After Met You - BAB 288 Tuan Gail Tidak Perlu Berbelas Kasih

Dari kecil hingga besar, Lukman adalah anak yang patuh di mata semua orang.

Dia tidak akan membuat kesalahan, dan dia tidak akan melakukan hal-hal yang tidak pantas, apalagi berkelahi.

Berjalan di jalan apa, belajar jurusan apa, bekerja di bidang apa, tidak perlu untuk berpikir terlalu panjang, dia adalah anak tunggal di keluarganya, jalan yang harus dia tempuh cuma ada satu yaitu: menjadi pewaris keluarganya.

Tetapi Candra Gail sejak umur empat belas tahun sudah pergi ke luar negeri seorang diri.

Walaupun Candra Gail ingin membantunya,tapi dia selalu menolaknya.

Jika dilihat kedua orang ini memang orang yang sangat berbeda.

Lukman tidak pernah berkelahi dengan orang lain, dan sekarang ditarik oleh Candra Gail, tidak ada persiapan apa-apa, kondisinya sekarang sangat pasif.

“Candra Gail, lepaskan tanganmu!”

Yuni Lim tidak tahu kenapa Candra Gail bisa datang kesini, dan salah paham, keadaan saat ini semua itu karena Candra Gail yang tidak masuk akal.

Candra Gail dengan tatapan dingin melihatnya:”ini urusan pria, kamu jangan kesini.”

“kamu…”

Walaupun kerah baju Lukman masih ditarik oleh Candra Gail, tapi dia sedikitpun tidak panik:”Yuni, pergilah dulu.”

Dia berharap Yuni Lim pergi sekarang, karena ada hal yang ia ingin tanyakan pada Candra Gail.

Kalau dia pergi mencari Candra Gail, dia belum tentu mau menemuinnya, dan seperti itu akan terlihat seperti disengaja.

Yuni Lim mendengarnya, dan tidak bisa menahan amarahnya:”jalan kentutmu!”

Lukman:”…..”

Yuni Lim tidak berpikir terlalu banyak.

Dia berjalan maju dan menarik tangan Candra Gail:”aku bilang lepaskan tanganmu, apa kamu tidak mendengarnya?”

Candra Gail tidak bergerak.

“aku hitung sampai tiga, kalau kamu tidak melepaskan tanganmu, konsekuensinya kamu tanggung sendiri” Yuni merasa sedikit marah.

Dia pikir, dia sudah mengatakan dengan jelas kepada Candra Gail waktu siang hari.

Tapi, kelakuannya sekarang termasuk apa?

Dan juga baginya Lukman adalah teman yang sangat penting.

Dia yang sekalinya datang langsung mengajak Lukman untuk berkelahi, dia merasa sangat bersalah dan juga aneh.

Wajah Candra Gail terlihat seperti menahan kesabarannya.

Dia menggigit bibirnya, seluruh tubuhnya menampakan ketidakpuasan, tapi akhirnya dia melepaskan Lukman.

Candra Gail melepaskan Lukman, lalu Yuni Lim menarik Candra Gail, dan dia berdiri diantara keduanya.

Permisi, mengganggu sebentar, apakah anda mau tambah air?”

Seseorang mengenakan jas dan tanda pengenal berjalan kemari, dan dia membawa teko.

Yuni Lim melihatnya, orang ini sepertinya adalah pengawas atau manager di sini.

Sepertinya karena pelayan disini melihat Candra Gail dan Lukman yang hampir berkelahi tapi tidak berani untuk melerainya, maka itu memanggil orang ini.

Tapi sayang sekali, Candra Gail sudah melepaskan tangannya.

“terima kasih, tidak perlu.” Yuni Lim sedikit tersenyum, dan dalam hatinya memarahi Candra Gail.

Menunggu sampai orang itu pergi, barulah dia membalikkan badannya.

Dia dengan marah melihat Candra Gail, hanya berkata satu kata:”duduk.”

Walaupun di wajah Candra Gail terlihat tidak ingin tapi dia masih saja duduk.

Tapi, dia duduk di sebelah tempat Yuni Lim duduk tadi.

Yuni Lim sedikit mengkerutkan keningnya.

Untuk mencegah Candra Gail berkelahi lagi, dia masih duduk di tempat itu.

Setidaknya ketika Candra Gail ingin berkelahi, dia bisa menghalanginya.

Dia dulu tidak tahu kalau Candra Gail adalah orang yang suka berkelahi.

Yuni Lim merasa, dia seharusnya merasa bersyukur.

Karena dia dulu di depan Candra Gail begitu tidak bermoral.

Setelah duduk, Yuni Lim mengerutkan keningnya, karena dia mencium aroma alkohol dari badan Candra Gail.

“kamu minum bir?”dia menoleh dan melihat Candra Gail

Candra Gail menurunkan pandangannya dan berkata dengan suara pelan:”satu gelas.”

“Tuan Candra Gail mau makan apa?” Lukman berkata, dia berbicara sambil memberikan menu ke depan Candra Gail.

Candra Gail tidak menerimanya, terlihat kalau dia masih marah dengan Lukman.

Yuni Lim tiba-tiba merasa lelah.

Dulu ketika dia masih bersama Candra Gail, dia selalu tidak baik terhadap Lukman.

Sekarang dia sudah mendiskusikan masalah perceraian, seterusnya mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa, tapi dia tetap melempar mukanya di depan Lukman.

Padahal Lukman tidak berhutang apapun padanya.

“kak Lukman, aku sudah kenyang, ayo kita pergi.” Yuni Lim tidak bisa meredahkan amarahnya itu, lalu berdiri dan berjalan keluar.

Candra Gail melihat kedua orang itu dengan tatapan dingin, setelah beberapa lama, dia menendang keluar kursi yang ada di sebelahnya.

Kursi yang ditendangnya itu mengenai meja, dan membuat gelas kaca yang ada di atasnya jatuh dan pecah di tanah.

Suara pecahannya itu terdengar tidak asing,

Seperti hatinnya.

….…

“aku minta maaf.”

Di tempat parkir, Yuni Lim berkata dengan rasa bersalah.

“tidak apa-apa, dia juga tidak memukulku, ya kan? Lagi pula, dia tidak ada niatan buruk.” kata-kata ini tentu saja untuk menenangkan Yuni Lim.

Waktu itu Candra Gail menunjukkan ekspresi seperti ingin membunuhnya, setelah melihat Yuni Lim barulah ekspresi itu menghilang.

Yuni Lim tidak tahu harus berkata apa.

Kelakuan Candra Gail itu tentu saja ada niat buruknya.

Kalau orang lain, pasti sudah berkelahi.

Dari kecil hingga besar, Lukman adalah orang yang lembut dan selalu berempati.

“pulanglah dulu, besok masih harus bekerja.” Lukman menepuk pundaknya:”kamu menyetir sendiri, aku tidak perlu mengantarmu lagi.”

“kalau begitu….. aku jalan dulu?”

“pergilah.”

Melihat Yuni Lim masuk ke dalam mobil, setelah mobilnya pergi, Lukman menyentuh sebatang rokok dan menyalakannya.

Sebatang rokok sudah dihisap habis.

Dia berbalik dan melemparkan puntung rokok ke tempat sampah, dan dia mendengar langkah kaki yang di belakangnya.

Dia berbalik dan melihat sosok seperti yang dipikirkannya.

Itu adalah Candra Gail.

“sudah datang.” Lukman merapikan pakaiannya, karena ada kerutan karena merokok, tatapan matanya sangat dingin bukan seperti biasanya.

"Ikuti aku."

Candra Gail mengatakan kedua kata ini dan kembali ke mobil.

......

Keduanya mengendarai mobil mereka sendiri dan berkendara di jalan satu demi satu.

Lampu jalan remang-remang masuk dari jendela, tetapi tidak bisa melihat ekspresi orang yang mengendarai mobil.

Sampai mobil itu dibawa ke lapangan basket yang ditinggalkan,Candra Gail menghentikan mobilnya.

Lukman segera mengikutinya dan turun dari mobil.

Keduanya tidak berbicara dan berjalan masuk dengan diam-diam.

Candra Gail melepas jaket jasnya dan melemparkannya ke samping dan berkata, "ayo mulai."

Meskipun lapangan bola basket telah ditinggalkan, lampu-lampu tepi jalan di sebelah jalan bersinar. Posisi Candra Gail membelakangi cahaya, wajahnya tersembunyi di dalam bayang-bayang.

Dia mengenakan setelan hitam, dan sepertinya menambah sedikit kegelapan dan kesuraman.

Sebelumnya di restoran, Candra Gail melihat Yuni Lim dan Lukman bersama, meskipun marah, tetapi dia tidak ingin melakukan apa pun.

Tetapi setelah menyaksikan apa yang dikatakan Lukman, Yuni Lim jelas-jelas merasa tertekan, dan kemudian dia menangis.

Lukman mengenakan kemeja putih. Dia orang yang berbeda dengan Candra Gail.

Setelah dia meletakkan jaket di ring basket, dia mulai berkata: "aku juga meminta Tuan Gail untuk tidak berbelas kasihan."

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu