After Met You - Bab 239 Bisa Lebih Toleran dan Berpura-pura

"muntah!"

Yuni Lim pergi ke toilet untuk muntah.

Candra Gail datang dengan bergegas dan berjalan menuju ke belakangnya: "Yuni!"

"Jangan kesini, aku masih ingin muntah" Yuni Lim dengan cepat menyelesaikan perkataan yang dikatakannya, dan mulai muntah lagi.

Toilet umum di lantai pertama walaupun tidak kecil, tapi bau asam muntah itu menyebar dan tidak menghilang begitu cepat.

Candra Gail mendengarkan kata-katanya, berbalik badan dan keluar.

Yuni Lim tertegun sejenak, seketika ada perasaan sedih di hatinya.

Tapi Candra Gail tak lama kemudianpun langsung kembali. Dia memiliki segelas air di tangannya.

Berjalan ke depan Yuni Lim, dia menggosoknya dan menyeka cairan residu yang tertinggal di bibirnya. Lalu memberikan air itu kepadanya.

“Minum sedikit.”

Yuni Lim muntah sampai mengeluarkan air mata, sekarang air matanya masih tersisa di bulu matanya.

Dia mengira dia telah benar-benar keluar.

Mengambil gelas air, setelah meminum satu teguk, dia terkejut karena merasa jauh lebih nyaman.

"Apakah masih ingin muntah?," Candra Gail bertanya sambil mengerutkan kedua alisnya.

Yuni Lim menggelengkan kepalanya karena marah.

Candra dengan wajahnya yang tanpa ekspresi itu, menggunakan kedua tangannya untuk menggendongnya: "cepat pergi ganti pakaian, kita pergi ke rumah sakit."

Yuni Lim mengulangi perkataan Candra sekali lagi: "Pergi ke rumah sakit?"

Candra Gail tidak sabar, langsung berteriak padanya: "Cepat pergi!”

"Kalau kamu menyuruhku pergi aku akan pergi, untuk apa begitu kasar! Yuni Lim tidak mau kalah.

Candra Gail menarik napas dalam-dalam dan tiba-tiba membungkukkan badannya menciumnya di dahniya. Suaranya berubah menjadi lembut: "patuhilah. Cepat pergi ganti pakaian, lalu kami pergi ke rumah sakit untuk memeriksakanmu, aku sangat khawatir." Yuni Lim menatapnya dengan matanya. . Menganggukkan kepalanya dan berbalik badan lalu pergi.

berjalan sampai di luar kamar mandi, dia melihat ke belakang. Kebetulan dia melihat Candra Gail membersihkan bekas muntahannya.

Hatinya sedikit bergetar, matanya sembap.

Dia belum pernah menjalin hubungan asrama sebelumnya, jadi dia tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan kekasih. Di dunia ini, selain Ayahnya yang telah meninggal dunia, tidak ada lagi yang lebih baik dari Candra Gail.

……

Setelah Yuni Lim mengenakan pakaiannya, Candra Gail telah mengeluarkan mobil dari garasi dan menunggunya.

Dia belum mendekat, Candra Gail sudah membuka pintu mobil, dan ketika dia naik mobil tersebut, dia membungkuk dan memasangkan sabuk pengamannya.

“Aku baik-baik saja, mungkin karena aku makan banyak es krim kemarin, menyebabkan lambungku sakit……”

kata Yuni Lim suaranya semakin mengecil.

Dia awalnya ingin membuat Candra Gail untuk tidak terlalu khawatir terhadapnya, namun siapa tahu bahwa ketika dia keluar, dia membicarakan tentang peristiwa memakan es krim secara diam-diam kemarin.

Candra Gail memegang satu tangan di pangkuannya dan tangan lainnya menopang tubuh di belakang kursi tempat Yuni Lim duduk.

Dia menatap Yuni Lim dengan tanpa ekspresi, suaranya dalam dan tenang, dan suaranya dingin: "berapa jumlah sebenarnya?"

Yuni Lim menundukkan kepala, takut melihat langsung ke matanya, menunjukkan dua jari.

Suara Candra Gail sedikit lebih berat, dan volumenya meningkat: "berapa sebenarnya?"

"Lima, Lima" Yuni Lim mengulurkan tangan dan matanya memandang ke sisi lain.

Dia juga tidak ingin makan begitu banyak, dia tidak punya pekerjaan di rumah, dia menonton TV, online tak disangka telah makan begitu banyak.

"Lima?" Candra Gail mengulanginya lagi.

Yuni Lim kemudian memundurkan badannya, dengan suara kecil menambahkan kata: "kemarin juga makan daging sapi."

"perut sapi, kamu memberinya makan berapa banyak?" tindakan Candra Gail tidak berubah, nada suaranya lebih berat.

"Dia hanya makan sedikit." Itu hanya sendok kecil. Dia juga ingat bahwa perut daging sapi itu lemah.

"Hem"

Candra Gail mendengus dan mendengus, menegakkan badan dan menyalakan mobil, berkata: "Kelak jangan harap kamu akan melihat es krim di kulkas, tidak akan ada lagi makanan pedas di atas meja.”

“……" Yuni Lim sangat ingin menolak, tapi dia tidak berani berbicara.

……

Ketika tiba di rumah sakit, dia diminta untuk antre sebelum melakukan pemeriksaan.

Kaki depan Yuni Lim baru saja masuk, dan ponsel Candra tiba-tiba berdering.

Melihat ID penelepon, itu adalah Hanna Gu.

Candra Gail mengerutkan alisnya dan mengangkat teleponnya: "ada urusan apa?"

karena dokter mengatakan bahwa dia akan mengirim email untuk sementara waktu, jadi dia membiarkan dia menunggu di luar.

Melihat Candra Gail menjawab telepon, dia tidak mengganggunya, hanya bersiap untuk masuk lagi, dan mendengar Candra Gail berkata: "Hanna Gu, jangan bercanda."

Hanna Gu?

mendengar tiga kata ini, Yuni Lim merasa tegang dalam hatinya .

Meskipun Candra Gail dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak menyukai Hanna Gu, tetapi Yuni masih memiliki kewaspadaan terhadap Hanna Gu.

Dia selalu merasa bahwa Hanna Gu adalah orang tidak begitu mudah untuk melepaskan, belum lagi, dia lebih toleran dan lebih bisa berpura-pura.

“Baiklah, aku tahu, aku akan segera datang.”

Melihat Candra Gail ingin menutup telepon, Yuni Lim dengan cepat membalikkan badan dan masuk.

"Yuni, waktunya kamu masuk," Dokter baru saja menyelesaikan mengirim email.

“Ya.”

Yuni linglung.

Dokter bertanya apa, dia menjawab dengan sangat kurang fleksibel.

“Pergi ke pemeriksaan rutin dulu, lalu datang dan cari aku setelah itu.” Kata dokter kepada Yuni Lim sambil membuka daftar.

“Oke, terima kasih, dokter.”

Yuni Lim mengeluarkan setumpuk daftar periksa yang dibuat oleh dokter, dan tidak melihat Candra Gail lagi.

Dia ingat bahwa Candra Gail berkata di telepon, "Aku akan segera datang."

Ada masalah yang menegangkan apa, yang membuat dia langsung pergi tanpa berpamitan kepada Yuni Lim?

Yuni Lim memegang ponsel, ragu apakah dia harus menelpon Candra Gail, tak lama dia melihat dokter Lukman datang.

“Yuni” dokter Lukman belum jalan mendekat, suara itu telah terdengar terlebih dahulu, dan dia tidak terkejut melihatnya di sini, itu jelas bahwa dia datang untuk mencarinya.

“Kakak Lukman, bagaimana bisa kamu datang?”

“Tuan Candra memintaku untuk datang dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi sehingga dia harus pergi terlebih dahulu.” Dokter Lukman memperhatikan wajah Yuni Lim, berpikir sejenak, berkata: "Dia tidak memberitahumu?"

"mungkin sangat Ini penting, "Yuni Lim tersenyum acuh tak acuh.

Tetapi rasa kehilangan tetap terpancar di matanya.

Jika itu adalah hal lain yang penting, Yuni Lim tidak akan terlalu mempermasalahkannya, tetapi hal penting tersebut masih ada hubungannya dengan Hanna Gu.

Bahkan jika dia mengatakan kepadanya bahwa dia tidak terburu-buru, dia tidak sabar untuk pergi.

Yuni Lim terasa sesak di dalam hatinya.

Mata dokter Lukman tertuju pada tumpukan daftar periksa di tangan Yuni Lim. Dia mengulurkan tangan dan mengambilnya: "ingin melakukan pemeriksaan? Aku akan menemanimu."

"Tidak, itu hanya karena makan terlalu banyak es krim kemarin, menyebabkan perut bermasalah. Tidak perlu diperiksa. "

Yuni Lim menggelengkan kepalanya dan melemparkan daftar itu ke dalam tong sampah.

Dia ingat bahwa sebelum Candra Gail memiliki pemikiran tentang dokter Lukman, tidak disangka dia ternyata juga pergi mencari Hanna Gu, dan dia juga yang menyuruh dokter Lukman untuk datang kesini.

“Apa yang kamu lakukan?” Dokter Lukman melihat bahwa dia benar-benar membuang daftar itu, diapun terlihat sangat marah.

"masih harus antri. Ini buang-buang waktu. Tolong bantu aku membuka resep obat." Yuni Lim melihat dokter Lukman marah, dan dia menumpuk senyumnya.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu