Si Menantu Buta - Bab 52 Memanfaatkan Orang Untuk Membunuh

Friska Ye melihat Fidel yang berada di dalam TV dengan sangat terkejut, Denny Wang melihat TV dengan tenang dan tidak berbicara.

“Kalau begitu Tuan Fidel, apakah kamu benar-benar yakin ruang tinju dengan investasi ratusan miliar ini dapat memberi penghasilan yang sesuai?” Seorang reporter di TV bertanya.

“Sudah kukatakan tidak kekurangan uang, hanya main-main saja. Tetapi tinju termasuk semacam olahraga yang sehat, adalah sebuah performa kemakmuran dari negara maju. Aku optimis terhadap China, lebih optimis terhadap masa depan Kota Harayu, selama dapat memberi kontribusi kepada masyarakat ini, bahkan jika aku Fidel kehilangan 200 Miliar juga tidak ada keluhan dan penyesalan.”

Saat Fidel berbicara dengan para reporter, ada tim konstruksi yang mengelilingi teater kecil dengan pagar, secara bersamaan ada orang yang memberikan sebuah helm kepada Fidel, menggantung sebuah poster tim konstruksi di depan teater kecil, ini adalah teater kecil Denny Wang yang siap direnovasi.

“Sudah, ruang tinju kami sudah mau mulai direnovasi, mari kita semua menjauh dari tempat ini, tempat ini sudah puluhan tahun tidak disentuh, dalam maupun luar harus dirapihkan, sangat berbahaya.” Fidel mulai mengusir reporter.

“Aku beritahu kalian sebuah kabar baik, karena kota ini mendapat dukungan dari pengusaha terkenal Fidel, Kota Harayu kita akan di membangun sebuah ruang tinju terbesar di utara di masa depan, katanya tinju adalah olahraga yang paling banyak membakar kalori, lain kali semuanya sudah bisa datang untuk berolahraga.” reporter wanita yang cantik berkata kepada Denny Wang dan Friska Ye yang berada di depan TV.

“Sangat hebat dalam membangun pengaruh.” Denny Wang mencibir.

”Orang ini selalu sangat hebat, dari saat sekolah menengah dia sudah menjadi ketua tim promosi kami, lalu pergi belajar di luar negeri, kami tidak pernah saling menghubungi.” kata Friska Ye.

“Semoga dia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, jangan sampai aku menemukan kesalahan.” kata Denny Wang.

“Apa?” Friska Ye tidak mengerti maksud Denny Wang.

“Tidak.” Denny Wang tersenyum.

“Tetapi walaupun dia begitu hebat, dia telah menjadi seorang triliuner, juga tidak ada hubungan sama sekali denganku, aku sudah bersuami.” Friska Ye mematikan TV.

Saat Friska Ye berbalik badan untuk lanjut bekerja dengan rekan departemen desain untuk bergegas menyelesaikan gambar konstruksi Kota Kuliner Chevron, Denny Wang memandang punggung Friska Ye hatinya merasa sedikit hangat.

Jika tunangannya dulu, Anita, ada setengahnya dari Friska Ye, jika di masa dia paling sulit ada orang yang membantunya, dia juga tidak akan menjadi seperti ini.

Dia terus berdiri dan bengong, Denny Wang balik badan melihat TV departemen desain sekali lagi, dia mencibir di dalam hatinya.

Dia tidak memperhitungkan masa lalu dan membiarkan Fidel bekerja untuknya, itu karena Fidel mempunyai kemampuan, dia sedang memanfaatkan orang, ada bantuan Fidel, dia akan membantunya mengurangi banyak masalah, dia adalah seorang pengusaha, jika ada bawahan yang unggul maka akan menghasilkan uang, tidak ada orang yang tidak mau mendapat uang. Untuk masalah dia menyuruh Fidel menjadi bawahannya, juga karena ruang tinju sangat kacau, ada sangat banyak orang sosial dengan temperamen buruk, atlet yang bisa berkelahi, bahkan ada beberapa preman, selama Fidel tidak berhati-hati, maka akan dipukul oleh orang di dunia tinju, dia juga ada niat untuk mempermainkan Fidel secara diam-diam.

Yang membuat dia tidak menyangka adalah Fidel langsung memamerkan kepada Friska Ye begitu ada sedikit pencapaian. Fidel adalah bawahannya, masih belum tahu Friska Ye adalah istrinya.

Kalau sampai Fidel tahu, suami Friska Ye yang terus dihinanya adalah dia, benar-benar tidak tahu ekspresi apa yang akan ditunjukkannya.

Kelihatannya Fidel tidak cukup menerima pelajaran.

“Istriku, aku pergi makan.” kata Denny Wang kepada Friska Ye.

“Hati-hati.” Friska Ye terlalu sibuk, benar-benar tidak ada waktu untuk memperhatikan Denny Wang.

Denny Wang sebenarnya tidak makan, tetapi begitu turun langsung menggunakan mobil Dito, menyuruh Dito mengantarnya ke teater kecil.

Setelah sampai di teater kecil, puluhan pekerja sedang membersihkan teater kecil, memindahkan keluar meja dan kursi yang tidak digunakan, satu per satu mobil dikirim ke stasiun pembelian limbah, Fidel mengenakan jas dan memakai helm putih, sedang menelepon Friska Ye, “Bagaimana, kemampuanku lumayan kan? Aku sudah bosan dengan bisnis besar di luar negeri, ingin kembali melakukan pembangunan di kampung halamanku. Walaupun suamimu yang buta itu adalah seorang tuan muda besar juga bisa apa, bisa dibandingkan dengaku?”

“Pasti sangat lelah ya?” Denny Wang menepuk bahu Fidel dengan pelan.

“Bos!” Fidel terkejut sampai ponselnya hampir jatuh, langsung buru-buru menutup telepon.

Teater kecil sudah puluhan tahun tidak disentuh, debu didalamnya sangat tebal, Fidel sedang berdiri di luar pagar, takut ada barang dari teater kecil yang sudah lama tidak diperbaiki jatuh dan mengenai dirinya. Melirik Denny Wang yang tiba-tiba datang, kemudian melihat mobil Maybach baru di belakangnya, Fidel langsung menunjukkan ekspresi sembrono, “Bos memang bos, mobil yang digunakan saja sepuluh kali lipat lebih bagus dari punyaku, benar-benar ada kesombongan.”

“Berapa lama pembangunan ini akan diselesaikan?” tanya Denny Wang.

“Akan diusahakan, semakin cepat semakin baik, selama menyelesaikan ruang tinju besar ini, aku percaya bos pasti akan membuat kita menjadi kaya.” kata Fidel.

“Suruh tim konstruksi bergegas, mereka akan sangat kesulitan, bukankah kita harus menambah lebih banyak uang? Uang yang diberikan Sumanto tidak banyak, harus teliti dalam menggunakannya, pembangunannya tidak usah buru-buru, diperlambat saja, hemat uang.” kata Denny Wang.

“Diperlambat?” kata Fidel.

“Benar, pembangunannya diperlambat, pertama akan menghemat uang, kedua juga demi keselamatan semua orang. Cepat tidak bisa mencapai tujuan, semua orang bekerja dengan buru-buru, ada yang terluka, berapa banyak yang harus kita ganti rugi?” kata Denny Wang.

“Yang kamu katakan benar juga.” Fidel sedikit tidak mengerti maksud Denny Wang, tetapi dia tetap mengangguk.

Denny Wang melihat ke teater kecil lagi, menyalakan sebatang rokok, “Disini sangat kotor dan asap dimana-mana, suasananya yang suram membuat orang jengkel. Malam-malam begini, semuanya sudah bekerja keras, ambilah speaker untuk memutar musik, semuanya bekerja dengan sedikit gairah.”

“Bos, dimobilku ada speaker, kami memang paling suka memutar musik saat bekerja.” Seorang pekerja bertato mendengar Denny Wang ingin mendengarkan musik, langsung berlari dan berkata.

“Putarlah musiknya.” Denny Wang berkata dengan sambil tersenyum.

Karena tempat teater kecil yang disewa Denny Wang sangat terpencil, bekerja di malam hari tidak akan mengganggu orang-orang, mereka boleh bekerja sampai pukul setengah sepuluh malam. Langit sudah agak gelap, demi keselamatan konstruksi, tim konstruksi meletakkan dua lampu sorot di sini, di dalam teater kecil juga sementara digantung lampu putih.

Setelah pekerja konstruksi menyambungkan speaker, seluruh teater kecil langsung menjadi ramai, pekerja bertato itu memutar musik dansa, saat Fidel mendengar irama musik dansa yang membuat orang bersemangat, dia memikirkan masa depannya dengan Denny Wang yang cerah, dia juga menjadi sedikit bersemangat, “Aku sangat merindukan hari-hari sekolah di Kanada, saat sering pergi ke club malam untuk bermain.”

“Tempat yang makmur memang mudah membuat orang tergila-gila.” kata Denny Wang.

“Aku ingin menari, bos, bagaimana jika aku menari?” kata Fidel.

“Sekarang kita begitu sukses, tidak dipamerkan, bagaimana bisa layak dengan identitas kita sekarang?” Denny Wang berkata dengan sambil tertawa.

“Iya.” Fidel sambil berkata, sambil mengenakan jas dan sepatu kulit, mulai menari mengikuti irama musik.

Denny Wang diam-diam melihat Trian Boxing Club yang berada di seberang, mundur dengan jauh............

“Para pengusaha licik ini, gagal mengambil alih ruang tinju kita, malah sengaja membuka ruang tinju di seberang kita, ingin di hajar ya?” Roy Li dan sekelompok besar orang tertarik oleh suara musik, dan berjalan keluar.

“Tuan Muda Roy, orang-orang ini jelas sengaja mencari masalah. Latar belakang mereka sudah aku selidiki, mereka bergaul dengan Sumanto.” kata seorang pemuda kuat.

“Sumanto? Dia pikir dia hebat karena punya uang? Dibandingkan dengan orang yang membuka ruang tinju seperti kita, dia adalah kotoran!”

“Ayo, kita hancurkan ruang tinjunya, buat dia pergi!”

Roy melihat Fidel sedang menari di bawah lampu sorot yang silau, semakin dilihat hatinya semakin jengkel, langsung membawa puluhan petinju berjalan kesana dengan keren............

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu