

Anthony tersenyum pahit. Ia berdiri di samping Megan dan berkata: "Mengenai masalah anak, aku sebenarnya sudah mengetahuinya sejak awal. Saat itu, aku menerima pemberitahuan dari rumah sakit yang mengatakan kalau aku mandul. Ditambah lagi dengan kehamilanmu, jadi aku...... Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak menyentuhmu pada hari itu. Untung saja aku tidak menyentuhmu."

Megan terkejut dan menoleh ke arah Anthony. Ia tidak terkejut karena Anthony tahu mengenai masalah anak, tetapi terkejut karena Anthony tidak dapat memiliki anak.

Para pria pada umumnya tidak akan memberitahukan hal semacam ini demi harga dirinya sendiri.

Namun, Anthony……

Megan mengerutkan keningnya dan berkata: "Aku akan mencari Harland besok. Dia pasti punya solusi."

"Tidak perlu. Punya anak atau tidak sebenarnya tidaklah penting. Sungguh."

Megan kebingungan. Melihat raut wajah Anthony yang tampak pahit itu, ia juga tidak tahu harus berbuat apa.

Setelah bermain seharian penuh dengan keluarga Xu, Royce pun bersiap untuk mengajak Megan pulang.

Begitu keluar rumah, Megan menggandeng Royce dan berkata: "Mintalah James untuk membawa anak-anak pulang dulu. Aku masih ingin jalan-jalan. Apa kamu bisa menemaniku?"

"Kamu tidak kedinginan?" tanya Royce sambil menatap Megan. Ia lalu melanjutkan: "Aku takut kamu masuk angin."

"Ayo, sebentar saja."

"Baiklah."

Royce meminta James untuk mengantarkan anak-anak pulang terlebih dahulu. Setelah itu, ia dan Megan saling berpegangan tangan dan berjalan bersama di bawah hujan salju yang lembut.

Mereka berdua hanya diam saja. Tetapi, kehangatan di antara keduanya membuat Megan merasa begitu nyaman.

Megan tiba-tiba bertanya pada Royce: "Sayang, Anthony tidak bisa punya anak. Apa aku bisa mencari Harland untuk membantunya?"

"Tidak bisa punya anak?" jawab Royce sambil mengerutkan keningnya. Ia kemudian berkata: "Pantas saja dia begitu murung. Baiklah, aku akan mencari Harland besok. Bocah itu, entah sedang bersembunyi di mana. Aku tidak bisa menemukannya."

Megan tersenyum dan menyandarkan kepalanya di lengan Royce. Ia berjalan menginjak salju tebal di jalan, kemudian berkata: "Sayang, kita harus terus bersama hingga tua. Kamu juga harus mencintaiku selamanya."

"Iya, tentu saja," jawab Royce dengan tegas dan lembut.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu