After Met You - Bab 592 Tuan Sangat Mempedulikan Nyonya

Suasana di dalam mobil berubah menjadi sunyi senyap.

Auranya berubah menjadi mencekam.

Setelah sekian lama waktu berlalu, akhirnya Yuni Lim berujar.

“Tidak perlu ke Dokter Mo, lukaku tidak bermasalah. Sebentar lagi juga sembuh sempurna.” Suara Yuni Lim terdengar serak dan tenang.

Candra Gail sendiri bersikap seperti tidak mendengarnya dan tidak mempedulikan Yuni Lim.

Yuni Lim akhirnya hanya bisa berujar pada supir: “Langsung pergi saja ke tujuan awal kalian, tidak perlu pergi ke Dokter Mo.”

Kali ini, Candra Gail baru bersuara.

Pria itu hanya mengucapkan dua patah kata dengan dingin: “Tidak boleh.”

“Aku bilang tidak usah pergi ke tempat Daniel.” Yuni Lim yang tidak senang hati bahkan tidak lagi menyebut ‘Dokter Mo’ melainkan langsung menyebut namanya.

Ia sedikit mengangkat dagunya dan menoleh ke arah Candra Gail. Sorot mata Yuni Lim membawa sedikit aura provokasi.

Kalau Candra Gail menyuruhnya pergi, ia tidak mungkin tidak pergi.

Candra Gail hanya menatap Yuni Lim sekilas, lalu menutup mata untuk mengembalikan suasana hatinya.

“Kamu...” Yuni Lim seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun ia tidak berani membuka mulut. Ia hanya bisa mendengus ringan dan menolehkan kepalanya ke arah lain.

Supir pun akhirnya menyetir mobil ke tempat Daniel Mo.

Yuni Lim sendiri juga tahu, lengan tidak bisa memelintir paha. Itu artinya, ia tidak bisa melawan Candra Gail. Ia pun akhirnya langsung masuk ke dalam setelah turun dari mobil, tanpa menunggu Candra Gail kembali meluapkan marahnya.

Semalam, Daniel Mo bergadang semalaman untuk bereksperimen. Saat ini, ia baru saja bangun. Saat Yuni Lim masuk, pria itu sedang memakan roti sambil melihat sebuah berkas analisis.

“Dokter Mo.” Yuni Lim langsung berjalan menghampiri dan duduk di hadapan Daniel Mo. Ia memeluk kedua lengannya dan sorot matanya menatap pria itu lurus-lurus.

Raut wajah Daniel Mo yang sedang serius pun berubah tidak senang karena konsentrasinya dibuyarkan oleh panggilan Yuni Lim.

Ia menengadahkan kepala dan begitu menyadari bahwa yang datang adalah Yuni Lim, alisnya yang bertaut kembali meregang.

“Nyonya, kenapa kamu kesini?” Sambil bertanya, Daniel Mo sambil menuangkan air untuk Yuni Lim.

Yuni Lim sedikit terkejut menatapnya. Sekarang Dokter Mo juga bisa menuangkan air untuk orang lain?

Penemuan ini membuat Yuni Lim merasa tertarik. Jadi ketika Daniel Mo menyodorkan segelas air padanya, Yuni Lim pun menerimanya sambil tersenyum manis: “Terima kasih.”

“Awalnya aku tidak ingin kesini dan mengganggumu. Tapi, Candra memaksa untuk datang. Kamu tahu, bukan, sekarang tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan apapun yang ingin ia lakukan dan katakan. Aku juga tidak bisa apa-apa. Kamu boleh memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan pemeriksaan padanya.”

Begitu Yuni Lim menyinggung tentang Candra Gail, raut wajah Daniel Mo pun berubah menjadi sedikit lebih berwibawa.

Tepat saat ia akan bersuara, Candra Gail muncul dari belakang.

Daniel Mo menatap Yuni Lim sekilas, lalu melihat ke arah Candra Gail dan berujar dengan nada suara yang tidak berubah: “Tuan.”

Candra Gail berjalan menghampiri. Ia menatap Yuni Lim sekilas, lalu raut wajahnya berubah menjadi serius dan ia berujar: “Lukanya terasa sakit, coba periksa sebentar.”

Begitu mendengarnya, Yuni Lim pun langsung menatap Daniel Mo dengan tatapan tidak berdaya. Untungnya Candra Gail tidak bisa melihat raut wajahnya karena pria itu sedang berdiri disampingnya yang sedang duduk.

Dengan tenang Daniel Mo mulai memeriksa Yuni Lim.

Walaupun ia tahu bahwa tidak ada masalah pada luka Yuni Lim, tapi Daniel Mo tetap memeriksa wanita itu dengan hati-hati.

Candra Gail hanya berdiri disamping dan menatap sebentar, sebelum ponselnya kembali berbunyi. Ia menatap Yuni Lim sekilas dan menyadari Yuni Lim sedang memainkan jari-jemarinya tanpa menatap kembali padanya sama sekali.

Candra Gail dengan tidak puas mengangkat alisnya, lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar untuk mengangkat telepon.

Setelah Daniel Mo selesai memeriksa, ia pun kembali membalut luka Yuni Lim sambil berujar: “Lukamu sembuh dengan baik.”

“Iya, aku juga merasa sudah membaik. Tapi ia tetap memaksaku untuk datang ke tempatmu dan memintamu memeriksanya. Maaf merepotkanmu.” Nada suara Yuni Lim meminta maaf.

Walaupun Daniel Mo terlihat seperti raksasa dingin yang acuh tak acuh terhadap orang lain, tapi saat ia membersihkan dan membalut luka, ia dapat mengontrol tenaganya dengan baik. Yuni Lim sama sekali tidak merasa sakit.

Daniel Mo adalah dokter hebat luar biasa yang layak dijadikan dokter pribadi Candra Gail.

Memang ternyata tidak bisa dibandingkan dengan dokter biasa.

“Tidak masalah. Biasanya saat melakukan eksperimen, aku sangat jarang memeriksa pasien. Anggap saja ini percobaan.” ujar Daniel Mo dengan tenang. Terdengar jelas bahwa baginya, ini hanyalah perkara kecil.

Yuni Lim terdiam, tidak tahu harus berbicara apa.

Tapi tepat pada saat itu, Daniel Mo tiba-tiba berujar: “Tuan sangat mempedulikan nyonya.”

Begitu mendengarnya, Yuni Lim tidak dapat menahan tawa: “Ia juga bilang ia sangat mempedulikan Sapi!”

Sudut mata Daniel Mo yang semula tenang pun menyiratkan keterkejutannya.

Bicara tentang masalah ini pun membuat Yuni Lim tidak tahan untuk tidak menumpahkan kepahitannya: “Sudah beberapa hari ini ia membandingkanku dengan Sapi. Setiap hari ada saja yang membuatnya marah!”

Saat ini, Daniel Mo sudah selesai membalut lukanya. Gerakannya yang sedang membantu Yuni Lim merapikan kain kasa pun terhenti sejenak. Ia lalu memberi isyarat pada Yuni Lim untuk duduk di samping.

Setelah Yuni Lim duduk, Daniel Mo berjalan ke depan dan duduk dihadapannya. Ia mengarahkan pandangannya ke pintu sejenak, lalu bertanya: “Jelaskan kepadaku kira-kira gambaran detail kondisi Candra.”

Yuni Lim yang melihat raut serius Dokter Mo pun merasa hatinya tercekat: “Candra, ia...”

Pandangan mata Daniel Mo memberi isyarat bagi Yuni Lim untuk menenangkan diri: “Silakan nyonya bicara dulu.”

“Sekarang ia benar-benar bersikap tidak karuan. Sama sekali tidak stabil, emosinya benar-benar tidak bisa ditebak. Rasanya setiap hari ia berubah menjadi pribadi yang berbeda…” ujar Yuni Lim sambil kembali mengingat-ingat kejadian dua hari yang lalu.

Karena Candra Gail sedang mengangkat telepon di luar, Yuni Lim pun berbicara dengan suara yang sangat rendah. Ia juga hanya bisa memberitahu Daniel Mo poin-poin pentingnya saja.

Setelah selesai mendengarkan, Daniel Mo pun tenggelam dalam pikirannya.

Yuni Lim belum sempat mendengar penjelasan dari Daniel Mo ketika Candra Gail akhirnya kembali berjalan masuk.

Saat Candra Gail masuk dan melihat kedua orang itu sedang duduk berhadap-hadapan, ia pun tahu bahwa pemeriksaan sudah selesai dilakukan. Ia berjalan mendekat dan duduk disamping Yuni Lim. Kemudian tangannya meraih gelas air yang diletakkan Yuni Lim disampingnya dan menegak habis setengah gelas air yang belum dihabiskan Yuni Lim. Candra Gail lalu bertanya: “Bagaimana lukanya?”

Dengan raut wajah serius Daniel Mo berujar: “Tidak ada masalah besar, lukanya sudah hampir pulih sempurna. Lusa sudah boleh tidak mengenakan kain kasa lagi.”

Raut wajah Candra Gail terlihat sangat normal, tidak nampak ada kejanggalan dimanapun.

Sedangkan karena ia baru saja membicarakannya dengan Daniel Mo, hati Yuni Lim pun merasa sedikit bersalah saat melihat Candra Gail.

Yuni Lim menundukkan kepala melihat lantai sambil memainkan jari tangannya dan tidak berkata apapun.

Selesai mendengarkan perkataan singkat dari Daniel Mo, Candra Gail pun menarik Yuni Lim untuk bagkit berdiri dan beranjak keluar.

Daniel Mo juga ikut bergegas bangkit berdiri: “Tuan, sepertinya sudah lama tuan tidak melakukan pemeriksaan.”

Candra Gail balas menatapnya seperti sudah berpikir matang-matang: “Kalau aku tidak salah ingat, sepertinya bulan lalu kamu baru saja memeriksaku secara menyeluruh."

Daniel Mo dengan sedikit kikuk berdeham: “Aku lihat rautmu tidak terlalu baik, jadi sebaiknya aku memeriksamu. Ini juga merupakan pendapat nyonya.”

Yuni Lim yang mendengar Daniel Mo menyinggung dirinya pun langsung menengadah, menyadari bahwa mereka berdua sedang menatapnya.

“Eh...”

Untuk beberapa saat Yuni Lim tidak merespon. Ia membuka mulutnya, namun tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Saat itulah terdengar suara Daniel Mo berkata: “Nyonya, barusan kamu juga bilang belakangan ini tuan sangat sibuk dengan pekerjaannya. Kamu khawatir ini akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya dan menyuruhku untuk melakukan pemeriksaan padanya...”

Yuni Lim dengan tercengang menatap Daniel Mo. Mana pernah ia berkata bahwa belakangan ini pekerjaan Candra Gail terlalu sibuk dan ia peduli dengan kondisi kesehatan pria itu...

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu