Seberapa Sulit Mencintai - Bab 174 Apa Saja yang Harus Dikorbankan

Royce membawakan banyak obat-obatan dan vitamin untuk Anthony, awalnya ia ingin membawa Anthony ke luar negeri untuk memeriksakan tangannya, namun Anthony berkata ia ingin menemani Megan, tidak mau keluar negeri.

Sidang perceraian Royce berjalan dengan sangat dramatis, meskipun dirinya sudah bercerai dengan Michelle, namun Megan selalu merasa, William tidak akan tinggal diam.

Anthony sudah membuatkan banyak pangsit untuk Megan, ada yang berisi jamur, sayur-sayuran, tomat, dan telur.

Megan menyantap lima puluh biji lebih.

Karena saat dirinya disekap di dalam desak suku itu, tiap hari yang ia makan hanyalah daging-daging mentah atau dedaunan.

Tak tahu bagaimana keadaan Jane sekarang, apa wabah virusnya itu sudah sembuh?

Di malam harinya, Anthony sedang merencanakan perjalanan mereka ke Australia.

Megan berjalan-jalan di halaman rumah, ia melihat Royce yang tampak seperti pria bajingan itu bersandar di tepi pintu sambil melihat sinar rembulan.

Kalau bukan karena tahu identitas dan kedudukannya sekarang, mungkin tidak ada yang tahu bahwa Royce yang dulu adalah seorang pria yang menjengkelkan.

"Royce......" Megan berjalan ke sampingnya, lalu mendongak ke atas melihatnya, "Kenapa kau mengantarkanku kembali? Apa kita, tidak boleh bersama?"

Royce tidak melihat Megan, ia hanya melihat rembulan yang tampak dingin itu, "Sinar bulan itu tertutup, aku tidak bisa melihat separuhnya lagi."

"Handoko sudah mengatakannya padaku, dia yang membawa lari uangnya dulu, dia juga yang sudah mengusirmu, kau tidak berbuat salah padaku, kesalahpahaman antara kita sudah berakhir, kita bisa bersama lagi." kata Megan dengan sedikit girang.

Bola mata hitam Royce terlihat sangat dingin di bawah sinar rembulan, ia berkata, "Megan, aku adalah orang yang sangat egois, namun setelah aku melewati semua ini, keegoisanku kini sudah tiada."

"Apa kau tidak mencintaiku?" mata Megan memerah, "Kukira setelah kita menyelesaikan semua masalah yang lalu, kita bisa bersama lagi!"

Royce tersenyum, senyumannya itu tampak begitu menawan, ia memiringkan tubuhnya, pandangan matanya mendalam, "Aku akui, aku punya perasaan terhadapmu, tapi Megan, ada banyak hal yang membuat perasaanku padamu ini menjadi sama sekali tidak berharga."

Megan tercengang, ia hanya merasa, seharusnya setelah kesalahpahaman antara kedua orang itu di masa lalu selesai, mereka berdua bisa melakukan apa yang mereka inginkan.

Tapi ia tidak menyangka, sikap Royce malah seperti ini.

"Kau memiliki anak dari Anthony." kata Royce, "Lagipula, ia juga sangat baik terhadapmu."

"Kenapa kau sesadis itu? Demi keponakanmu, kau rela mengorbankan perasaan cintaku, Royce Yan, apa kau pernah memikirkan perasaanku? Saat ini, aku telah mengumpulkan begitu banyak keberanian untuk mengatakan semua ini padamu?" Megan berusaha keras untuk menahan perasaannya di dalam hati, tapi ia sama sekali tidak bisa menahannya ketika ia menghadapi Royce.

"Tidak hanya Anthony, banyak masalah yang kau tidak tahu, aku juga tidak akan mengatakannya padamu." suara Royce terdengar sangat datar, "Setelah melalui semua ini, seharusnya kau tahu, hidup yang datar dan tenanglah kehidupan yang sebenarnya, kalau kau ikut bersamaku, selamanya kau pasti akan terombang-ambing tidak jelas."

"Aku rela terombang-ambing bersamamu!" Megan mengepalkan kedua tangannya, "Dulu saat kita miskin, aku saja bersedia untuk makan makanan-makanan sisa bersamamu, apa kau kira sekarang aku akan takut pada semua itu?"

Mata hitam Royce tergerak, sambil tersenyum ia berkata, "Urat dan otot tanganmu diputuskan kan? Kau sudah mengalami banyak kepahitan kan? Megan, kuberitahu kau, kalau kau ikut bersamaku, kau akan lebih menderita seratus kali lipat daripada ini, apa artinya perasaanku terhadapmu? Di dalam hati seorang pria, tidak mungkin selamanya akan terisi dengan seorang wanita saja."

Megan terkejut dan mundur beberapa langkah, "Di...... Di hatimu ada wanita lain?"

"Entah ada atau tidak, seumur hidup ini, kau dan aku hanya bisa memiliki dua hubungan saja, satu, paman dan keponakan, dua, teman."

Lalu, Royce pun membalikkan tubuhnya dan pergi.

Seketika, Megan pun mengerti, hal yang paling menyakitkan di dunia ini bukanlah karena orang yang kau cintai tidak mencintaimu.

Tapi orang itu lah yang memberikan dirimu langsung ke pelukan orang lain.

Ia tidak mengerti, kalau Royce memiliki perasaan terhadapnya, mengapa ia melakukan semua ini.

Atau, sebenarnya, perasaannya terhadap Megan sama sekali tidak sedalam itu.

Royce selalu melakukan apa yang diucapkannya, sejak malam itu, ia mulai mengurangi komunikasinya dengan Megan, bahkan ia sengaja menghindari tempat di mana Megan berada.

Semakin dipikir, Megan merasa semakin aneh.

Anthony menggendong anaknya dan menemaninya bermain di dalam rumah, anak mereka sudah tumbuh besar, sudah hampir bisa bicara.

Telepon pun berbunyi.

"Megan?"

Herlina yang menelepon.

"Ini aku."

"Akhirnya tersambung juga, aku kira kau sudah tidak menggunakan telepon ini."

Saat Megan tidak ada di rumah beberapa hari ini, sepertinya handphonenya tidak ada yang menggunakannya.

Herlina adalah teman Megan satu-satunya, begitu mendegar suaranya, Megan pun merasa sangat senang.

Namun, suara Herlina terdengar aneh.

Ia terdiam beberapa saat, suaranya terdengar serak, "Megan, aku...... aku ingin memintamu untuk melakukan sesuatu, bolehkah?"

"Katakan saja."

"Mungkin aku akan mati, aku masih memiliki sedikit uang, bantu aku untuk menyumbangkannya pada organisasi sosial ya."

Megan terkejut, ia memegangi handphonenya dengan erat, "Kau sedang bercanda kan? Jangan bicara aneh-aneh."

"Aku sungguh-sungguh, Megan, aku...... waktuku sudah tidak banyak lagi."

Herlina jarang sekali bercanda dengan Megan, namun kalau tidak ada angin tidak ada hujan mengatakan perkataan seperti ini, siapa pun yang mendengarnya pasti akan merasa itu adalah lelucon dan ketakutan.

"Kau di mana?"

"Di rumah sewaan."

Megan segera melempar handphonenya dan pergi ke rumah sewaan Herlina.

Uang Herlina ditipu oleh seorang pria, oleh karena itu sejak saat itu kehidupan Herlina sangatlah berat.

Ia mulai menerima banyak pelanggan, ia bahkan tak menolak siapa pun yang datang.

Entah anak muda atau pun orang tua yang sudah berumur lima enam puluh tahunan.

Begitu membuka pintu rumah sewaan Herlina, Megan melihat Herlina berbaring di atas ranjang, darah merah yang masih segar memenuhi seisi ranjang itu.

Bau darah itu membuat Megan sedikit tidak nyaman, cahaya dalam rumah itu sangat redup, aromanya juga tidak sedap, Megan melangkah ke depan dengan hati-hati, lalu matanya pun memerah.

"Herlina......" katanya pelan, "Apa yang terjadi padamu."

Herlina membuka matanya sedikit, lalu tersenyum pucat, "Kau sudah datang, aku, aku akan segera mati, jujur, aku tidak takut mati, tapi, aku sangat membencinya."

Megan segera mengeluarkan handphonenya dan menelepon ambulans, namun Herlina menggunakan seluruh tenaganya yang tersisa untuk berkata, "Jangan telepon, aku tidak ingin malu."

"Malu apanya!" Megan merebut handphonenya, hendak menelepon.

Air mata Herlina pun menetes ke bawah, "Dia adalah seorang dokter, aku tidak ingin dia melihat keadaanku ini, Megan, kasihanilah aku."

Herlina pernah mencintai seorang pria, tapi pria itu malah menipu dan membawa lari seluruh uang Herlina.

Tiba-tiba, Megan pun menyadari, orang yang bisa membawa Herlina keluar dari bayang-bayang gelap ini hanyalah orang yang tidak bisa dilupakan olehnya itu.

"Baiklah."

Ia meletakkan handphonenya perlahan-lahan, namun mengirimkan sebuah pesan pada Harland.

"Katakan padaku, apa yang terjadi." tanya Megan sambil mencoba mengendalikan perasaannya.

Herlina tersenyum, lalu duduk perlahan-lahan, lalu cairan yang menjijikkan pun keluar dari bawah roknya.

"Apa kau tahu? Megan, aku menerima seorang pelanggan, dia adalah ayahmu." kata Herlina tenang.

Namun seketika, Megan pun membelalakkan kedua matanya, bola matanya mengecil, tubuhnya mengaku.

"Handoko Li memberiku enam juta untuk melayani tiga orang, termasuk dia, mereka menyiksaku semalaman, mereka terus memberiku obat, sampai aku mengeluarkan banyak darah, namun mereka juga tidak peduli, Megan, kau pasti merasa aku sangat kotor kan, demi enam juta saja, aku rela melakukan segalanya?"

Herlina tersenyum, namun air matanya masih terus mengalir.

Megan pun mengepalkan kedua tangannya dan bertanya, "Sudah berapa lama dia pergi?"

"Sepuluh menit yang lalu."

"Tunggu aku, aku akan membalaskan dendammu padanya!"

"Megan!" Herlina memegangi tangan Megan, "Jangan, dia punya orang di belakangnnya."

"Aku tahu siapa, Herlina, dengarkan aku, seseorang masih akan memiliki harapan kalau dia masih hidup, aku pasti akan membalaskan dendammu padanya."

Dulu, Megan tidak merasa kalau manusia memiliki perbedaan kasta dan sebagainya.

Namun sekarang, ia merasa Handoko Li itu tidak lebih dari seekor hewan.

Kalau begitu, ia pasti akan membalaskan semua perbuatannya yang dulu dan yang sekarang.

Hari ini, ia pasti akan melihat Handoko mati, tak peduli apa saja yang harus ia korbankan!

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu