After Met You - Bab 655 Gilbert Lin Tidak Lagi Mengenalinya

Yuni Lim ditipu oleh Candra Gail untuk pergi ke bandara, jadi ia sama sekali tidak membawa barang apapun.

Tapi saat sebelumnya ia memeriksa tas tangannya di pesawat, ia menemukan setumpuk uang tunai di dalamnya. Setumpuk kartu bank dan juga kartu identitasnya semuanya ada didalam tas.

Satu-satunya barang yang menghilang hanyalah paspornya saja.

Ketika keluar, biasanya Yuni Lim memang selalu membawa setumpuk uang tunai dan kartu. Tapi ia hanya membawa apa yang ia perlukan saja.

Kartu dan uang tunai yang ada di dalam tasnya jelas-jelas disiapkan oleh Candra Gail. Entah kapan pria itu memiliki kesempatan untuk memasukkannya di tengah kesibukan mereka tadi pagi.

Ia benar-benar tidak menyangka perhitungan Candra Gail untuk memulangkannya kembali.

Candra Gail pernah berkata bahwa di dunia ini hanya ada pencuri selama seribu hari, tapi tidak ada yang menjadi penjaga selama seribu hari.

Walaupun Yuni Lim curiga, memangnya ia bisa mencegah Candra Gail untuk melakukan hal-hal kecil ini sepanjang hari?

Ia tidak memiliki kemampuan untuk itu.

Kalau ia bisa mencegahnya, itu berarti Candra Gail bukanlah Candra Gail.

Sepertinya, tidak peduli berapa tahun pun berlalu, ia tetap tidak akan bisa menandingi Candra Gail.

Yuni Lim bersender pada kaca jendela mobil, sambil melihat dengan pemandangan di luar yang akrab baginya berlalu dengan cepat. Dan jiwanya masih tidak sepenuhnya kembali.

……

Mobil pun berhenti di depan Vila Maya Bay.

Andrea melangkah turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Yuni Lim, lalu dengan gestur sopan berujar: “Nyonya, sudah sampai.”

Setelah kepergian mereka, vila itu menjadi kosong dan tidak ada orang yang menempatinya. Tapi karena vila itu tidak kosong untuk waktu yang lama, ditambah dengan adanya orang-orang yang membersihkannya, jadi vila itu tetap terlihat terawat.

Begitu melangkah turun dari mobil, Yuni Lim berhenti sesaat di depan pintu vila sebelum melangkah masuk.

Seorang pelayan harian yang sedang menyapu di halaman pun berjalan keluar untuk memeriksa saat mendengar ada gerakan dari luar.

Tapi, belum sempat melangkah lebih dari dua langkah, ia sudah melihat Yuni Lim beserta rombongannya berjalan masuk.

Pelayan itu membelalakkan matanya dengan terkejut: “Nyo... Nyonya?”

Astaga, kenapa tidak ada orang yang memberitahunya terlebih dulu bahwa tuan dan nyonya akan kembali!

Yuni Lim mengangguk singkat, lalu kembali berjalan masuk.

aat ini, ia benar-benar tidak ingin berbicara.

Kondisi di dalam vila kosong melompong.

Candra Gail masih berada di negara J.

Gilbert Lin masih berada di tempat Alex Paige, Sapi juga dibawa kesana.

Suasana hati Yuni Lim sedikit masam sehingga ia menolehkan kepalanya ke arah Andrea: “Kita pergi ketempat Alex dulu"

Hari ini adalah hari kerja, Alex Paige pasti berada di kantor. Tasya sebagai sekretarisnya juga pasti berada disana.

Andrea mengangguk, lalu membalikkan tubuhnya dan menyuruh pengawal untuk mengantarkan mereka menuju PT. YunTeng.

…… ...

Nona resepsionis PT. YunTeng sudah berganti lagi.

Ketika Yuni Lim melangkah masuk, ia merasa asing dengan nona resepsionis itu.

Begitu nona resepsionis itu melihat Yuni Lim, ia langsung memanggil: “Nyonya Gail!”

Yuni Lim sontak terpikir bahwa sepertinya daya ingatya tidak begitu baik.

“Aku datang mencari bos kalian, apakah ia ada disini?” tanya Yuni Lim sambil menyunggingkan senyum, lalu melangkah maju dan bertanya.

“Ada, ada, Direktur Paige ada di ruangannya.” Nona resepsionis itu mengangguk berulang kali seperti seekor ayam kecil yang sedang mematuk beras.

“Baiklah, terima kasih. Kalau begitu aku langsung ke atas.” Karena ternyata ia mengenalinya, Yuni Lim pun langsung permisi pergi tanpa basa-basi.

Pengawal tidak ikut naik ke atas bersamanya. Yuni Lim hanya membawa Andrea ikut serta.

Sejak berada di pesawat yang membawanya pulang dari negara J, hati Yuni Lim terus merasakan kesedihan yang berat dan parah. Tapi begitu teringat bahwa ia akan segera bertemu putranya, hatinya langsung merasa senang.

Kedua orang itu langsung berjalan menuju kantor Alex Paige.

Ketika melewati ruang sekretaris, Yuni Lim menyadari bahwa Tasya tidak ada disitu.

Bukankah nona resepsionis itu bilang bahwa Alex Paige ada di ruangannya?

Apakah ia sedang keluar sebentar atau sedang rapat?

Begitu Andrea dan Yuni Lim terpikirkan akan hal yang sama ini, pria itu langsung berujar: “Sepertinya ia sedang rapat. Begini saja, nyonya silakan langsung memeriksa ke dalam ruangannya apakah Gilbert ada di dalam atau tidak. Aku akan pergi ke ruang rapat untuk memeriksa.”

“Baiklah.” Yuni Lim merasa saran dari Andrea ini bagus juga, sehingga ia langsung mengangguk.

Akhirnya, kedua orang itu berjalan pisah arah.

Ruangan Alex Paige tertutup rapat.

uni Lim menjulurkan tangannya dan memutar kenop pintu. Begitu ada celah terbuka, ia langsung mendengar suara kartun.

Wajahnya langsung mencerah, Gilbert Lin ada di dalam!

Yuni Lim mendorong pintu terbuka dan segera melangkah masuk dengan riang. Matanya pun menangkap sosok Gilbert Lin yang sedang duduk diatas sofa.

Anak kecil itu sedang berlutut diatas sofa sambil memainkan setumpuk balok kayu. Diatas sebuah meja kecil di hadapannya, tergeletak sebuah tablet yang sedang menampilkan film kartun.

Gilbert Lin sedang bermain dengan sangat serius, sehingga ia belum juga menyadari keberadaan Yuni Lim yang melangkah masuk ke dalam. Atau mungkin saja karena suara dari film kartun itu menyamarkan bunyi langkah Yuni Lim.

Setelah beberapa bulan tidak bertemu, Yuni Lim pun menyadari bahwa Gilbert Lin menjadi sedikit gemuk.

Siapa yang menyangka bahwa seorang pria dewasa seperti Alex Paige masih mau membantu mengurus seorang anak kecil.

Tidak disangka, ternyata ia bisa mengurus Gilbert Lin dengan begitu baik.

Musim panas sudah berlalu dan cuaca sudah mulai mendingin. Gilbert Lin mengenakan satu setel pakaian olahraga berwarna hijau muda. Wajah bulat telurnya yang kecil terlihat berisi, kulitnya yang putih merona kemerahan. Matanya yang hitam menatap lekat balok-balok yang ada di tangannya. Melihat rupa anaknya, hati Yuni Lim pun melembut.

Langkahnya memelan dan Yuni Lim berhenti dua langkah dari Gilbert Lin.

Ia menempelkan tangannya di dadanya karena merasa sangat gugup. Ia terlalu gugup!

Jangan-jangan Gilbert Lin sudah tidak mengenalinya lagi?

Saat itu ia dibawa pergi oleh Marco Gail dengan begitu tiba-tiba...

Putranya berada begitu dekat dengannya, tapi tidak ada suara yang keluar saat Yuni Lim membuka mulutnya.

Tepat pada saat itu, Gilbert Lin seperti merasakan keberadaannya. Ia akhirnya memutar kepalanya dan menatap ke arah Yuni Lim.

Begitu mata Yuni Lim bertatapan dengan mata Gilbert Lin, ia sontak merasa terkejut. Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya Yuni Lim pun berhasil mengeluarkan suara untuk memanggil nama putranya: “Gilbert...”

Mata hitam Gilbert Lin berkilat bingung saat menatap Yuni Lim, seolah-olah sedang mengingat siapa wanita yang ia lihat ini.

Wajah Yuni Lim memucat, Gilbert Lin sudah tidak mengenalinya lagi.

Sesaat kemudian, kedua mata Gilbert Lin membesar lalu bergumam ragu: “Ibu?”

Terdengar sedikit nada ragu dalam suaranya yang kecil yang menerka jawabannya.

Yuni Lim menangis bahagia, kedua matanya memerah. Ia berjalan dua langkah menuju kedepan sofa, lalu berlutut: “Iya, ini ibu. Ibu sudah pulang.”

Keterkejutan terlihat dari mata Gilbert Lin. Ia mengulurkan tangannya dan penasaran, lalu mengelus rambut Yuni Lim. Ia kemudian tertawa dan kali ini memanggil dengan yakin: “Ibu!”

“Ya, ibu pulang.” Yuni Lim mengulurkan tangannya dan memeluk Gilbert Lin. Ia lalu menciumi wajah tembem putranya, diam-diam menghapus air matanya sebelum menatap Gilbert Lin kembali.

“Gilbert benar-benar hebat, masih mengingat ibu.” Yuni Lim duduk diatas sofa sambil tetap memeluk Gilbert Lin. Tatapannya penuh kasih sayang dan ia benar-benar tidak melepaskan anak itu sedetikpun dari gendongannya.

Sepertinya Gilbert Lin sudah terjangkit dengan kerinduan ibunya. Rangkulannya di leher Yuni Lim sedikit mengetat, dan ia menatap ibunya dengan matanya yang terbuka lebar. Ia terus mengelus rambut Yuni Lim dengan penuh rasa ingin tahu.

Sepertinya ia benar-benar penasaran dengan rambut ibunya.

Anak kecil itu sangat penuh dengan rasa penasaran. Mereka selalu merasa tertarik dengan segala sesuatunya.

“Yuni!”

‘BRAK!’ Pintu kantor kembali terbuka lebar tepat pada saat itu, diikuti oleh derap kaki dan suara Tasya.

Suara wanita itu agak terengah-engah, menandakan bahwa ia jelas-jelas habis berlari.

Yuni Lim menoleh dan akhirnya melihat Tasya yang bergegas berlari menghampiri.

Ia tersenyum simpul: “Pelan-pelan larinya.”

Tasya berlari dan baru berhenti saat sudah berada di depan Yuni Lim, kedua matanya membelalak besar: “Astaga, kamu benar-benar kembali!”

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu